Indeks Sastrawan

William Shakespeare adalah anomali: ia salah satu penulis drama terbesar, tapi hidupnya penuh misteri. Sisi mesumnya terungkap melalui karya-karyanya.

Kwee Tek Hoay menggubah novel berlatar Pemberontakan PKI 1926. Sebuah testimoni kepercayaannya pada nasionalisme dan kecintaannya pada keteraturan.

Budi Darma menulis atas dasar pertanyaan-pertanyaan di masa kecil. Sebagai kritikus sastra, ia tajam & blak-blakan.

Putu Wijaya mendapat penghargaan atas upayanya menjaga kebudayaan Indonesia.

“Terima kasih kepada Prince Claus Fund yang telah memilih saya sebagai salah satu penerima Prince Claus Awards 2018,” tulis Eka Kurniawan.

Rumah tangga Maria dan Pablo tak bahagia. Putrinya, Malva Marina, lahir dengan kondisi hidrosefalus dan meninggal di usia 8 tahun.

Tenaga kata.
Sajak membara dalam
peluk wibawa.

Gerak pujangga.
Mempersatukan bangsa
lewat bahasa.

Dari jalanan Malioboro, sekumpulan anak muda meretas mimpi jadi penulis besar. Belajar puisi langsung dari kehidupan.

Karangan seksi.
Letup imajinasi
sastra berahi

Karangan seksi.
Letup imajinasi
sastra berahi.

Cak Nun hobi protes sejak kecil.
Melawan hegemoni Orde Baru dengan
langkah kultural dan spiritual.

Bagi Abdul Hadi W.M., rentang waktu 1976-1982 adalah periode ketika para sastrawan Indonesia melakukan percobaan baru dalam berkarya dengan menggali tradisi sebagai sumber penciptaan.

Kuntowijoyo, penggagas
ilmu sosial dan sastra
profetik.

Si pandai kata.
Cari jalan berbeda
menuju Roma.

Setelah dipecat, Akhmad Basah alias Joehana menulis sejumlah karangan yang menyuarakan penderitaan rakyat.

Perubahan sikap politik Pramoedya Ananta Toer dilatari kondisi keuangan yang morat-marit.

Tutur cerita.
Berkelindan antara
gaib dan nyata.

Wedhatama dan Gaṭolotjo merupakan dua karya sastra klasik yang banyak memuat kritik atas prilaku umat Islam di Jawa.

Karena isinya dianggap kontroversial, I Know Why the Caged Bird Sings lantas dilarang para pejabat sekolah konservatif dan kelompok orang tua di kota-kota negara bagian di AS.