Masuk tirto.id
tirto.id - Kementerian Kebudayaan (Kemenkebud) akan menggelar forum budaya berskala global CHANDI Summit pada 3-5 September 2025 mendatang di Sanur, Bali. Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, menyebut forum ini merupakan ajang sekaligus peluang untuk mengenalkan kembali kebudayaan Indonesia kepada dunia.
“CHANDI Summit adalah kesempatan untuk me-reintroduksi kekayaan budaya kita, peradaban kita, ke dunia,” kata Fadli selepas Embassy Briefing CHANDI Summit di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (4/7/2025).
CHANDI Summit, papar Fadli, bakal digelar dengan sejumlah kegiatan, antara lain pertemuan para pemangku kepentingan dan pegiat kebudayaan, serta eksibisi dan pertunjukkan kebudayaan.
“Ini adalah satu event yang terdiri atas beberapa hal, termasuk di dalamnya adalah pertemuan para menteri kebudayaan, stakeholder kebudayaan, ada eksibisi, ada performances, dan lain-lain. Dan juga networking,” sambung Fadli.
Semua kegiatan tersebut sejalan dengan konsep yang terkandung dalam nama CHANDI Summit, yakni Culture, Heritage, Art, Narrative, Diplomacy, dan Innovation.
CHANDI Summit juga akan menyediakan ruang bagi pembicara terkemuka, di antaranya Presiden RI Prabowo Subianto yang dijadwalkan membuka langsung kegiatan; Ketua Dewan Penyantun Museum dan Cagar Budaya, Hashim Djojohadikusumo; Ketua Qatar Museums, Doha Film Institute, Reach Out to Asia, dan Qatar Leadership Centre, Sheikha Al Mayassa binti Hamad bin Khalifa Al Thani; serta ekonom dan filsuf asal Perancis, Jacques Attali.
Fadli menambahkan, rencana menyelenggarakan CHANDI Summit sudah ia suarakan dalam berbagai forum internasional. Ia berharap banyak negara akan berpartisipasi dalam kegiatan yang dicanangkan berlangsung secara reguler ini.
CHANDI Summit akan mempertemukan berbagai pemangku kepentingan kebudayaan dari berbagai negara. Dengan keterlibatan banyak pihak, terang Menbud, forum ini diharapkan dapat menjadi jejaring kebudayaan yang penting di dunia.
“Jadi kami berharap adanya CHANDI Summit ini bisa menjadi pertemuan dari berbagai macam stakeholder, dari pemerintah, pegiat kebudayaan, NGO kebudayaan, perorangan, para artis, serta para pegiat kebudayaan dari berbagai bidang, baik yang tradisi sampai yang kontemporer, dan yang tangible sampai yang intangible heritage,” tandas Fadli.
Editor: Zulkifli Songyanan
