Menuju konten utama

Polisi Sebut Isu Penyerangan Ulama Kebanyakan Hasil Rekayasa

Dari 45 peristiwa penyerangan ulama, hanya ada 3 kasus yang benar-benar terjadi menurut penelusuran polisi.

Polisi Sebut Isu Penyerangan Ulama Kebanyakan Hasil Rekayasa
Ilustrasi hoax. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Kepala Satgas Nusantara Irjen Pol Gatot Edi Purnomo menjelaskan ada 45 peristiwa penyerangan ulama yang kebanyakan merupakan hasil rekayasa.

Dalam hasil penelusuran di lapangan, Edi menyebutkan pihaknya mengkategorikan 4 jenis kasus penyerangan ulama mulai dari yang benar-benar terjadi hingga hanya rekayasa.

"Pertama peristiwa yang benar-benar terjadi, kedua peristiwa yang direkayasa tapi diviralkan seolah-olah benar-benar ada penganiayaan ulama, ketiga peristiwa tindak pidana umum tapi seolah-olah korbannya adalah ulama, dan terakhir peristiwa yang benar-benar tidak terjadi," ucap Irjen Pol Gatot Edi di Mabes Polri Senin (05/03/2018).

Gatot mengatakan jika peristiwa yang masuk dalam kategori pertama atau benar-benar terjadi hanya ada 3 yaitu penyerangan KH Umar Basri di Cicalengka Kabupaten Bandung, kasus Ust Prawoto di Bandung Kulon, Kota Bandung dan kasus penyerangan KH Hakam Mubarok di Lamongan, Jawa Timur.

Lebih lanjut, Satgas Nusantara tidak menemukan adanya keterkaitan antara satu kasus dan kasus lainnya.

"Pendalaman-pendalaman yang kita lakukan terhadap peristiwa di darat kita belum menemukan koneksi satu peristiwa yang satu dan lainnya," ucap Irjen Pol Gatot.

Selain penelusuran di lapangan, Satgas Nusantara juga melakukan penelusuran di internet untuk mencari sindikat-sindikat yang memainkan isu-isu penyerangan ulama.

Menurut Wakil Kepala Satgas Nusantara, Brigjen Fadil Imran, ada 4 kelompok yang saling terkoneksi untuk membuat hoaks di media sosial mengenai penganiayaan ulama.

"Mereka adalah Cluster X (eks Saracen), Cluster Jawa Barat dan Banten, Cluster MCA (Muslim Cyber Army) dan Cluster Jatim," ucap Brigjen Fadil.

Informasi kelompok itu diketahui oleh Satgas Nusantara usai melakukan penyelidikan di media sosial dan pengakuan dari para pelaku kasus MCA dan Saracen yang sudah ditangkap.

Menurut Brigjen Fadil, motif mereka untuk menyebarkan berita Hoaks tentang ulama adalah motif politik. Mereka ingin menimbulkan keresahan dan harapannya tumbuh opini kalau pemerintahan saat ini tidak mampu memberikan rasa aman kepada masyarakat,

"Dengan menyebarkan isu hoax ini berharap agar timbul keresahan dan konflik sosial yang besar. Biar ada opini pemerintah tidak mampu menjaga rakyatnya," ucap Brigjen Fadil.

Pihak kepolisian akan terus mendalami kasus penyebaran isu penganiayaan ulama tersebut untuk menemukan siapa lagi yang bertanggungjawab atas isu penganiayaan ulama tersebut.

Baca juga artikel terkait PENYERANGAN ULAMA atau tulisan lainnya dari Naufal Mamduh

tirto.id - Hukum
Reporter: Naufal Mamduh
Penulis: Naufal Mamduh
Editor: Yantina Debora