Menuju konten utama

Hikayat Cerutu: dari Havana hingga Jember

Cerutu dianggap punya kelas lebih tinggi ketimbang rokok biasa. Di dunia, cerutu adalah kesukaan para pesohor. Dari atlet, aktor, hingga presiden.

Hikayat Cerutu: dari Havana hingga Jember
Para pekerja menggulung cerutu di pabrik Cohiba 'El Laguito' di Havana, Kuba. FOTO/Desmond Boylan/Reuters

tirto.id - Bagi Fidel Castro, lelaki terkeren sedunia tak lain tak bukan adalah Ángel Castro y Argiz, bapaknya sendiri. Castro senior adalah imigran dari Galicia, kawasan Barat Laut Spanyol, yang kemudian jadi juragan perkebunan tebu sukses di Kuba. Ia merayakan upacara kedewasaan Castro dengan cara unik: memberinya sebatang cerutu dan wine saat sang putra berusia 15 tahun.

"Ayahku merokok cerutu dan minum anggur Spanyol. Ia yang mengajarkanku tentang dua hal itu," ujar Castro dalam wawancara bersama Cigar Aficionado.

Castro ingat betul hari itu: sebatang puro pertamanya. Puro adalah sebutan untuk cerutu yang seluruh bagiannya dibuat di satu negara. Dengan kata lain, puro—dari diksi Spanyol pure—yang diisap Fidel hari itu adalah cerutu Havana murni. Kelak, dalam buku biografi berjudul My Life, sang pemimpin Kuba mengakui pengalaman pertamanya mengisap cerutu itu laiknya perjaka yang bingung bagaimana cara bercinta.

"Untungnya aku tidak mengisap asapnya. Tapi tetap sih, kamu akan menyerap sedikit nikotin, meski tak mengisapnya sama sekali."

Castro adalah salah satu tokoh dunia yang amat menggemari cerutu. Selain dirinya, tokoh lain yang paling sering mengisap cerutu adalah sahabatnya sendiri, kompanyon sekoci revolusi: Erneto "Che" Guevara. Sedikit berbeda dari Castro—yang memang penggemar berat cerutu sejak usia 15 tahun—Guevara sedikit lebih permisif. Apa pun modelnya asal terbuat dari tembakau, ia mau mengisapnya.

Dalam artikel berjudul "Che's Habanos", penulis Jesus Arboleya dan Roberto Campos mengisahkan hubungan mesra antara Guevara dan tembakau. Dalam catatannya, Guevara menyarankan beberapa barang yang harus dibawa oleh para pejuang gerilya.

Barang itu, antara lain, tempat tidur gantung buat istirahat, kover plastik untuk tempat berteduh sementara, selimut guna melindungi diri dari udara dingin pegunungan, garam buat mengawetkan makanan, minyak pelumas untuk senjata, botol berisi air segar, obat-obatan dan tembakau.

"Karena merokok kala senggang ialah sobat sejati bagi tentara yang kesepian," tulis Che.

Castro lahir di Kuba, tanah yang sering dinobatkan sebagai penghasil cerutu terbaik di dunia. Setiap kotak cerutu yang bertuliskan Hecho en Cuba (terbuat di Kuba) dihargai mahal. Tentu sebagai negara yang mengontrol nyaris semua aspek ekonomi rakyat, perdagangan cerutu juga dikontrol pemerintah.

Empresa Cubana del Tabaco, alias Cubatabaco, adalah perusahaan negara yang mengontrol perdagangan semua produk tembakau Kuba. Pada 1994 dibentuk sayap perusahaan, Habanos, yang bertugas mendistribusikan cerutu Kuba ke dunia internasional.

Ada banyak merek cerutu Kuba yang dikenal dunia. Partagas, misalkan. Para cigar aficionado menyebut cerutu ini berkarakter berat: sedikit tendangan rasa peppery bercampur rasa tembakau yang kuat. Ada juga merek Punch, yang sudah ada sejak 1840: lebih ringan, sedikit jejak rasa manis. Kalau suka rasa floral dan nutty serta ada semerbak rasa dan aroma herbal, coba merek Romeo Y Julieta.

Kalau kamu bukan pemula dan suka cerutu yang menendang, harus coba Bolivar yang berat. Yang paling laris adalah Montecristo, dengan rasa tajam bercampur buah-buahan yang manis dan mengandung ruapan rasa kopi dan cokelat yang samar.

Namun, yang paling terbaik—cream of the top—adalah Cohiba. Rumornya, ini cerutu yang dilinting khusus untuk selera Fidel Castro. Para gringo boleh saja membenci dan tidak setuju atas apa pun yang dilakukan Pak Brewok ini. Tapi kamu harus setuju satu hal: seleranya untuk cerutu amat tinggi.

Awalnya cerutu ini dibuat untuk hadiah diplomasi. Tembakau Corojo dan Criollo terbaik diperam dalam waktu lama. Tak heran kalau rasanya berat karena nikotin makin matang. Harganya termasuk paling mahal. Satu batang bisa dipatok Rp980 ribu.

Baca laporan khusus Tirto mengenang kematian Fidel Castro pada akhir tahun lalu: Hasta Siempre, Comandante!
Meski Kuba sudah lama dikenal sebagai negara penghasil cerutu terbaik di dunia, asal muasal cerutu sendiri belum jelas benar. Salah satu sumber primer yang kerap jadi rujukan adalah penemuan guci di Guatemala—diperkirakan berasal dari abad 10. Di guci itu tampak lukisan seorang dari suku Maya yang minum gulungan daun tembakau diikat benang. Istilah suku Maya untuk menyebut kegiatan itu adalah sikar, yang kemudian dianggap sebagai akar kata cigar alias cerutu.

Masuknya tembakau ke Eropa tak lepas dari penjelajahan, penjarahan, dan penjajahan yang dilakukan oleh Christopher Columbus. Awak kapal yang dikomandani oleh Columbus kali pertama melihat daun tembakau di kepulauan Hispaniola—kini wilayah negara Haiti dan Dominika. Ketika Columbus datang ke Kuba, mereka melihat para Taino—warga asli kepulauan Karibiamengisap gulungan daun tembakau.

Apa yang diisap oleh para Taino itu bisa dianggap bentuk purwarupa rokok dan cerutu sekarang: gulungan daun tembakau yang dibungkus daun lain semisal palem. Meski berakar dari tanaman yang sama, dua produk ini memiliki jalan dan nasib berbeda.

Secara industri, rokok jadi jauh lebih besar ketimbang saudaranya. Nilai industri rokok pada 2015 mencapai 698 miliar dolar, dengan 5 miliar batang terjual pada 1 miliar perokok. Sedangkan cerutu memilih jalan lebih sepi, lebih kecil pangsa pasarnya. Penikmat cerutu diperkirakan hanya 100 juta orang, sepersepuluh jumlah para perokok. Nilainya pun lebih kecil. Tapi cerutu menempati ceruk kecil yang berisi banyak kemewahan.

Cerutu lekat dengan citra elegan. Terutama setelah cerutu banyak dinikmati oleh para pesohor Hollywood.

Infografik HL Indepth Cerutu Nusantara

Gelombang Persebaran Cerutu

Dalam buku Cigar Cool (1999), Amerika Serikat disebut menjadi pintu masuk tersebarnya cerutu ke seluruh dunia. Gelombang pertama kedatangan cerutu ke negara Paman Sam itu terjadi pada abad 18. Salah satu gelombang terbesar ini terjadi ketika salah satu pebisnis cerutu bernama Vicente Martinez Ybor pada 1869 memindahkan operasi cerutunya dari Havana, Kuba, ke Key West, Florida. Lalu pada 1885 kembali pindah ke Tampa, Florida.

Martinez Ybor kemudian membangun kota mandiri bernama Ybor City. Menjelang pergantian abad, sudah ada 200 pabrik cerutu di Tampa dan sekitarnya, dengan jumlah pekerja lebih dari 5.000 orang. Hampir semua adalah orang Kuba.

Cerutu kemudian jadi lebih populer di Amerika Serikat sejak dinikmati oleh banyak pesohor. Dari atlet seperti Babe Ruth, aktor seperti Jack Nicholson, mafia Al Capone, hingga Presiden Bill Clinton dan John F. Kennedy.

Kennedy menyukai cerutu Kuba Petite Upmann. Bagaimana Kennedy memuaskan hasratnya pada cerutu sekaligus menegaskan sikap politik, bisa menjadi contoh lihai atau licik seorang politisi kelas wahid bertindaktergantung dari kaca mata Anda.

Pada 6 Februari 1962, Kennedy memerintahkan Pierre Salinger, yang menjabat sekretaris pers Gedung Putih saat itu, untuk membeli 1.200 batang cerutu Petite Upmann. Waktunya hanya 24 jam. Setelah mendapat 1.200 batang cerutu favoritnya pada pagi hari, Kennedy menandatangani embargo perdagangan terhadap Kuba.

Akibat dari embargo itu, warga Amerika Serikat dilarang membeli cerutu Kuba. Sedangkan pabrikan cerutu di AS tidak diperbolehkan mengimpor tembakau Kuba. Para pencinta cerutu Kuba kalang kabut. Pabrik cerutu di Kuba kekurangan pembeli. Tapi Kennedy bisa dengan santai mengisap cerutu yang sudah ia amankan.

Ditambah dengan nasionalisasi aset oleh pemerintah baru Kuba yang dipimpin oleh Castro, banyak pabrikan cerutu di sana pindah ke lokasi baru, terutama Dominika. Beberapa pabrik yang diambil alih oleh negara antara lain Hoyo de Monterrey, Upmann, juga Partagas.

Dua kejadian besar ini membawa perubahan besar dalam dunia cerutu. Pabrikan cerutu yang dulu di Kuba pindah negara tapi tetap memakai nama lama. Mereka juga tetap memakai bibit tembakau yang sama; juga teknik penanaman tembakau yang sama. Di Kuba, Cubatabacoperusahaan cerutu milik negarajuga meneruskan produksi cerutu dengan nama lama.

Perubahan lain yang muncul adalah susahnya mencari cerutu Kuba sejak embargo. Para pemalsu cerutu mudah saja membuat tiruan yang nyaris tak terdeteksi, kecuali oleh para ahli dan penikmat cerutu. Sasarannya kebanyakan adalah turis, atau mereka yang sekadar ingin coba-coba.

Steve Saka pada 2002 memperkirakan sekitar 95 persen produk berlabel cerutu Kuba yang dijual di Amerika Serikat adalah palsu. Namun, sejak era internet, mengimpor cerutu Kuba ke AS jadi lebih mudah. Apalagi jika produknya tanpa diberi label.

Pada 2015, Amerika Serikat mencabut embargo perdagangan terhadap Kuba. Untuk kali pertama sejak 1962, setiap orang yang masuk AS bisa membawa alkohol atau produk tembakau dari Kuba dengan nilai maksimal 100 dolar per orang. Kebijakan ini diperkirakan bakal kembali meningkatkan lagi nilai penjualan cerutu Kuba.

"Kami perkirakan bisa mengekspor cerutu senilai 250 juta atau bahkan lebih," kata Jorge Luis Fernandez Maique dari Habanos.

Sampai sekarang, cerutu masih menyimpan citra elegan yang kuat. Cerutu dianggap lebih berkelas ketimbang rokok. Barang siapa yang bisa mengisap cerutu, ia dianggap sebagai orang sukses. Citra seperti itu tak hanya bisa ditemui di negara Barat. Bahkan di Jember, Jawa Timur, cerutu pun punya citra yang sama.

Abdul Kahar Muzakir, seorang ahli tembakau di Jember, punya kesenangan mengisap cerutu dari tembakau Havana yang ditanamnya sendiri. Ia ingin punya pabrik cerutu, tapi kebingungan mencari nama. Suatu pagi, saat asyik menikmati cerutu, ada beberapa anak kecil yang lewat di depannya. Mereka tampak kagum dengan cerutu, yang tampilan dan ukurannya amat berbeda dari rokok biasa.

"Wah, mak engak bos," kata mereka dalam bahasa Madura. Artinya: Wah kok seperti bos (merokok cerutu).

Maka momen Eureka muncul dalam kepala Kahar. Ia akhirnya menyematkan nama Boss Image Nusantara sebagai nama pabriknya. Pabrik ini jadi salah satu pemain baru dalam industri cerutu di Indonesia. Produk andalannya Robusto, yang dibuat dari daun tembakau Havana pilihan.

"Lahannya rahasia. Cuma sedikit orang yang tahu," kata Kahar, tersenyum.

Baca juga artikel terkait CERUTU atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Humaniora
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Fahri Salam