Menuju konten utama

Kuasai Tuban Petro, Pemerintah Hemat Devisa Hingga Rp5 triliun

Kementerian Keuangan menargetkan penghematan cadangan devisa hingga Rp5 triliun per tahun seiring dengan meningkatnya kepemilikan negara atas saham PT Tuban Petrochemical Industries (Tuban Petro) dari 70 persen menjadi 95,9 persen.

Kuasai Tuban Petro, Pemerintah Hemat Devisa Hingga Rp5 triliun
Sejumlah kendaraan melintas saat berlangsung aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (19/3). Badan Pusat Statistik mencatat, pada Februari 2018 neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 116 juta dolar Amerika Serikat yang merupakan defisit selama tiga bulan berturut-turut sejak Desember 2017. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/kye/18.

tirto.id - Kementerian Keuangan menargetkan penghematan cadangan devisa hingga Rp5 triliun per tahun seiring dengan meningkatnya kepemilikan negara atas saham PT Tuban Petrochemical Industries (Tuban Petro) dari 70 persen menjadi 95,9 persen.

Dirjen Kekayaan Negara Kemenkeu Isa Rachmatarwata menjelaskan PT Tuban Petrochemical Industries akan didorong untuk segera memproduksi dan memenuhi kebutuhan produk petrokimia dalam negeri, di mana saat ini lebih banyak dipenuhi dari impor.

“Kami harap TPI (Tuban Petro) bisa menghasilkan dividen, bayar pajak, dan menghemat [cadangan] devisa sampai Rp5 triliun per tahun karena produksi sendiri,” ucap Isa Rachmatarwata di Jakarta, Jumat (18/10/2019) di Gedung DJKN.

Isa menambahkan pemerintah juga berharap Tuban Petro bisa membuka lapangan kerja baru hingga 1.500 orang dari pembukaan pabrik. Kehadiran pabrik baru itu juga akan berdampak secara tidak langsung terhadap 12.000-15.000 orang .

Direktur Utama Tuban Petro Sukriyanto menyatakan saat ini kebutuhan petrokimia di Indonesia mencapai 1,8 juta ton per tahun. Saat ini produsen petrokimia yang sudah beroperasi seperti Chandra Asri baru bisa memenuhi sekitar 480.000 metrik ton.

Dia menargetkan Tuban Petro bisa meningkatkan kapasitas produksinya dari 240.000 metrik ton menjadi 300.000 metrik ton. Alhasil, produksi petrokimia di dalam negeri bisa menyentuh 780.000 ton per tahun.

Meski begitu, lanjut Sukriyanto, investasi yang dibutuhkan untuk peningkatan kapasitas cukup besar. Secara bertahap, Tubanpetro membutuhkan 400 juta dolar AS, lalu 300 miliar dolar AS, dan 6,7 miliar dolar AS untuk pengembangan pabriknya.

“Tuban Petro pasarnya untuk lokal. Karena kalau gak produksi 70 persen kebutuhan petrokimia masih impor,” ucap Sukriyanto dalam paparan di Gedung DJKN.

Untuk diketahui, Tuban Petro sebelumnya tengah terlilit utang hingga Rp2,6 triliun. Kewajiban itu semakin membengkak manakala perseroan ternyata juga kena denda dan belum membayar bunga pinjaman kepada pemerintah.

Pemerintah lantas melakukan penyehatan keuangan Tuban Petro dengan mengkonversi utang menjadi penyertaan modal. Alhasil, kepemilikan negara pada saham Tuban Petro menjadi 95,9 persen dari sebelumnya 70 persen.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI PETROKIMIA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Ringkang Gumiwang