Peneliti Indef Abdul Manap menjelaskan tren ini menunjukkan ekspor-impor melambat. Meski sebagian negara sudah membuka aktivitasnya, tapi permintaan tak terkerek.
Peneliti INDEF Nailul Huda menilai klaim Enggar tentang perjanjian dagang dinilai hanya mencari kamping hitam atas buruknya kinerja perdagangan Indonesia akhir-akhir ini.
Bank Indonesia mencatat defisit neraca transaksi berjalan kuartal ke-II menyentuh angka 3 persen dari PDB, Pemerintah diminta membenahi neraca perdagangan.
BI memprediksi surplus perdagangan pada Juni 2019 akan berdampak positif terhadap defisit transaksi berjalan 2019, yakni berkisar di angka 2,5 hingga 3,0 persen terhadap PDB.
BPS mencatat nilai ekspor dalam neraca perdagangan pada bulan Maret 2019 sebesar 14,03 miliar dolar AS, sementara total impor mencapai 13,49 miliar dolar AS.
INDEF menyebutkan, kondisi defisit neraca dagang Indonesia pada 2018 lalu tidak jauh dari keputusan impor barang-barang dari China yang dilakukan Indonesia dan akibat perang dagang Cina dan AS.
Direktur CORE menilai, kebijakan pemerintah yang berupaya mengimbangi neraca perdagangan dengan mempermudah ekspor komoditas merupakan langkah kontradiktif.
Menko Darmin Nasution mengklaim perang dagang memicu ekspor RI pada awal 2019 loyo. Hal ini menyebabkan defisit neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2019 kembali membengkak.
Salah satu pemicu defisit neraca perdagangan Indonesia pada November 2018 ialah impor nonmigas dari golongan minuman. Impor wine termasuk dalam golongan itu.