Menuju konten utama

Penampakan Gerhana Bulan Total 28 Juli di Beberapa Belahan Dunia

Gerhana paling penuh bisa dilihat dari Eropa, Rusia, Afrika, Timur Tengah, serta sebagian besar Asia dan Australia.

Penampakan Gerhana Bulan Total 28 Juli di Beberapa Belahan Dunia
Foto kombo fase gerhana bulan total terlihat di Kota Padang, Sumatera Barat, Sabtu (28/7/2018). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra.

tirto.id - Gerhana Bulan Total (GBT) pada Sabtu, 28 Juli 2018 dini hari tadi termasuk yang paling lama terjadi di abad 21 ini. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak GBT terjadi selama 103 menit dan dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.

BMKG melakukan pengamatan GBT 28 Juli 2018 di 20 titik melalui Stasiun Geofisika. Sejumlah titik pengamatan tersebut antara lain di Banda Aceh, Medan, Padang Panjang, Kepahiang, Tangerang, Jakarta, dan Bandung.

Di Indonesia, orang-orang juga menyaksikan gerhana, dan warga muslim melakukan salat gerhana bulan atau dikenal dengan salat khusuf di masjid-masjid.

Selain itu, pada Jumat malam hingga Sabtu dini hari tadi, beberapa pengamat astronomi dari berbagai belahan dunia juga turut mengamati fenomena yang akan berulang 100 tahun lagi.

Gerhana total berlangsung satu jam, 42 menit, dan 57 detik, meski gerhana sebagian mendahului dan menyusul, yang artinya bulan menghabiskan total hampir empat jam di bayangan umbra Bumi menurut Badan Aeronautika dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Dari Cape of Good Hope sampai Timur Tengah; dan dari Kremlin sampai Pelabuhan Sydney, ribuan orang mengarahkan pandangan ke bintang-bintang untuk melihat bulan, yang berubah gelap sebelum bercahaya oranye, kecokelatan dan merah tua dalam bayangan bumi.

Gerhana paling penuh bisa dilihat dari Eropa, Rusia, Afrika, Timur Tengah, serta sebagian besar Asia dan Australia meski awan menutupi bulan di beberapa tempat. Namun gerhana tidak bisa dilihat dari Amerika Utara atau kebanyakan wilayah Pasifik.

Dikutip dari Antara, Reuters memetakan gerhana dari berbagai bagian dunia, menangkap kilau oranye dan merah bulan di atas Kairo; Kuil Poseidon di Cape Sounion, dekat Athena; desa Bavaria Raisting di Jerman; pantai Rio di Brazil; dan Johannesburg.

Di Nairobi, warga Kenya melihat bulan saat menjadi gelap.

"Tentang semua inilah hidup: momen-momen magis seperti ini," kata Teddy Muthusi saat menyaksikan gerhana dari Uhuru Park di Nairobi. "Sangat indah. Sangat bernilai."

Di tepi Sungai Gangga, India, kuil-kuil ditutup menjelang gerhana.

Sementara orang-orang yang antusias menyaksikannya menggunakan teleskop di Marina South Pier di Singapura dan Observatorium Al Sadeem di Al Wathba dekat Abu Dhabi.

Ratusan orang di Australia membayar untuk menyaksikan gerhana dari Observatorium Sydney sebelum matahari terbit.

Ketika bergerak menuju bayangan Bumi yang mengerucut, bulan berubah dari diterangi matahari menjadi gelap. Namun, sebagian cahaya masih menjangkaunya karena dibengkokkan atmosfer Bumi.

"Disebut Blood Moon karena cahaya dari matahari pergi melalui atmosfer Bumi dalam perjalanannya menuju ke bulan, dan atmosfer Bumi mengubahnya menjadi merah sama seperti ketika matahari memerah saat terbenam," kata Andrew Fabian, profesor astronomi dari Universitas Cambridge, kepada Reuters.

Pada saat yang sama, Mars melakukan perjalanan lebih dekat ke Bumi dari yang pernah terjadi 2003, jadi para pengamat mungkin melihat apa yang tampak seperti bintang oranye-merah dan faktanya itu Planet Merah.

"Kebetulan yang sangat tidak biasa gerhana bulan total dan Mars dalam oposisi pada malam yang sama," kata Robert Massey, deputi direktur eksekutif Royal Astronomical Society, yang menyaksikan gerhana dari Laut Tengah.

Baca juga artikel terkait GERHANA BULAN TOTAL

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri