Menuju konten utama

Saat Durian Mulai Jatuh, Sarung Malah Naik

Saat Sukarno mengerjai Duta Besar Amerika, Marshall Green, dengan buah-buahan bernama durian.

Saat Durian Mulai Jatuh, Sarung Malah Naik
Pedagang menyortir buah durian di Jambu, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (6/1). Harga durian di sentra penjualan itu naik sekitar 100 persen dibanding harga musim panen tahun lalu karena di sejumlah daerah banyak yang gagal panen akibat cuaca buruk dan curah hujan tinggi selama dua bulan terakhir. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc/17.

tirto.id - Orang Barat punya cara sendiri untuk menggambarkan rasa dan aroma buah durian: smells like hell, but tastes like heaven.

Kalimat yang berarti baunya seperti neraka sedangkan rasanya seperti surga tersebut rasanya cukup menggambarkan betapa kontroversialnya buah bernama latin Durio zibethinus ini. Tak seperti buah pada umumnya, kesukaan dan ketikdaksukaan seseorang terhadap durian relatif di luar nalar.

Pencinta durian menyanjung buah ini setinggi langit. Rasa, aroma, hingga teksturnya dipuja bagaikan hidangan bagi para dewa. Sedangkan para pembenci durian mengutuki buah ini bak seorang bandit. Jangankan menelannya, mencium aromanya pun sudah bisa membuat mereka mengutuki nasib.

Marshall Green, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia era 1960-an, tidak akan pernah bisa melupakan momen pertemuan terakhirnya dengan Sukarno. Ketika itu, 28 September 1965, beberapa hari jelang peristiwa Gerakan 30 September 1965, Sukarno menjahili Green dengan buah durian.

Cerita kejahilan Sukarno terjadi saat ia mengundang Green dan Duta Besar Meksiko menghadiri upacara peletakan batu pertama Universitas Indonesia. Sukarno mempersilahkan keduanya duduk bersama di atas panggung.

Sukarno yang tahu Green sangat membenci durian tiba-tiba saja mengambil buah itu dan langsung memimpin paduan suara massa: “Makan... makan... makan.”

Mendapat tantangan itu, Green tak berkutik. Dengan terpaksa Green memakan durian yang menurutnya beraroma seperti durian busuk. “Saya terpaksa menelan makanan yang menjijikkan itu demi kehormatan negara saya. Rekan saya dari Meksiko terhindari dari cobaan berat ini,” kenang Green dalam memoarnya Dari Sukarno ke Soeharto (1990)

Berbeda dengan Green, Dubes AS untuk Indonesia era 1950-an Howard P. Jones justru menggilai durian. Jones rela diam-diam menikmati durian di dalam garasi milik Bapak Brimob Kepolisian Indonesia Muhammad Jasin. Siasat ini terpaksa dia lakukan agar tidak ketahuan sang istri yang sangat membenci aroma durian.

“Kami menyuruh orang untuk membeli buah durian yang amat digemari, tetapi amat tidak disukai oleh istrinya karena baunya yang menyengat. Kami berdua menikmati durian di garasi sementara istrinya ditemani oleh istri saya pergi ke dapur untuk belajar memasak nasi goreng,” ujar Jasin dalam Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kelahiran Polisi Indonesia (2010).

Durian ikut mewarnai cerita pelayaran Cheng Ho (Zheng He) ke Nusantara. Profesor Kong Yuanzhi dalam Cheng Ho Muslim Tionghoa: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara (2000) menyatakan Cheng Ho sempat singgah ke sebuah tempat bernama Bukit Durian saat melabuhkan kapal di perairan Tanjung Ketapang, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan.

Di tempat itu, menurut Yuanzhi, ada legenda yang menyebutkan Cheng Ho punya kebiasaan memakan buah durian dan meminum air dari kulit durian. Cheng Ho percaya air yang diminum dari kulit durian mampu mengobati panas dalam.

“Setelah selesai makan buah durian, kulit buah durian diisi air kemudian air itu diminum. Ini berfungsi untuk menghilangkan panas dalam. Inilah legenda dari Pulau Bangka,” tulis Kong yang pernah menjadi peneliti tamu di Universitas Indonesia.

Yuanzhi mengaku menghabiskan waktu selama kurang lebih tiga tahun demi meneliti keberadaan Cheng Ho di Bangka. Ia menulis Cheng Ho juga mengajarkan manfaat buah durian kepada orang-orang Tionghoa di Nusantara yang saat itu tidak menyukai aroma durian.

“Ketika Cheng Ho berkunjung ke daerah-daerah di Nusantara, kebetulan wabah sedang mengganas. Orang yang terkena wabah minta pertolongan Cheng Ho. Kemudian Cheng Ho mengajari mereka untuk menjadikan buah durian sebagai obat. Hasilnya sungguh mujarab,” kata Yuanzhi.

Infografik Mitos dan Fakta Durian

Mitos dan Fakta Kandungan Durian

Sama halnya dengan cerita Ceng Ho dan durian, zat yang terkandung dalam durian juga diwarnai beragam mitos. Sejumlah mitos yang cukup popular di masyarakat menyatakan durian memiliki kandungan alkohol dan kadar kolesterol tinggi.

Menurut Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Kementerian Pertanian Republik Indonesia, kandungan alkohol dan kolesterol dalam durian tidak tepat. Tidak ada tanaman di dunia yang mengandung alkohol dan menghasilkan kolesterol. Alkohol dalam buah baru terjadi karena fermentasi gula atau karbohidrat yang dikandungnya.

“Bahkan sebenarnya 80 persen kolesterol berasal dari sintesa di dalam tubuh kita sendiri dan sisanya 20 persen berasal dari lemak hewani,” tulisnya.

Nutrisi dalam durian justru kaya gizi dan vitamin. Badan Penelitian Kementrian Pertanian Amerika Serikat menyebutkan durian mengandung kalsium, zat besi, fosfor, seng, kalium, sodium, zat besi, vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C, tembaga, besi, magnesium, serat, karbohidrat, dan zat gizi lain yang dibutuhkan tubuh.

Tak ayal beragam rupa kandungan nutrisi dan gizi dalam durian dipercaya berguna untuk mencegah depresi, mencegah anemia, melancarkan BAB, mengurangi stroke, dan menyembuhkan luka.

Tanaman durian tumbuh di negara-negara Asia Tenggara seperti Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Perkembangan produktivitas durian di Indonesia selama periode 1990–2013 fluktuatif tapi cenderung meningkat. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Setjen Kementerian Pertanian menyebutkan, pada 1990 produktivitas durian Indonesia hanya sebesar 5,55 ton/ha, tapi pada 2013 meningkat menjadi 12,39 ton/ha.

Daerah yang menjadi sentra penghasil durian menyebar di Jawa dan luar Jawa. Berdasarkan rata-rata produksi 2009-2013, Jawa Timur memberikan kontribusi sebesar 14, 95%, Sumatera Utara 11, 29%, Jawa Barat 10,27%, Jawa Tengah 7,62%, Banten 6,19%, dan Sumatra Barat 5,15%.

Rata-rata konsumsi durian orang Indonesia sepanjang tahun 2013 sebesar 1,41 kg/kapita, menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional. Dengan jumlah penduduk Indonesia di tahun itu sebanyak 248,82 juta jiwa, maka konsumsi domestik durian Indonesia mencapai 350,33 ribu ton.

Terlepas dari angka produksi dan konsumsi durian fluktuatif, sejumlah masyarakat mempercayai durian bisa meningkatkan kebugaran mental, dan bahkan menambah vitalitas kaum pria. Lantaran kepercayaan inilah di Malaysia terdengar ungkapan: “Saat durian mulai jatuh, maka sarung mulai naik.”

Baca juga artikel terkait DURIAN atau tulisan lainnya dari Jay Akbar

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Jay Akbar
Penulis: Jay Akbar
Editor: Zen RS