Menuju konten utama

Apa Itu Long Covid Syndrome, Penyebab & Gejala di Eks Pasien Corona

Sebagian pasien Covid-19 masih mengalami gejala sakit sampai berbulan-bulan setelah dinyatakan sembuh. Kondisi itu disebut Long Covid.

Apa Itu Long Covid Syndrome, Penyebab & Gejala di Eks Pasien Corona
Ilustrasi Pasien Corona. foto/istockphoto

tirto.id - Istilah "Long Covid" kini menyita perhatian banyak peneliti dan praktisi bidang kesehatan. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Long Covid?

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Dr dr Agus Dwi Susanto SpP(K) menjelaskan, semula para praktisi kesehatan lebih mengenal kondisi yang merujuk pada "Long Covid" dengan istilah Post-Covid Syndrome atau Chronic Covid. Namun, kondisi yang dialami sebagian pasien Covid-19 yang sudah sembuh tersebut kemudian lebih familiar disebut dengan Long Covid.

"Long Covid adalah suatu kondisi [adanya] gejala-gejala yang muncul [atau dialami] pada pasien Covid-19 yang sudah dinyatakan sembuh berdasarkan hasil swab negatif," kata Agus dalam acara dialog yang digelar Satgas Penanganan Covid-19 pada Kamis (3/12/2020).

"Gejala itu muncul bisa [selama] berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan menetap," tambah Agus.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyuarakan pentingnya perhatian ke fenomena Long Covid pada sejumlah pasien corona yang sudah sembuh.

Laporan WHO tentang Efek Jangka Panjang Covid-19 yang dipublikasikan pada 9 September 2020 menyebutkan bahwa infeksi virus corona (Sars-CoV-2) bisa memicu penyakit yang berkepanjangan pada sebagian pasien yang sudah dinyatakan sembuh.

WHO menemukan banyak pasien Covid-19 yang sudah sembuh tidak memiliki kondisi kesehatan sebaik ketika sebelum terinfeksi virus corona.

Data WHO menunjukkan, hasil survei melalui telepon mendapati fakta ada 35 persen pasien Covid-19 yang dinyatakan sudah sembuh tak mengalami pemulihan kesehatan seperti semula pada 2-3 minggu setelah mereka dinyatakan negatif.

Survei yang sama menemukan 20 persen pasien Covid-19 dengan usia 18-34 tahun mengalami sejumlah gejala yang berkepanjangan meskipun sudah dinyatakan negatif dan kondisi kesehatannya masih prima.

Bahkan, WHO menyatakan gejala Long Covid tersebut dapat muncul pada pasien dewasa maupun anak-anak yang tidak mengalami sakit berat ketika masih positif Covid-19. Jadi, kasus Long Covid juga dialami mereka yang hanya mengalami gejala sedang atau ringan ketika berstatus positif Covid-19.

Dalam laporan WHO itu, juga disebutkan bahwa gejala sakit yang berkepanjangan dalam kondisi Long Covid bisa bertahan selama beberapa pekan, hingga berbulan-bulan. Namun, pasien yang mengalami Long Covid itu terbukti tidak menularkan virus corona ke orang lain.

Di sisi lain, sebuah penelitian yang dikutip oleh WHO di laporannya, juga menemukan adanya efek jangka panjang pada pasien yang terinfeksi varian virus corona lainnya, yakni SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), saat terjadi wabah pada tahun 2003.

Riset tersebut menemukan ada sejumlah pasien SARS yang sudah sembuh mengalami gangguan kesehatan yang menetap hingga selama 24 bulan. Dampak yang lebih berat dialami oleh tenaga kesehatan yang terinfeksi SARS.

Bahkan, sebuah studi lain yang diterbitkan jurnal medis peer-review, Jama Internal Medicine pada tahun 2009, menemukan ada 40 persen pasien yang sembuh dari SARS mengalami gejala kelelahan yang kronis selama 3,5 tahun setelah didiagnosis terinfeksi virus tersebut.

Gejala Long Covid dan Penyebabnya

Ada sejumlah gejala khas yang muncul dalam kondisi Long Covid. Dr dr Agus Dwi Susanto SpP(K) mengatakan salah satu gejala yang paling umum dari kondisi Long Covid adalah kelelahan kronis, sesak napas berat, jantung berdebar-debar, nyeri pada sendi, dan nyeri otot.

"Gangguan psikologis, seperti depresi pascasakit Covid-19, termasuk dalam gejala Long Covid," ujar dia.

Sementara gejala Long Covid yang lebih jarang, Agus melanjutkan, adalah hilangnya kemampuan indera buat mencium bau atau mencecap rasa. Ada pula gejala gastrointestinal atau pendarahan saluran pencernaan.

Menurut Agus, kondisi Long Covid bisa dialami oleh pasien corona yang sudah sembuh karena adanya proses yang menimbulkan kelainan menetap secara anatomik. Kelainan itu mempengeruhi fungsi organ tubuh.

Sebagai contoh, Agus melanjutkan, dokter kerap menemukan adanya fibrosis di paru-paru pasien Covid-19, yakni adanya kekakuan pada jaringan paru yang bersifat menetap hingga 2-3 bulan.

"Fibrosis ini akhirnya menyebabkan oksigen tidak bisa masuk ke paru-paru, sehingga pasien mengeluhkan napasnya berat, napasnya sesak," terang Agus.

Kemunculan fibrosis itu, kata Agus, bisa diketahui melalui tes uji fungsi paru. Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI RS Persahabatan ini menambahkan, beberapa pasien positif corona mengalami penurunan fungsi paru-paru hingga 20-30 persen.

Agus juga menerangkan bahwa gejala Long Covid bisa muncul pada eks pasien Covid-19 secara umum. Namun, kata dia, mereka yang memiliki komorbid, seperti penyakit jantung atau penyakit paru kronik, mempunyai risiko lebih tinggi mengalami Long Covid.

"Orang lanjut usia pun memiliki risiko tinggi mengalami Long Covid. Orang-orang yang mempunyai potensi penyakit kronik, seperti karena kebiasaan merokok, juga berpotensi Long Covid," tambah Agus.

Penjelasan tambahan diberikan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, Dr. dr. Isman Firdaus, Sp.JP(K) mengenai gangguan pada jantung dan pembuluh darah di kondisi Long Covid.

Isman menerangkan, kekurangan suplai oksigen pada darah (hypoxia) yang dialami pasien Covid-19 karena ada peradangan di paru-paru berpotensi memicu cedera pada jantung.

Hypoxia, juga dapat membuat pembuluh darah mengisut atau menyempit, terutama di paru-paru. Oleh karena itu, ia mencatat banyak pasien virus corona (Covid-19) mengalami penurunan fungsi jantung bagian kanan.

"Tapi, perlu banyak studi lagi ke depan mengenai kondisi ini [Long Covi]," ujar Isman, saat bicara di acara dialog yang digelar Satgas Covid-19.

Sementara berdasarkan laporan badan pengendalian penyakit milik pemerintah Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), beberapa gejala Long Covid sudah diketahui. Namun, CDC menyatakan pemahaman lebih lanjut mengenai Long Covid masih dibutuhkan.

Signifikansi jangka panjang dari efek kondisi Long Covid, misalnya, belum diketahui sepenuhnya. Maka, CDC menyatakan akan terus melanjutkan penelitian untuk memahami efek Long Covid.

Adapun data CDC yang diperbarui hingga 13 November 2020 menunjukkan sejumlah gejala Long Covid adalah sebagai berikut:

1. Gejala Long Covid Paling Umum

  • Kelelahan
  • Sesak napas
  • Batuk
  • Nyeri sendi
  • Nyeri dada

2. Gejala Long Covid Lain yang Dilaporkan:

  • Kesulitan berpikir dan konsentrasi (disebut juga "kabut otak")
  • Depresi
  • Nyeri otot
  • Sakit kepala
  • Demam intermiten (suhu tubuh naik tiba-tiba dan lantas normal lagi)
  • Jantung berdebar cepat (jantung berdebar-debar)

3. Gejala Long Covid Lebih Serius, Tapi Jarang Dilaporkan:

  • Kardiovaskular: radang otot jantung
  • Pernapasan: kelainan fungsi paru
  • Ginjal: cedera ginjal akut
  • Dermatologis: ruam, rambut rontok
  • Neurologis: masalah penciuman dan rasa, masalah tidur, kesulitan konsentrasi, masalah memori
  • Psikiatri: depresi, kecemasan, perubahan mood.

----------------

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH