tirto.id - Liverpool dan Real Madrid, dua tim yang akan bertanding di pertandingan final Liga Champions Minggu (27/5/18), memang mempunyai nama besar dalam gelaran Liga Champions. Sementara Real Madrid merupakan tim paling banyak mengoleksi tropi “Si Kuping Besar” dengan 12 gelar, Liverpool merupakan tim Inggris yang paling sering menggenggam tropi tersebut, dengan torehan 5 gelar.
Meski begitu, turnamen yang sudah bergulir dari tahun 1955 tersebut sebetulnya tidak hanya identik dengan tim-tim besar yang berhasil mengoleksi banyak gelar. Bahkan, ada satu hal lain yang lebih identik daripada tim-tim yang akan bertanding, yang hanya dengan mendengarnya saja bisa membuat orang-orang sadar bahwa pertandingan Liga Champions akan segera dilangsungkan.
Pada tahun 1992 lalu Liga Champions menggunakan format baru, dari Piala Champions menjadi Liga Champions seperti yang dikenal sekarang. Dan untuk memperkenalkan format tersebut, UEFA akan menciptakan anthem yang akan diputar pada sebelum dan sesudah pertandingan. Anthem tersebut kemudian diciptakan dan ditulis oleh Tony Britten, seorang komposer asal Inggris.
Britten sendiri ditugaskan oleh UEFA untuk menciptakan anthem dengan gaya George Firederic Handel, seorang kompeser asal Jerman yang terkenal anthem-anthem ikoniknya. Dalam menciptakan karyanya itu, Britten kemudian menjadikan Zadok The Priest, salah satu karya terbaik George Frideric Handel.
“Idenya adalah untuk membuat pertandingan Liga Champions menjadi berkualitas lagi dan musiknya harus mampu mencerminkan kualitas dari pertandingan Liga Champions itu sendiri,” kata Britten menyoal karyanya itu
Karya Britten tersebut ternyata berhasil. Ia berhasil menciptakan sebuah anthem yang cukup ikonik. Hingga sekarang, anthem tersebut kemudian menjadi bagian penting dalam setiap gelaran Liga Champions Eropa. Bahkan tidak hanya di kalangan penggemar, anthem tersebut juga cukup ikonik di kalangan para pemain yang terlibat di dalam pertandingan Liga Champions. Thiago Silva, pemain PSG, pernah mengakui bahwa anthem tersebut bisa memberikannya motivasi lebih. Ia mengatakan, “Saat Anda masuk ke lapangan, menjadi pemain utama, dan anthem Champions League mulai didendangkan, Itu bisa membuat Anda bergetar hebat.”
Menariknya, dalam bagian chorus anthem Liga Champions tersebut menggunakan tiga bahasa, yaitu bahasa, yaitu bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa Perancis. Hal ini terjadi karena bahasa Inggris, Perancis, dan Jerman merupakan bahasa resmi yang digunakan oleh UEFA.
Lirik anthem Liga Champions:
Ce sont les meilleures équipes
Es sind die allerbesten Mannschaften
The main event
Die Meister
Die Besten
Les grandes équipes
The champions
Une grande réunion
Eine grosse sportliche Veranstaltung
The main event
Die Meister
Die Besten
Les grandes équipes
The champions
Ils sont les meilleurs
Sie sind die Besten
These are the champions
Die Meister
Die Besten
Les grandes équipes
The champions
Editor: Agung DH