Menuju konten utama
Khotbah Jumat

Naskah Khutbah Jumat: Meneladani Rasulullah dalam Menyikapi Pandemi

Naskah khotbah Jumat pekan ini membahas tentang bagaimana Rasulullah menyikapi wabah yang pernah melanda pada zamannya.

Naskah Khutbah Jumat: Meneladani Rasulullah dalam Menyikapi Pandemi
Ilustrasi. foto/Istockphoto

tirto.id - As-salāmu ʿalaykum wa-raḥmatu -llāhi wa-barakātuh..

Hari ini kita kembali memasuki hari yang paling utama dalam Islam, hari Jumat.

Pada hari ini, ada ibadah khusus yang wajib dilakukan oleh laki-laki muslim yang mukallaf, sehat, dan bermukim, yakni melaksanakan salat Jumat sebagai pengganti salat zuhur.

Mengenai salat Jumat, salah satu syarat sahnya adalah mendengarkan khotbah Jumat yang disampaikan khatib.

Naskah Khotbah Jumat

Untuk Jumat pekan ini, naskah khotbah Jumat di bawah bisa dijadikan contoh saat melaksanakan ibadah salat Jumat:

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ،

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, tentu kita senantiasa harus bisa meneladani sikap Rasulullah, terutama pada masa Pandemi yang masih belum juga usai di negeri ini.

Kita harus sadar dan yakini jika musibah merupakan bagian dari ketentuan Allah atas kehidupan ini. Selebihnya, kita juga perlu introspeksi (muhasabah) atas berbagai perilaku salah kita.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ (التوبة: ٥١)

Mempelajari sirah Nabi Muhammad SAW merupakan bagian dari agama ini, termasuk mengetahui bagaimana sikap rasul dalam menghadapi wabah yang datangnya dari Allah SWT.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Pada kesempatan yang penuh berkah ini, saya juga mengingatkan diri sendiri dan hadirin sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt; menjalankan seluruh perintah dan menghindari seluruh larangan-Nya; juga senantiasa berusaha menghadirkan Allah dalam tiap kesadaran dan gerak-gerik kita.

Naskah khotbah Jumat yang disarikan dari laman NU ini menyebutkan, banyak jalan bagaimana musibah itu hadir di tengah-tengah manusia, termasuk wabah virus Corona sebagaimana yang kita alami sekarang ini.

Ada beberapa peneliti yang menyatakan bahwa virus yang hadir dan menyebabkan penyakit Covid-19 ini muncul akibat tindakan semena-mena manusia terhadap satwa liar (kelelawar). Satwa liar memang dikenal menjadi sumber penyakit menular baru.

Meski demikian, ketika peristiwa ini telah terjadi, kita mesti meyakininya sebagai bagian dari ketentuan Allah atas kehidupan ini dan lainnya adalah kita yang perlu menginstrospeksi diri atas tindakan apa saja yang pernah kita lakukan.

Allah SWT berfirman:

قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ (التوبة:٥١)

Qul lany-yusiibanaaa illaa maa katabal laahu lanaa Huwa mawlaanaa; wa 'alal laahi falyatawak kalimu 'minuun

Artinya: "Katakanlah (Muhammad), "Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman."

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Wabah bukanlah peristiwa yang sama sekali baru. Wabah memiliki sejarah panjang dengan tingkat bahaya yang beragam. Peristiwa wabah penyakit juga terjadi pada zaman Nabi Muhammad dan para sahabat.

Artinya, jika kita kini merasakan penderitaan akibat pandemi, sadarlah bahwa pengalaman serupa juga pernah dialami orang-orang paling saleh pada zamannya.

Wabah tha'un (penyakit sampar, pes, lepra) pernah menyerang masyarakat Arab ketika itu dan menelan korban jiwa.

Lalu, apa yang dilakukan orang-orang mulia itu ketika wabah menimpa? Sikap paling jelas dari Rasulullah saat menghadapi wabah adalah imbauan beliau kepada para sahabatnya untuk menghindari daerah-daerah yang masuk zona penyakit.

Hal ini terekam salah satunya dalam hadis sahih riwayat Imam al-Bukhari berikut ini:

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهَا أَخْبَرَتْنَا أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُوْلَ اللهِ ﷺعَنِ الطَّاعُوْنِ فَأَخْبَرَهَا نَبِيُّ اللهِﷺ أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ فَجَعَلَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ الطَّاعُوْنَ فَيَمْكُثُ فِيْ بَلَدِهِ صَابِرًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُصِيْبَهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيْدِ

Artinya, “Dari Sayyidah Aisyah ra, ia mengabarkan kepada kami bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw tentang tha‘un, lalu Rasulullah saw memberitahukannya, ‘Zaman dulu tha’un adalah azab yang dikirimkan Allah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Tiada seorang hamba yang sedang tertimpa tha’un, kemudian menahan diri di negerinya dengan bersabar seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan mengenainya selain karena telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid,” (HR al-Bukhari).

