Menuju konten utama

Ruang Pelonggaran Moneter Terbatas Seiring Pemulihan Ekonomi

Bank Indonesia akan mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan

Ruang Pelonggaran Moneter Terbatas Seiring Pemulihan Ekonomi
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (kedua kiri) berbincang bersama Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara (kiri), Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir (kedua kanan), dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung (kanan) seusai melakukan rapat korrdinasi "High Level Meeting Koordinasi Pengendalian Inflasi TPI dan Pokjanas TPID" di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (25/1). Pemerintah bersama Bank Indonesia menyepakati enam langkah strategis untuk menjaga inflasi 2017, salah satunya adalah memperkuat koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah dengan penyelenggaran Rakornas VIII TPID tahun 2017 pada Juli 2017. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga.

tirto.id - Bank Indonesia akan mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan karena masih ada sejumlah risiko yang harus diwaspadai dari global terutama kebijakan AS dan risiko geopolitik di Eropa, sedangkan dari dalam negeri bersumber dari penyesuaian harga-harga yang diatur pemerintah yang berdampak terhadap inflasi.

Mengingat tekanan kenaikan harga-harga sudah menghantui Indonesia sejak awal tahun ini di tengah-tengah pemulihan ekonomi yang masih berlanjut.

Setelah Januari, pemerintah menaikkan tarif untuk biaya perpanjangan STNK dan listrik, mengakibatkan naiknya risiko tekanan harga-harga yang diatur oleh pemerintah. Belum lagi faktor cuaca buruk yang bisa menjadi ancaman gagal panen untuk beberapa bahan pokok.

Kenaikan tekanan harga sudah tercermin pada inflasi Januari yang tercatat sebesar 0,97% secara bulanan atau sebesar 3,49% secara tahunan. Melihat risiko kenaikan harga-harga, Bahana merevisi naik perkiraan inflasi hingga akhir 2017 menjadi 4,4% dari prediksi sebelumnya sekitar 3,8%.

''Inflasi pada Februari dan Maret memang kemungkinan akan lebih rendah dibanding Januari, namun karena curah hujan masih tinggi, ada kemungkinan panen beberapa bahan pokok terganggu, jadi ke depan masih ada tekanan harga,'' kata Ekonom Bahana Sekuritas Fakhrul Fulvian, dalam siaran persnya yang diterima Tirto, Jumat (17/2/2017).

''Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan sudah tepat dengan melihat perkembangan inflasi dan kestabilan keuangan global,'' tambah Fakhrul.

Bank sentral kemarin memutuskan BI 7-day repo rate tetap sebesar 4,75% untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Level tingkat suku bunga ini dinilai masih cukup kondusif untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi yang sedang berjalan saat ini. Rapat dewan gubernur juga terlihat semakin optimis dengan pemulihan ekonomi yang terjadi secara global terutama didukung oleh AS dan Tiongkok, diikuti dengan peningkatan harga komoditas global yang masih akan berlanjut.

Pemulihan ekonomi global ini tentunya memberi dampak positif terhadap ekonomi domestik yang diperkirakan akan tumbuh sekitar 5% - 5,4% sepanjang tahun ini, terutama ditopang oleh masih kuatnya konsumsi swasta dan meningkatnya konsumsi pemerintah serta perbaikan investasi, sementara itu kontribusi ekspor yang membaik akan diiringi dengan kenaikan impor karena meningkatkan konsumsi masyarakat.

Fakhrul sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi ditahun ini akan tercatat sebesar 5.3%.

Melihat masih tingginya tekanan harga kedepan serta optimisme terhadap pemulihan ekonomi semakin kuat, Bahana pun merevisi perkiraan suku bunga acuan BI 7-day repo rate dan melihat ruang pelonggaran semakin terbats dalam tahun 2017

Baca juga artikel terkait KEBIJAKAN MONETER atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Bisnis
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh