Menuju konten utama

Kritikus Sastra Harold Bloom Meninggal pada Usia 89 Tahun

Harold Bloom terdaftar sebagai pengajar dalam Departemen Bahasa Inggris di Yale sejak 1955.

Kritikus Sastra Harold Bloom Meninggal pada Usia 89 Tahun
Profesor Harold Bloom berbicara kepada audiens, Selasa, 1 Februari 2005, di New York Pulbic Perpustakaan. Kathy Willens/AP

tirto.id - Kritikus sastra ternama sekaligus profesor di Universitas Yale, Harold Bloom, meninggal dunia pada usia 89 tahun. The New York Times melaporkan, penulis buku The Western Canon itu wafat pada Senin (14/10/2019) di salah satu rumah sakit di negara bagian Connecticut, Amerika Serikat (AS).

Kabar kematian Sterling Professor di bidang kemanusiaan itu dikonfirmasi oleh istrinya, Jeanne Gould. Namun, belum ada kabar pasti sebab kematian penerima gelar Sterling Professor di Yale itu.

Bloom terdaftar sebagai pengajar dalam Departemen Bahasa Inggris di Yale sejak 1955. Istrinya hanya mengatakan, empat hari sebelum meninggal, Bloom masih sempat mengajar di kelas. Bahkan belakangan Bloom masih sibuk membaca dan menulis buku.

Kabar ini juga disebar lewat Twitter terlebih dahulu oleh akun @yaledailynews. Pada postingan tersebut, Yale Daily News menulis, "BREAKING: Harold Bloom GRD ‘55, the Sterling Professor of English who championed and staunchly defended the Western canon, died today at 89."

("BREAKING: Harold Bloom GRD '55, Sterling Profesor bahasa Inggris yang memperjuangkan dan membela The Western Canon, meninggal dalam usia 89.").

Kabar ini kemudian menyebar luas di Twitter. Banyak pesan belasungkawa yang muncul terkait kematian pria kelahiran Bronx, New York, tahun 1930 ini.

Salah satunya adalah dari akun milik jurnalis asal Inggris, Stephen "Stig" Abell. "Anyone who has ever studied English literature will have probably read Harold Bloom: an infuriating, passionate, provocative and enlightening figure from a different age when literary criticism was seen to matter. We won’t see his like again. RIP."

("Siapa pun yang pernah mempelajari sastra Inggris mungkin pernah membaca karya Harold Bloom: sosok yang menyebalkan, penuh gairah, provokatif, dan mencerahkan dari zaman yang berbeda ketika kritik sastra dipandang penting. Kita tidak akan melihatnya lagi. Beristirahatlah dengan tenang.")

Harold Bloom merupakan sastrawan yang getol dengan aliran sastra Romantis. Aliran ini tertuang dalam buku-buku karyanya. The New York Times menulis, "di dalam hati tulisan-tulisan Profesor Bloom ada cinta yang bergelora terhadap sastra dan rasa menikmati figur heroik yang ada padanya."

Di dunia akademik, Harold Bloom bukan nama yang asing. Ia sudah mengajar di Yale selama 50 tahun lebih. Bloom juga telah menerima gelar Sterling Professor di bidang humaniora (humanities) dari perguruan tinggi itu. Bloom menerima gelar tersebut pada tahun 1983, tahun yang sama dengan Harry H. Wellington dan Vincent Scully. Sterling Professor merupakan titel akademik tertinggi di Universitas Yale.

Selain itu, ia juga terkenal karena teorinya yang fenomenal, teori influence. Dilansir Britannica.com, ia merumuskan teori ini dalam dua buku, The Anxiety of Influence (1973) dan A Map of Misreading (1975).

Tulisan Harold Bloom yang paling kontroversial adalah The Book Of J (1990). Di dalamnya, ia mengatakan, Injil pertama kali ditulis oleh seorang wanita pada masa Daud dan Sulaiman, dan berupa sastra, bukan kitab agama. Buku ini pun menjadi best-seller.

Bloom memiliki kemampuan lain yang jarang dimiliki oleh orang lain. The New York Times menulis, Bloom bisa menghafalkan semua puisi karya Shakespeare, dan semua seri "Paradise Lost" karya John Milton--yang terdiri dari 10.000 lebih baris bait puisi. Bloom pun mengakui ia bisa membaca dan memahami 400 halaman tulisan hanya dalam waktu satu jam.

Sayangnya, di balik itu semua, Bloom ternyata pernah tersandung kasus pelecehan seksual. Pada 2004, Naomi Wolf menulis pada The New York Magazine, Profesor Bloom pernah menyentuh selangkangannya. Kejadian memalukan itu ia alami tatkala berkuliah pada semester akhir di Yale, pada akhir musim gugur 1983--tahun yang sama ketika Bloom menerima gelar Sterling Professor.

Baca juga artikel terkait OBITUARI atau tulisan lainnya dari Adilan Bill Azmy

tirto.id - Humaniora
Kontributor: Adilan Bill Azmy
Penulis: Adilan Bill Azmy
Editor: Dipna Videlia Putsanra