Menuju konten utama
6 April 1830

Sejarah Hidup Joseph Smith Sang Pendiri Gereja Mormon

Smith mengaku mendapatkan petunjuk dari malaikat Moroni yang menemuinya ketika sedang berdoa malam pada tahun 1823.

Sejarah Hidup Joseph Smith Sang Pendiri Gereja Mormon
Ilustrasi Mozaik Joseph Smith Jr. tirto.id/Sabit

tirto.id - Pada 1820 di Palmyra, New York, Joseph Smith mendapatkan ilham mengenai kehadiran Yesus Kristus tepat di hadapannya. Ia kemudian menerjemahkan tulisan pada lempeng batu yang diturunkan kepadanya dan terbitlah sebuah kitab yang hingga hari ini dikenal sebagai Kitab Mormon.

Smith lalu membentuk sebuah komunitas rohani bernama Church of Jesus Christ of Latter Day Saints, Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir.

Sejak itu ia makin giat mengumpulkan pengikut yang menganggapnya sebagai rasul dan mendefinisikan ajaran kitab termasuk segala doktrinnya. Di bawah kepemimpinan Smith, mereka mendirikan komunitas di Ohio, Missouri, dan Illinois.

Mereka mendapatkan dukungan untuk membentuk struktur kepengurusan resmi dari Penatua Pertama Gereja pada 6 April 1830, tepat hari ini 192 tahun lalu. Momentum itu menjadi batu loncatan paling penting dalam perkembangan gereja Mormon.

Smith yakin upayanya merupakan restorasi atas agama Kristen. Ia menganggap dirinya mesias di zaman modern.

Pencari Harta Karun

Joseph Smith Jr. lahir pada 1805 sebagai anak ke-5 dari 11 bersaudara dari pasangan Joseph Smith dan Lucy Mack. Saat masih muda ia bekerja di tanah milik keluarganya di Vermont. Pada masa-masa itulah ia mengaku mulai menerima serangkaian pengalaman rohani yang menurutnya mulai mempersiapkan panggilan kenabiannya.

Selain pertemuan dengan Yesus pada 1820, Smith juga mengaku mendapatkan petunjuk dari malaikat bernama Moroni yang menemuinya ketika sedang berdoa malam pada 1823. Ia mengklaim mendapatkan petunjuk dari malaikat Moroni mengenai lokasi terkuburnya sebuah buku yang terbuat dari lempengan emas. Juga beberapa artefak lain termasuk penutup dada, dan satu set penafsir yang terbuat dari dua batu yang terkubur di bukit tak jauh dari rumahnya.

Setelah pertemuan dengan Moroni, ia kembali ke bukit yang dimaksud untuk mencari lempengan itu. Namun ia tak menemukan apa-apa. Usaha mencari lempengan terganggu oleh permasalahan keuangan yang harus dihadapi keluarga Smith setelah kematian kakak tertuanya yang menjadi tulang punggung keluarga.

Dalam keadaan terdesak, keluarga Smith mencari tambahan penghasilan dengan menawarkan jasa mencari harta karun. Supernaturalisme magis sejenis ini telah umum dipraktekkan pada masa itu. Beruntung, Smith dianggap memiliki kemampuan untuk menemukan barang-barang yang hilang.

Namun keberuntungan itu tak berlangsung lama. Hubungan kerja dengan Josiah Stowell yang mempekerjakannya untuk mencari perak Spanyol di perbatasan New York dan pennsylvania, berakhir kisruh. Pada 1826 Smith diadili di pengadilan Chenango County di New York. Ia dianggap berpura-pura menemukan harta karun yang sebenarnya tidak pernah ada. Namun hasil persidangan tak pernah sampai pada keputusan yang jelas.

