tirto.id - Pemerintah diwakili oleh Kementerian Perhubungan, melalui Utusan Khusus, Indroyono Soesilo mengumpulkan 17 negara untuk menggalang dukungan agar Indonesia terpilih menjadi Anggota Dewan Organisasi Penerbangan Sipil Dunia (ICAO) Assembly ke-39 pada 27 September sampai 7 Oktober 2016.
Negara-negara yang diundang dalam pertemuan antara lain Kanada, Prancis, Tiongkok, India, Filipina, Australia, Fiji, Vietnam, Singapura, Amerika Serikat, Malaysia, Korea, Inggris, Papua Nugini, Selandia Baru, Norwegia, termasuk Indonesia.
Indroyono mempresentasikan betapa pentingnya Indonesia menjadi anggota Dewan ICAO pada periode 2016-2019.“45 persen lalu lintas penerbangan dunia dikendalikan di Indonesia melalui layanan wilayah informasi penerbangan (FIR),” kata Indroyono di Denpasar, Rabu (30/3/2016).
Indroyono mempresentasikan Indonesia memiliki 237 bandara termasuk 27 bandara yang melayani penerbangan internasional. Salah satu bandara Indonesia, Bandara Internasional Soekarno-Hatta sudah dinobatkan sebagai 10 bandara paling sibuk di dunia oleh Dewan Bandara Internasional (Airport Council International).
"Saya ingin ketika bapak dan ibu nanti kembali ke negaranya, memberitahu kepada mereka bahwa ini Indonesia, kita layak untuk dipilih," kata Indroyono.
Dalam pertemuan GLADs dibahas pula masalah lingkungan yang berdampak pada penerbangan nasional dan dunia.
Menurut Indroyono, ada tiga aspek penting yang dinilai dalam standar ICAO, yaitu keselamatan penerbangan, keamanan penerbangan, dan lingkungan penerbangan.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Teknologi Energi dan Lingkungan Perhubungan, Nugroho Indriyo menjelaskan pertemuan GLADs dilakukan dengan tujuan untuk berbagi pengalaman dan informasi di antara negara-negara anggota ICAO maupun industri terkait rencana implementasi skema "market-based measures" (MBM) secara global.
"Pertemuan dua hari ini diharapkan dapat membawa para peserta kepada level pemahaman yang sama terkait skema MBM dan menberikan 'update' terkait pengembangan baru di ICAO dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor penerbangan," kata Nugroho.
Nugroho berujar pertemuan GLADs akan memberikan kesempatan penting bagi para peserta untuk menghadapi High Level on Meeting Global MBM yang dilaksanakan pada Mei 2016 dan ICAO Assembly ke-39 pada 27 September sampai 7 Oktober 2016.
Hasil pertemuan akan ditindaklanjuti pada workshop Measurement, Reporting and Verification (MRV) methodology dengan peserta dalam negeri, termasuk operator pesawat udara, operator bandar udara, dan kantor Otoritas Bandar Udara.
"Rangkaian kegiatan ini penting bagi langkah Indonesia sebagai anggota ICAO Committee Aviation Environmental on Protection (CAEP) dan Pencalonan Indonesia menjadi Dewan ICAO periode 2016-2019,” ujar Nugroho. (ANT)