Menuju konten utama

Menggunakan Teori & Psikologi Warna untuk Marketing di Media Sosial

Seorang pelaku usaha dan pelaku pemasaran disarankan untuk mengetahui teori warna sebelum memasarkan produknya di media sosial. 

Menggunakan Teori & Psikologi Warna untuk Marketing di Media Sosial
Ilustrasi Aplikasi Instagram. FOTO/iStrockphoto

tirto.id - Hampir rata-rata pelaku usaha saat ini menggunakan media sosial untuk mempromosikan produknya. Sebab, media sosial dinilai dapat menjangkau konsumen yang lebih luas, bahkan di luar segmen pasarnya. Sehingga, keuntungan yang diperoleh akan semakin banyak.

Namun, tak semua pelaku marketing sadar bahwa memasarkan produk di media sosial perlu menggunakan teori dan psikologi warna. Sebab, warna tidak semata-mata hanya sebagai sarana dekoratif saja, melainkan membantu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan.

Dilansir dari Convince and Convert, penggunaan warna dalam sebuah iklan dapat menarik perhatian 42 persen lebih banyak khalayak, dibandingkan dengan iklan hitam putih. Ini berlaku dalam platform apa pun. Di sisi lain, hal ini seolah membuktikan bahwa warna akan mempengaruhi cara pikir dan perilaku seseorang.

Secara teori, pesan yang sampai ke otak ketika mata melihat tertentu akan membuat seseorang membuat penilaian seperti tertarik, bosan, teriak, bahkan merasa jijik.

Oleh karenanya, seorang pelaku usaha dan pelaku pemasaran disarankan untuk mengetahui teori warna. Tidak hanya itu, mereka juga harus mengetahui respons apa saja yang muncul setelah para calon konsumen melihat warna-warna di dalam iklan tersebut.

Di sisi lain, bentuk desain dalam iklan juga harus bisa membuat mata calon konsumen menuju pada sebuah objek yang hendak disampaikan. Secara tidak langsung, iklan yang ditayangkan harus bisa membuat mata calon konsumen tertuju pada satu fokus. Di sinilah peran warna sangat dibutuhkan.

Penggunaan warna-warna tertentu juga dapat mempengaruhi tatanan logika atau psikologi iklan dan konten visual. Contohnya, menggunakan warna komplementer dapat memberikan efek menggelegar, dan warna analog akan memberikan rasa ketenangan. Semua dapat diciptakan oleh para pelaku pemasaran.

Berikut adalah tips menggunakan psikologi teori warna dalam iklan sosial media seperti dilansir dari Ragan’s PR Daily:

  1. Pertimbangkan skema warna yang akan digunakan saat menyiapkan foto atau mulai mendesain gambar. Padukan dengan logo, rancanglah warna-warna yang cocok dengan branding merek Anda.
  2. Warna komplementer atau analog adalah pilihan yang baik untuk palet media sosial dasar Anda. Sebab, warna komplementer akan menciptakan kontras yang bisa membawa mata ke titik fokus.
  3. Warna akan membangkitkan emosi. Jika Anda ingin orang yang melihat iklan Anda merasakan kehangatan, kekuatan, atau cinta, maka pilihlah warna hangat seperti merah, merah muda, oranye, dan kuning. Jika bertujuan untuk menenangkan, pilih warna biru atau hijau.
  4. Pertimbangkan target konsumen dan latar belakang budaya mereka dengan hati-hati. Hal ini dapat mempengaruhi mereka dalam melihat warna dan bagaimana mereka mempersepsikannya. Contoh, warna putih pada budaya barat melambangkan kemurnian dan keanggunan, namun dalam budaya Asia warna putih menandakan kematian dan nasib buruk.
  5. Penting untuk diingat bahwa rona warna yang dihasilkan dalam layar digital akan berbeda dengan di atas kertas.
  6. Penggunaan teori warna secara sengaja dalam gambar media sosial akan membantu menciptakan kehadiran merek yang kohesif yang melibatkan pengikut Anda. Gambar yang Anda rancang harus melekat dan membekas pada audiens tak lama setelah mereka logout.

Berikut adalah sifat psikologis dari warna-warna primer yang dapat Anda gunakan sebagai panduan seperti dilansir dari Colour Affect:

  • Merah

Warna merah efektif dalam menangkap perhatian. Oleh karenanya, ia digunakan dalam lampu lalu lintas di seluruh dunia.

Efeknya bisa merangsang dan meningkatkan denyut nadi. Selain itu, warna yang kerap diartikan sebagai simbol keberanian itu pada umumnya memberi kesan bahwa waktu berlalu lebih cepat.

Kesan positif warna merah: keberanian, kehangatan, energi, kelangsungan hidup dasar, pertarungan atau pelarian, stimulasi, kejantanan, dan kegembiraan.

Kesan negatif warna merah: pembangkangan, agresi, dampak visual, ketegangan.

  • Biru

Biru diasumsikan dengan intelektualitas. Ia merupakan warna pikiran dan memiliki kemampuan untuk menenangkan. Warna-warna biru akan mempengaruhi diri manusia secara mental.

Warna yang khas dengan langit ini akan merangsang pikiran menjadi lebih jernih dan lebih ringan. Tidak hanya itu, warna ini dapat membantu pikiran untuk lebih berkonsentrasi.

Kesan positif warna biru: kecerdasan, komunikasi, kepercayaan, efisiensi, ketenangan, tugas, logika, kesejukan, dan refleksi.

Kesan negatif warna biru: dingin, menyendiri, kurang emosi, dan tidak ramah.

  • Kuning

Kuning identik dengan kesan emosional. Berbeda pada merah yang merangsang secara fisik, warna bunga matahari ini berimbas pada emosi manusia.

Dalam ilmu psikologis, warna kuning adalah warna yang paling kuat. Ia akan mengangkat semangat dan harga diri. Tidak hanya itu, warna kuning berpengaruh besar terhadap rasa optimisme diri.

Kesan positif warna kuning: optimistis, kepercayaan diri, harga diri, ekstraversi, kekuatan emosional, keramahan, dan kreativitas.

Kesan negatif warna kuning: irasional, ketakutan, kerapuhan emosional, depresi, kecemasan, bunuh diri.

  • Hijau

Hijau diasosiasikan sebagai keseimbangan. Saat mata melihat suatu benda yang berwarna hijau, mata tidak memerlukan penyesuaian terhadap apa pun. Hal tersebut dikarenakan warnanya yang menenangkan.

Kesan positif warna hijau: harmoni, keseimbangan, penyegaran, universal, istirahat, pemulihan, kepastian, kesadaran lingkungan, dan kedamaian.

Kesan negatif warna hijau: kebosanan, stagnasi, kebodohan, dan kelemahan.

Baca juga artikel terkait MEDIA SOSIAL atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Marketing
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Alexander Haryanto