Menerbitkan Book of Mormon

Setelah tuduhan itu, Smith tidak berhenti menelusuri lokasi naskah yang ditunjukkan oleh malaikat Moroni. Pada 21 September 1827, sekitar 18 bulan setelah dituduh sebagai penipu, ia membawa pulang dua plakat emas berisi tulisan berbahasa asing. Smith menolak menunjukkan plakat itu kepada siapapun. Ia mengklaim bahwa selain dia sendiri, siapapun yang melihat plakat itu akan segera meninggal dunia.

Setelah pindah dari Palmyra ke Harmony--sekarang Oakland, Smith mulai menerjemahkan plakat itu dengan bantuan Emma, istrinya. Smith membacakan plakat dan mendikte agar Emma bisa menuliskannya.

Di Harmony, Smith dan istrinya dibantu oleh Martin harris, seorang tuan tanah yang cukup kaya. Karena begitu yakin dengan ilham kenabian tetangga barunya itu, Harris memutuskan untuk membantu menuliskan terjemahan. Tapi seperti aturan sebelumnya, Smith juga melarang Harris untuk melihat plakat dan dirinya ketika sedang mendikte.

Mereka melibatkan beberapa intelektual yang diminta bantuannya dalam penelusuran nama karakter serta mengonfirmasi kebenaran data-data.

Salah satu intelektual yang terlibat adalah Charles Anthon. Harris menyebutkan bahwa Anthon memeriksa data dan sepakat dengan terjemahan itu. Namun, tak lama setelah itu, Anthon menarik semua keterlibatannya setelah mengetahui bahwa Joseph Smith menemukan plakat itu dari petunjuk malaikat.

Tak hanya Anthon, istri Harris juga skeptis terhadap upaya penerjemahan plakat yang sedang dilakukan suaminya.

“Istri Harris curiga dengan aktivitas yang sedang dilakukan suaminya dengan Joseph Smith. Ia memutuskan untuk menyembunyikan 116 halaman pertama hasil terjemahan dan menantang Smith untuk menuliskan ulang,” tulis Christopher Hitchens dalam God is not Great: How Religion Poisons Everything (2007:193).

Sesuai dugaan, Smith tak sanggup menjawab tantangan itu. Ia bahkan menyebut iblis telah mencuri pekerjaan mereka. Hal itu rupanya menimbulkan keraguan dalam hati Harris. Sebagai orang yang berjanji untuk membiayai semua penerbitan dan publikasi buku ini, Harris sempat memohon untuk setidaknya melihat satu karakter huruf dalam plakat. Ia berencana untuk memperlihatkannya kepada para intelektual di New York untuk mengonfirmasi apakah benar itu adalah karakter huruf Hebrew.

Namun Smith terus menolak. Ia menyebut bahwa tulisan itu bukan bahasa Hebrew melainkan bahasa Mesir.

“Di masa itu, bahasa Mesir masih dianggap tak bisa diterjemahkan. Baru pada 1837, tata bahasa yang dibedah dari Rosetta stone membantu para ahli dalam menerjemahkan bahasa Mesir,” tulis Fawn Brodie dalam No Man Knows My History: The Life of Joseph Smith (1995:50).

Akhirnya, penerjemahan selesai dan publikasi buku mulai dilakukan. Smith menyebutkan bahwa plakat asli telah naik kembali ke surga diantarkan oleh malaikat Moroni karena sudah selesai digunakan.

Di akhir hidupnya, Smith masih memimpin gereja Mormon. Ia meninggal pada 1844 dalam usia yang baru 38 tahun. Beberapa sumber menyebutkan Smith yang menyebarkan doktrin poligami sejak 1831 itu meninggalkan sekitar 40 orang yang dianggap sebagai istri. Salah satu istrinya bahkan baru berusia 14 tahun.

Dalam masa hidupnya yang singkat, Joseph Smith telah mendapatkan 30 tuduhan pengadilan karena dianggap melakukan aktivitas kriminal.

Baca juga artikel terkait KRISTEN MORMON atau tulisan lainnya dari Tyson Tirta

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Tyson Tirta
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi