tirto.id - Sebagian warga yang tinggal di beberapa desa di sekitar kawasan Gunung Merapi di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mulai mengungsi pada Jumat (6/11/2020) hari ini. Status aktivitas gunung berapi itu dinaikkan dari waspada menjadi siaga menjadi penyebabnya.
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto, pada Kamis (5/11/2020) malam ada kesepakatan dari aparat Desa Paten, Krinjing, dan Ngargomulyo di Kecamatan Dukun untuk mulai mengungsikan sebagian warga guna meminimalkan dampak jika Gunung Merapi meletus.
"Hal ini bisa dipahami, karena status Merapi menjadi siaga ditetapkan kemarin jam 12.00, kalau sore hari mereka mengungsi belum cukup siap secara psikologi, dan baru hari ini baru bisa dilakukan evakuasi," kata Edy dilansir dari Antara, Jumat (6/11/2020).
Ia menjelaskan bahwa konsep Desa Bersaudara dijalankan dalam pengungsian warga di desa-desa yang ada di sekitar Gunung Merapi.
Dalam hal ini desa-desa yang berada di kawasan rawan bahaya dipersaudarakan dengan desa-desa penyangga di dekatnya, yang antara lain akan menjadi tempat warga desa di kawasan rawan bahaya mengungsi.
Warga dari Desa Paten bisa mengungsi ke Desa Banyurojo di Kecamatan Mertoyudan, warga Desa Ngargomulyo bisa mengungsi ke Tamanagung di Kecamatan Muntilan, dan warga Desa Krinjing bisa mengungsi ke Desa Deyangan di Kecamatan Mertoyudan.
"Jadi mereka mengungsi bukan diungsikan, karena konsep Desa Bersaudara adalah pemberdayaan masyarakat, konsep manajemen pengungsian berbasis masyarakat itu berangkat dari pengalaman tahun 2010, sehingga dengan ini lebih tertata," kata Edy.
Dia menjelaskan bahwa saat ini warga di Desa Krinjing sudah mulai mengungsi. Warga yang bergerak menuju tempat pengungsian utamanya mereka yang termasuk dalam kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, orang sakit, warga lanjut usia, dan penyandang disabilitas.
Menurut Edy ada 50 warga Dusun Trono, 50 warga Dusun Trayem, dan 60 warga Dusun Pugeran di Desa Krinjing yang mengungsi ke Desa Deyangan di Kecamatan Mertoyudan pada Jumat ini.
"Mereka mengungsi dengan kendaraan sendiri, disiapkan enam unit mobil kemudian dikawal oleh ambulans. Memang konsepnya seperti itu, setiap kali perjalanan ada yang mengawal ambulans dan dari Polsek serta Koramil," kata Edy.
Status Gunung Merapi dievaluasi seiring peningkatan aktivitas vulkanik. Dari status waspada (level II) menjadi siaga (level III) mulai 5 November 2020. Penetapan level siaga dituangkan dalam surat oleh Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.
Gunung Merapi sejak 21 Mei 2018 berstatus waspada namun seiring peningkatan status siaga berdampak zonasi larangan aktivitas manusia meluas dari tiga menjadi lima kilometer dari puncak. Selama status siaga berlaku, direkomendasikan agar aktivitas penambangan pasir dan pendakian dihentikan.
Dalam surat BPPTKG disebut Merapi bisa meletus setiap saat, sehingga pemerintah daerah setempat harus menyiapkan mitigasi bencana.