Soeharto lewat kongsi bisnisnya membangun industri gula di luar Jawa. Krisis moneter menghantamnya dan IMF mengenalkan mekanisme pasar bagi industri gula. Nasib petani tebu makin terperosok.
Kebijakan liberalisasi pada 1870 mendorong perkebunan tebu dan lahirnya pabrik-pabrik penghasil gula milik swasta. Setelah era republik, perkebunan dan pabrik gula diambil alih negara.
Label kuat konglomerat melekat pada Sjamsul Nursalim, Sudono Salim, Hartono bersaudara, dan kawan-kawannya. Nama Oei Tiong Ham memang tak sementereng mereka, tapi orang ini termasuk perintis jajaran konglomerat di Indonesia.
Pabrik gula di Indonesia terpuruk. Jumlahnya kini menurun drastis dibandingkan era kolonial silam. Kendati demikian pemerintah abai terhadap kondisi ini. Kekurangan pasokan justru ditutupi dengan impor.