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Hadis ini setidaknya menjelaskan tentang dua hal penting.

Pertama, tentang fakta wabah penyakit yang bisa berfungsi sebagai azab dan bisa sebagai rahmat. Untuk konteks saat ini, dua hal ini bisa dibaca sebagai buah dari sikap manusia terhadap wabah.

Wabah berstatus sebagai azab ketika disikapi dengan kekufuran, kezaliman, kesombongan, dan perilaku maksiat lainnya.

Sebaliknya, wabah menjelma menjadi rahmat saat direspons dengan bijak dan penuh kesabaran yang menjadi ciri-ciri sikap kaum beriman.

Wabah bisa menimpa siapa saja, baik mukmin maupun bukan, orang-orang saleh maupun para pendosa.

Namun, masing-masing dari mereka bisa berbeda dalam menyikapi wabah dan saat itulah mereka secara tidak langsung sedang ikut menentukan, apakah wabah ini menjadi rahmat (kasih sayang) atau azab (siksa).

Seperti ketika menghadapi ujian di sekolah, ia diciptakan agar siswa semakin giat belajar dan bersiap menyongsong kenaikan kelas.

Begitu juga dengan musibah, ia diciptakan untuk menguji hamba untuk "naik kelas" sebagai mukmin sejati.

Kedua, tentang sikap yang dianjurkan Rasulullah dalam merespons wabah. Dalam hadis yang disebut tadi, Rasulullah menyebut dua sikap positif, yakni (1) mengisolasi diri sementara dan (2) sabar dalam kesadaran penuh bahwa Allah penentu segala sesuatu.

Jika dua sikap ini diterapkan maka ganjaran yang diperoleh setara dengan ganjaran orang mati syahid.

Jika dicermati, sikap pertama yang disarankan Rasulullah dalam hadis itu tak lain adalah dorongan untuk senantiasa berikhtiar.

Rasulullah SAW secara terang-terangan menyuruh para sahabat untuk menahan diri di daerah setempat, yang berarti pula melarang mereka memasuki zona penularan penyakit.

Anjuran karantina diri saat wabah juga tercantum dalam hadis lain:

فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ ، فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا ، فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ وقَالَ أَبُو النَّضْرِ : لَا يُخْرِجُكُمْ إِلَّا فِرَارٌ مِنْهُ

Artinya: "Jika kalian mendengar ada wabah tha’un di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun, bila wabah tha'un itu ada di negeri kalian, janganlah keluar dari negeri kalian karena menghindar dari penyakit itu,” (HR Muslim).

Yang menarik, aspek ikhtiar lahiriah ini disebut pertama kali oleh Nabi, baru kemudian menekankan bahwa ikhtiar itu mesti dibersamai dengan sikap sabar dan berserah diri kepada ketentuan Allah.

Tentu tidak semua wabah membutuhkan karantina diri, sebagaimana tha'un dan Covid-19.

Tapi poin pokok dari hadis Nabi itu adalah adanya upaya aktif manusia untuk menanggulangi penyakit, tidak semata pasif menunggu keajaiban datang sendiri meskipun dibungkus dengan pengakuan tawakal atau semacamnya.

Ikhtiar untuk mencegah segala hal yang mudarat adalah bagian dari pelaksanaan syariat yang wajib dilakukan seorang hamba.

Manusia dibekali naluri mempertahankan diri dan akal untuk kelangsungan hidupnya. Melakukan mitigasi bencana, mengarantina penularan virus, atau hidup higienis adalah bagian dari cara mensyukuri anugerah tersebut.

Dan yang mesti dicatat pula, sebagaimana pesan Nabi, berbagai ikhtiar tersebut mesti beriringan dengan kesabaran dan keyakinan bahwa Allahlah yang menentukan siapa yang bakal terkena musibah.

Semoga Allah SWT selalu memberikan keimanan pada diri kita semua sekuat-kuatnya, sembari menjauhkan kita dari sikap sembrono, angkuh, dan meremehkan ujian-ujian yang datang dari-Nya.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Demikian khotbah Jumat pada hari ini. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Aamiin allahumma aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إلىَ رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلأَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي الْقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Baca juga artikel terkait NASKAH KHUTBAH JUMAT atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom