tirto.id - Duel tim sekota antara Liverpool vs Everton dalam lanjutan Premier League Liga Inggris bakal tersaji di Stadion Anfield pada Kamis (5/12/2019). Pertandingan nanti merupakan Derby Merseyside ke-234 yang bakal dilakoni oleh dua klub bersaudara ini. Lantas, bagaimana sebenarnya sejarah Derby Merseyside?
Bermula dari gagasan para pemuka di Gereja Metodis Everton Santo Dominggus untuk para jemaahnya melakukan aktivitas olah raga selain kriket di musim panas, klub sepak bola Everton didirikan pada 1878.
Everton semakin berkembang di tahun-tahun berikutnya dan membutuhkan stadion yang lebih besar. Pada 1884, klub berjuluk The Toffees ini memutuskan pindah ke Anfield.
Pada 1885, pemilik Anfield menjual stadion tersebut kepada John Houlding yang kemudian menaikkan uang sewa dengan tarif yang cukup tinggi. Everton lama-kelamaan mulai keberatan dengan mahalnya ongkos sewa Anfield.
Akhirnya, tahun 1892, Everton memutuskan tidak lagi memakai Anfield dengan mulai membangun stadion sendiri yang nantinya diberi nama Goodison Park. Houlding kemudian merespons tindakan Everton itu dengan mendirikan klub sepakbola baru bernama Liverpool FC.
Solidaritas Duo Merseyside
Derby Merseyside pertamakali terjadi pada 13 Oktober 1894 di kompetisi kasta tertinggi Liga Inggris. Dalam laga yang disaksikan oleh 44 ribu penonton kala itu, Everton sebagai tuan rumah berhasil menang atas Liverpool dengan skor 3-0.
Secara tradisional, Derby Merseyside, disebut pula sebagai Derby Friendly atau Derbi Persahabatan. Dikutip dari Football Derbies, salah satu sebabnya adalah karena para pendukung Everton maupun Liverpool banyak yang masih satu keluarga.
Sudah menjadi hal yang lumrah dalam satu keluarga di Kota Liverpool, sang ayah, misalnya, adalah seorang suporter Everton, sementara istri, anak-anak, atau anggota keluarga yang lain merupakan Liverpudlian.
Saat laga Liverpool vs Everton digelar, tidak jarang pendukung kedua tim duduk bersama dalam satu tribun. Istilah Derby Merseyside sendiri mulai digunakan pada 1955 dari pemberitaan sebuah surat kabar lokal.
Solidaritas antara dua klub sekota ini juga kerap muncul. Salah satunya adalah terkait dengan Tragedi Hillsborough yang terjadi pada 15 April 1989 dalam pertandingan semifinal Piala FA antara Liverpool melawan Nottingham Forest.
Terjadi peristiwa tragis di laga yang digelar di Kota Sheffield akibat membludaknya penonton yang ingin masuk ke Stadion Hillsborough. Sebanyak 96 orang tewas, semuanya adalah suporter Liverpool.
Ini merupakan jumlah korban tewas tertinggi dalam musibah yang terjadi di stadion sepanjang sejarah Britania Raya dan hingga kini masih menjadi rekor tragedi terbesar yang berhubungan dengan stadion sepak bola di Britania Raya.
Nah, terkait kasus itu, surat kabar The Sun mewartakan laporan yang menuding suporter The Reds sebagai pemicu terjadinya Tragedi Hillsborough. The Sun menyebut pendukung Liverpool bersalah karena mabuk-mabukan dan memicu kerusuhan.
Namun, setelah dilakukan investigasi lebih lanjut, fakta yang ditemukan adalah bahwa musibah itu terjadi karena kelalaian dari aparat keamanan sebagai pihak yang mengamankan jalannya pertandingan.
Pemberitaan The Sun itu tentu saja ditentang klub beserta pendukung Liverpool. Everton juga menyatakan sikap serupa karena yang menjadi korban Tragedi Hillsborough bukan saja berstatus sebagai Liverpudlian, namun juga warga Kota Liverpool.
Aksi solidaritas dua klub Merseyside ini kembali terjadi pada 2007. Kala itu, seorang pendukung Everton bernama Rhys Jones meninggal dunia karena terkena peluru liar. Klub Liverpool memberikan penghormatan dengan mengundang keluarga Rhys Jones ke Anfield untuk menyaksikan laga melawan Toulouse di Liga Champions.
Di momen mengharukan tersebut, untuk pertama kalinya lagu tema serial Z-Cars yang biasa dinyanyikan fans Everton dikumandangkan di Anfield. Keluarga Jones berdiri di lapangan dengan jersey biru kebanggaan The Toffees.
Penulis: Gilang Ramadhan
Editor: Iswara N Raditya