Menuju konten utama

7 Cara Menyapih Anak dari ASI Agar Tak Rewel & Kapan yang Tepat?

Cara menyapih anak dari ASI yang tepat menurut dokter di antaranya lakukan secara bertahap hingga berikan alat minum yang disukai anak.

7 Cara Menyapih Anak dari ASI Agar Tak Rewel & Kapan yang Tepat?
Ilustrasi proses menyapih dengan memberikan cemilan sehat di jam anak menyusu. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Menyapih adalah proses berhenti menyusui atau memberikan ASI pada anak. Biasanya penyapihan dilakukan karena anak sudah berusia minimal dua tahun atau lebih dan telah terbiasa dengan makanan padat. Namun, menyapih terkadang juga dilakukan karena alasan lain seperti faktor medis.

Apapun alasannya, menyapih bisa jadi hal yang cukup berat, baik bagi ibu maupun sang buah hati. Hal yang paling umum terjadi adalah anak akan menjadi rewel dan ibu pun merasa tidak tega. Sehingga, proses menyapih memerlukan komunikasi dan kerja sama yang baik antara pihak ibu, ayah, dan juga anak-anak.

Di sisi lain, menyusui sendiri merupakan aktivitas yang penuh makna karena bisa jadi momen untuk mempererat bonding antara ibu dan bayinya. Sesuai anjuran para dokter, ASI eksklusif harus diberikan hingga bayi berusia enam bulan dan sebaiknya dilanjutkan sampai usia dua tahun.

Anak berusia sekitar dua tahun umumnya sudah bisa mengonsumsi makanan padat. Sehingga, penyapihan bisa mulai dilakukan agar anak tidak selalu bergantung pada ASI dan lebih terbiasa dengan makanan lain.

Kapan Saat Tepat Menyapih Bayi dari ASI?

Mayoritas ibu akan mulai menyapih saat anaknya menginjak usia dua tahun. Namun, seperti dikutip dari laman RSAB Harapan Kita, dr. Eva Devita Harmoniati, SpA (K) menjelaskan bahwa sebenarnya tidak ada patokan usia yang tepat untuk memulai proses penyapihan.

Meski demikian, batas usia maksimal menyusui yang dianjurkan adalah tiga tahun. Jadi, para ibu disarankan untuk memulai proses penyapihan saat anaknya masih berusia di bawah tiga tahun.

Selain usia, perhatikan pula tanda-tanda anak siap disapih. Tanda-tandanya meliputi:

  1. Semakin tertarik dengan makanan padat.
  2. Frekuensi menyusu mulai jarang.
  3. Durasi menyusu lebih pendek dari biasanya.
  4. Saat menyusu, perhatiannya mudah teralihkan, misalnya ketika ada orang bicara atau melihat sesuatu yang menarik.
  5. Lebih sering memainkan puting (menggigit atau menarik) daripada mengisap ASI.
Menyapih memang penting dilakukan, namun ada kalanya proses penyapihan sebaiknya ditunda karena kondisi tertentu, misalnya:

  1. Anak atau ibu sedang sakit.
  2. Anak sedang tumbuh gigi.
  3. Anak memiliki alergi terhadap protein tertentu.
  4. Terjadi perubahan besar dalam kehidupan anak, contohnya pindah rumah, bepergian dalam waktu lama, atau peristiwa lain yang bisa mempengaruhi mental anak.

7 Cara Menyapih Anak dari ASI yang Tepat

Anda mungkin pernah mendengar proses menyapih anak dengan cara mengoleskan bahan tertentu pada puting payudara sehingga anak enggan menyusu. Cara menyapih seperti ini tidak tepat karena bisa saja tidak berhasil atau bahkan membuat anak merasa trauma.

Menyapih sebaiknya dilakukan dengan penuh kasih sayang dan tidak terkesan memaksa. Berikut beberapa tips menyapih yang bisa Anda coba:

1. Komunikasikan dengan anak

Langkah awal proses penyapihan adalah komunikasi, caranya dengan sounding atau memberitahukan pada anak jauh-jauh hari sebelum tiba waktunya menyapih. Sebagai contoh, satu atau beberapa bulan sebelum mulai menyapih, ibu bisa mulai menjelaskan bahwa anak yang sudah besar tidak perlu menyusu lagi.

Komunikasi yang dilakukan terus-menerus atau berkala akan menumbuhkan sugesti pada anak bahwa ia memang perlu berhenti menyusu. Hal yang penting, berikan pemahaman yang baik dengan kata-kata positif. Hindari pula memberikan kalimat ancaman atau menakutkan agar anak mau berhenti menyusu.

2. Lakukan secara bertahap

Menyapih memang butuh proses dan biasanya tidak bisa sekaligus. Jangan terburu-buru dan lakukan secara bertahap. Misalnya dengan mengurangi frekuensi atau tidak langsung memberikan ASI ketika anak memintanya.

3. Ganti dengan alat minum yang disukai anak

Dalam kanal YouTube Dokter 24, dr. GM Silvia M., Msc mengungkapkan bahwa menyapih bisa dilakukan dengan cara mengganti alat minumnya. Jika awalnya menyusu atau minum ASI secara langsung dari payudara ibu, coba ganti dengan alat lain seperti botol susu yang disukai oleh anak. Bisa juga menggunakan gelas yang dilengkapi dengan sedotan warna-warni agar terlihat menarik.

4. Berikan susu atau makanan sebelum anak merasa lapar

Ibu harus jeli kapan biasanya anak merasa lapar. Sebelum benar-benar lapar, segera berikan susu atau makanan kepada sang buah hati. Anak yang merasa lapar biasanya akan langsung meminta ASI atau menyusu sehingga proses menyapih akan jadi lebih sulit.

Kalaupun anak belum terbiasa dengan makanan lain, ibu bisa memberikan ASI yang diperah dulu dan diletakkan di dalam botol susu. Jadi, walau anak tetap minum ASI, ia tidak menyusu langsung pada ibunya sehingga proses penyapihan akan lebih mudah nantinya.

5. Beri contoh balita lain yang sudah berhasil menyapih

Tanpa bermaksud membandingkan, ibu boleh memberikan contoh pada anaknya tentang balita lain yang sudah berhasil menyapih. Tujuannya untuk meyakinkan sang buah hati bahwa anak seusianya memang harus berhenti menyusu pada ibunya.

Namun, pastikan untuk tidak menggunakan kalimat negatif seperti mengejek anak sendiri yang masih menyusu dan memuji anak lain yang berhasil menyapih. Hal ini justru akan membuat anak merasa marah dan semakin mempersulit proses penyapihan.

6. Beri hadiah saat anak mau menahan diri untuk tidak menyusu

Saat anak mampu menahan diri untuk tidak menyusu, jangan lupa berikan hadiah kecil padanya. Hadiah bisa berupa pujian, pelukan penuh kasih sayang, atau berupa barang. Hadiah seperti ini tentu akan membuat anak senang dan merasa dihargai sehingga mempermudah proses penyapihan.

7. Pastikan anak mendapat kenyamanan selain dari aktivitas menyusui

Menyusu bukan hanya untuk memenuhi asupan, terkadang anak menyusu karena ingin mendapat kenyamanan. Lewat kanal YouTube Johnson's Baby Indonesia, dr. Hikmah Kurniasari, MKM, CIMI mengungkapkan bahwa orang tua harus memberikan pemahaman yang baik pada anak dan memberitahukan bahwa mereka tidak perlu menyusu hanya untuk mendapatkan kenyamanan.

Orang tua pun harus konsisten memberikan dan menunjukkan rasa kasih sayang mereka pada anak-anak. Dengan demikian, anak akan lebih percaya diri untuk menyapih dan tak perlu bergantung lagi pada aktivitas menyusui.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari