tirto.id - Soal sepakbola, Thailand adalah negara di Asia Tenggara yang sulit ditaklukan. Data dari Rec.Sport Soccer Statistics Foundation (RSSF) diketahui, sejak tahun 1957 dari 69 laga yang dilakoni tim senior Indonesia saat melawan Thailand, tim Garuda hanya bisa meraih 24 kemenangan, 12 kali seri dan 33 kali kekalahan.
Tragisnya sejak tahun 1990 -2016, dari 15 pertemuan dengan Thailand, Indonesia hanya bisa menang 3 kali.
Lalu bagaimana kans Indonesia pada leg final kedua Piala AFF 2016, besok? Jika berkaca pada tujuh kali lawatannya ke Bangkok, Indonesia selalu kalah dari Thailand.
Terakhir kali Indonesia bertandang ke Thailand saat semifinal Piala AFF 2008. Kala itu, Thailand menang 2-1 melalui gol Teerathep Winothai dan Ronnachai Rangsiyo--sebagai catatan selain punya tradisi sering kalah, Indonesia pun punya memori buruk yakni dibantai.
Pada Final Kings Cup 1983, Indonesia dibantai 3-0. Selang dua tahun kemudian saat gelaran semifinal Sea Games 1985 giliran Herry Kiswanto dan Rully Nere cs dibantai dengan skor telak 7-0.
Saat melakoni laga persahabatan tahun 1996, Widodo Cahyono Putra dibantai 4-1, dan paling menyakitkan terjadi pada 2001. Kala itu Thailand ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Tiger, kebetulan Indonesia ada di grup yang sama dengan Thailand di fase kualifikasi.
Saat bersua di fase grup dan digelar di Chiangmai, sebuah kota di Utara Thailand, Indonesia dibantai 4-1. Kekalahan ini membikin Hendro Kartiko cs bangkit dan sukses berjumpa kembali dengan Thailand di babak final. Dan lagi-lagi, saat bermain di Bangkok, timnas kekalahan dengan skor telak 4-1 kembali terulang.
Tapi Indonesia bukan berarti tidak pernah menang di kandang Thailand. Saat babak kualifikasi Asian Games 1970, Indonesia berhasil menang dari Thailand dengan skor 1-0. Selang setahun kemudian, pada kualifikasi Piala Asia 1971, skor 1-0 pun kembali terjadi di Bangkok. Itulah kemenangan terakhir timnas Indonesia di sana. Hampir 45 tahun lamanya kemenangan itu tak pernah kunjung kembali didapat.
Pada final leg kedua nanti, Boaz Saloassa cs tak perlu bersusah payah untuk bisa memenangkan pertandingan. Sang pelatih, Alfred Riedl hanya dituntut mengakhiri pertandingan dengan skor 0-0.
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Agung DH