Menuju konten utama

Pengusaha Berencana Tambah Kuota Impor Kakao Jika PPN Jadi 0%

Askindo menilai relaksasi PPN impor kakao diperlukan sebab upaya peningkatan produksi dari dalam negeri masih belum optimal.

Pengusaha Berencana Tambah Kuota Impor Kakao Jika PPN Jadi 0%
Ilustrasi cokelat. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Ketua umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Arie Nauvel Iskandar menyebut kapasitas produsksi pabrik coklat di Indonesia belum optimal karena suplai kakao lokal di dalam negeri belum memadai. Ari menyebut, kapasitas produksi bahkan hanya mencapai 56 persen.

Beberapa upaya pun dilakukan untuk menambah kapasitas produksi, seperti meminta keringanan pemerintah agar impor biji kakao, sampai akhirnya mendapat izin soal penetapan PPN impor nol persen untuk biji kakao.

"Dengan plus impor [kakao] saja utilisasi masih rendah. Masih 56 persen dari kapasitas yang terpasang. Makanya, permintaan dari pengurangan PPN karena itu. Kan sekarang harganya sudah turun 10 persen. Diharapkan ke depan kita akan bisa tambah kapasitas produksi 60 persen dari kakao impor," kata dia kepada Tirto, Rabu (18/9/2019).

Produsen lokal bisa menyerap kakao sebesar 250.000 ton biji per tahun untuk memenuhi 50 persen kapasitas produksi pabrik coklat. Namun, jumlah itu masih harus dikurangi karena kakao lokal juga diekspor 12.000 ton per tahun.

Artinya, hanya ada 249.000 ton biji kakao yang diproduksi di dalam negeri tiap tahunnya.

Menurut Ari, 249.000 ton kakao tak cukup untuk memenuhi produksi pabrik coklat di RI. Lantaran itu, impor biji kakao selalu naik setiap tahun.

Tahun 2018, misalnya, pemerintah membuka keran impor kakao sebesar 128.000 ton. Angka dari kuota impor tahun lalu diharapkan akan terus bertambah untuk mengoptimalkan kapasitas produksi pabrik cokelat.

"Ya diharapkan sebanyak-banyaknya biji kakao [impor] bisa masuk," kata dia.

Aspirasi agar PPN impor kakao direlaksasi bukan tanpa alasan. Selama ini, Askindo menilai upaya peningkatan produksi petani kakao masih belum optimal. Padahal berkoordinasi dengan para petani kakao yang difasilitasi pemerintah juga telah dilakukan.

"Ini kan permasalahannya adalah karena biji yang kurang. Enggak ada bijinya. Memang tidak ada raw materialnya kemudian kita impor. Makanya industri itu sudah minta, harus dipermudah dong impornya agar diharapkan di tahun tahun ke depan industri itu bisa produksi lebih dari kapasitas sekarang," tandas dia.

Baca juga artikel terkait HARGA KAKAO atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana