tirto.id - Observatorium Suriah untuk HAM pada Rabu (5/4/2017) waktu setempat merilis jumlah korban tewas akibat dugaan serangan senjata kimia di kota yang diduduki pemberontak di Suriah bertambah menjadi 86, 30 di antaranya adalah anak-anak.
“Ada juga 20 perempuan di antara korban dan jumlah korban tewas bisa bertambah karena ada orang yang hilang,” kata Observatorium.
Dewan Keamanan PBB pada Rabu telah bersidang untuk mencari resolusi terhadap serangan udara itu.
Namun, Moskow – yang memiliki hak veto – membela sekutu Suriah dengan mengatakan walaupun pesawat Suriah melancarkan sebuah serangan, zat kimia itu adalah bagian dari cadangan “zat beracun milik teroris” yang menghantam tanah.
Kelompok pemberontak yang dipimpin Front Fateh al-Sham pada Selasa kemarin berjanji akan membalas serangan di kota Khan Sheikhun di provinsi Idlib itu, demikian kabar yang dikutip Antara dari AFP.
Pemerintah Suriah membantah telah menggunakan senjata kimia untuk menghancurkan para pemberontak. Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad mengatakan kepada stasiun TV pan-Arab Al-Mayadeen balik menuduh gerilyawan yang didukung Perancis, Inggris, Turki, dan Arab Saudi-lah yang melancarkan serangan kimia di Khan Sheikhoun.
Ia juga mengatakan negaranya telah memenuhi semua komitmennya sebagaimana diatur Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).
Diwartakan Antara, pejabat Suriah tersebut pada Rabu (5/4/2017) pagi, juga mendesak masyarakat internasional agar menyeret ke pengadilan semua pihak yang berada di belakang serangan itu.
Mekdad menyatakan Pemerintah Suriah telah memberikan keterangan kepada OPCW beberapa pekan lalu mengenai penyelundupan bahan kimia oleh Front Nusra ke dalam wilayah Suriah Utara.
Untuk diketahui, serangan gas beracun pada Selasa bukan yang pertama di Suriah. Serangan senjata kimia disebut-sebut telah terjadi di beberapa daerah di Suriah dalam beberapa tahun belakangan, sementara Pemerintah Damaskus dan gerilyawan saling melempar tuduhan.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH