tirto.id - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir mengatakan program bela negara bisa mencegah para lulusan terbaik, peneliti, dan ilmuwan universitas menjadi diaspora atau pergi bekerja di luar negeri. Oleh karenanya, program bela negara perlu diterapkan di lingkungan perguruan tinggi.
"Peneliti di Indonesia yang pintar-pintar malah diaspora, ke luar negeri. Mereka membangun luar negeri menjadi lebih baik, ini perlu dipertanyakan," kata Nasir, dalam seminar bertema "Implementasi Revolusi Mental melalui Pemahaman Nilai-Nilai Bela Negara di Perguruan Tinggi untuk Mewujudkan Kader Intelektual Bela Negara" di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa, (29/3/2016).
Nasir mengungkap rasa cinta tanah air yang masih rendah menjadi permasalahan bangsa saat ini. Ia menilai sudah seharusnya peneliti Indonesia yang bekerja di luar negeri kembali ke Tanah Air untuk membangun negerinya sendiri.
"Bela negara tidak selalu berbentuk fisik, tapi bagaimana mereka menjadi mahasiswa yang baik, harus berkualitas menghadapi tantangan global untuk kepentingan negara," ujar Nasir.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berpendapat, mahasiswa sudah seharusnya memiliki karakter kepemimpinan di samping menguasai ilmu pengetahuan dan mempunyai kemampuan mengambil keputusan. Oleh karenanya, pembangunan karakter merupakan hal terpenting yang menjadi tujuan adanya kurikulum bela negara di perguruan tinggi.
Ryamizard berujar, ada banyak hal yang diperlukan untuk mengangkat kebanggaan dan semangat kebangsaannya.
"Bagaimana membuat mahasiswa bangga kemudian mencintai negaranya. Bagaimana bisa cinta kalau tidak bangga, bagaimana bisa bangga kalau tidak mengerti, ngerti pun tidak. Maka itu harus diberikan pemahaman mengenai perjuangan bangsa-bangsanya," kata Ryamizard.
Ryamizard mengusulkan agar kurikulum bela negara diberikan juga di tingkat sekolah dasar.
(ANT)