Menuju konten utama

Penyakit yang Menghantui Pasca Banjir & Bagaimana Menghindarinya

Banyak penyakit menghantui setelah banjir surut. Ketahui cara mengantisipasinya.

Sejumlah bocah bermain di kawasan banjir di Total Persada, Kota Tangerang, Banten, Rabu (26/2/2020). ANTARA FOTO/Fauzan/ama.

tirto.id - Warga Jabodetabek nampaknya belum benar-benar aman dari banjir mengingat BNPB menyebut puncak musim hujan di wilayah ini dapat terjadi hingga pertengahan Maret.

Di Jakarta, banjir sudah terjadi enam kali sejak dua bulan terakhir. Banjir terakhir terjadi pada 25 Februari lalu. Sebanyak 214 kelurahan tergenang dengan ketinggian air 50-100 sentimeter, dan berdampak terhadap 74.452 warga.

Banjir tak hanya merusak rumah dan bangunan dan lingkungan. Ia juga membawa serta penyakit. Ketua Umum Perhimpunan Dokter Ahli Emergensi Indonesia (PDEI) Moh. Adib Khumaidi menyebut ini dapat terjadi karena umumnya air banjir terkontaminasi dengan sampah dan material berbahaya lain.

"Selain sampah dan kotoran, dikhawatirkan juga ada hewan liar serta pecahan benda-benda tajam yang turut dalam arus banjir tersebut," kata Adib lewat keterangan tertulis yang diterima reporter Tirto, Rabu (26/2/2020) lalu.

Air banjir yang bercampur kotoran tikus dan sampah berpotensi mengakibatkan penyakit leptospirosis, yang disebabkan bakteri bernama leptospira interrogans. Gejala penyakit ini di antaranya mual, muntah, meriang, dan diare.

Air yang kotor juga berpotensi menyebabkan infeksi kulit, sementara tumpukan sampah dan rongsokan di area lembab berpotensi menjadi area berkembang biak nyamuk demam berdarah.

Banjir juga umumnya membuat makanan jadi kurang higienis. Makanan seperti ini berpotensi menyebabkan diare dan demam tifoid. Kondisi makanan dengan gizi terbatas pun dapat menyebabkan asam lambung dan migrain. "Hal ini umumnya banyak dialami oleh korban banjir usia produktif dan lansia," kata Adib.

Banjir juga mengakibatkan udara menjadi dingin dan bercampur dengan kotoran. Hal ini dapat membuat warga terjangkit ISPA, flu, dan demam.

Ada sejumlah upaya untuk mencegah terkena penyakit-penyakit itu. Untuk orangtua, misalnya, disarankan untuk mencegah anak-anak mereka bermain di air banjir. Pun dengan orang dewasa. Jika terpaksa harus berjalan melewati genangan air, maka diharapkan menggunakan sepatu boots.

"Segera mengganti pakaian basah dengan pakaian kering untuk mencegah hipotermia," Adib menambahkan.

Ketika membersihkan rumah setelah banjir menerjang, Adib juga meminta warga mengenakan masker serta menghindari luka luar karena itu dapat jadi pintu kuman masuk ke tubuh.

Warga juga diminta banyak minum air putih, makan teratur, dan memperhatikan gizi makanan selama banjir. Perhatikan pula kondisi makanan dan tanggal kedaluwarsa makanan. Selain itu, warga juga disarankan menyiapkan obat-obatan dan segera ke puskesmas atau rumah sakit jika mengalami keluhan kesehatan.

"Tujuan dari tindakan ini semua tentunya untuk mencegah agar kita semua terhindar dari penyakit pasca banjir yang sewaktu-waktu bisa mengenai siapa saja, terutama anak-anak kita," kata Adib.

Kepala Bidang pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P) Dinkes DKI, Lies Dwi, mengatakan pasca banjir terakhir memang banyak warga yang mengeluh sakit, umumnya ISPA, diare, dan penyakit kulit. Di antara semua penyakit yang mungkin timbul pasca banjir, Lies mengatakan dinas menaruh perhatian lebih ke demam berdarah. Ia mengatakan selama ini penyakit tersebut memang biasa naik pada awal tahun, dan baru mereda pada bulan keempat.

"Jangan sampai karena sibuk dengan banjir, sibuk dengan isu corona, kita lupa dengan demam berdarah," kata Lies kepada reporter Tirto.

Lies mengatakan petugas kesehatan biasanya langsung terjun ke lapangan saban terjadi banjir. Pun dengan banjir terakhir tanggal 25 kemarin. Di sana mereka akan melakukan pelayanan kesehatan bagi warga.

"Sampai teman-teman puskesmas itu ada yang basah-basah melewati daerah banjir. Ada yang pakai perahu karet," katanya.

Untuk lokasi pengungsian dengan jumlah warga lebih dari 100 orang, Lies bilang dinas akan mendirikan pos kesehatan. Namun jika yang mengungsi di bawah itu, dinas hanya menempatkan petugas secara mobile.

Baca juga artikel terkait BANJIR atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Rio Apinino
-->