tirto.id - Pemerataan pembangunan infrastruktur khususnya penerbangan, menjadi salah satu tantangan Indonesia yang masih terlambat. Terlebih jika dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand dalam menyiapkan diri menerapkan ASEAN Single Aviation Market (SAM).
ASEAN SAM adalah kebijakan penerbangan regional besar yang ditujukan pada pembentukan pasar penerbangan terpadu dan tunggal di Asia Tenggara, pada 2015. Kebijakan ini diusulkan oleh ASEAN Air Transport Working Group yang didukung oleh ASEAN Senior Transport Officials Meeting dan didorong oleh Menteri Transportasi se-ASEAN.
"Kita selalu terlambat. Pemerataan infrastruktur di penerbangan masih dalam proses pembangunan. Konektivitas [target] 2025 harus terwujud di ASEAN suka tidak suka," ujar Staf Khusus Kementerian Perhubungan bidang ekonomi dan investasi, Wihana Kirana Jaya di Jakarta pada Rabu (25/4/2018).
Namun, Wihana menyebutkan peringkat daya saing infrastruktur Indonesia termasuk transportasi mengalami peningkatan dari posisi 41 pada 2016 menjadi 36 pada 2017.
Indonesia lebih unggul dibandingkan Vietnam yang menduduki peringkat 55 dari semula 60. Namun, Indonesia kalah saing dibandingkan Singapura yang menduduki peringkat 3, Malaysia 23, dan Thailand 32.
Peringkat infrastruktur tersebut menjadi indikator positif dalam Indonesia menyiapkan diri menerapkan ASEAN Single Aviation Market (SAM). Kemudian, peringkat keselamatan penerbangan Indonesia yang menduduki posisi kedua se-ASEAN atau dalam persentasenya sebesar 81,15 persen.
"Bandara Soekarno-Hatta masuk dalam 100 top bandara dunia. Indonesia masuk peringkat 41. Menunjukkan potensi Indonesia dalam pelayanan airport," terangnya.
Indonesia dikatakannya kemudian masih memiliki potensi unggul untuk industri penerbangan dalam negeri. Hal ini terkait dengan bonus demografi Indonesia yang mencapai 41 persen dari penduduk total negara-negara ASEAN.
"Indonesia penduduk terbanyak di ASEAN, 41 persen dari totoal penduduknya. Di pasar lokal kita masih untung punya market, jadi market kita ada di level lokal regional dan global. Ini bisa menjadi potensi dengan dibarengi pembangunan infrastruktur kita," ucapnya.
Optimalisasi potensi untuk menghadapi ASEAN SAM adalah dengan memperbaiki kualitas bandara secara menyeluruh. Negara ASEAN sudah memasuki digital airport dan kebanyakan airport sudah mengimplementasikan self services.
Kedepannya, pemerintah menyiapkan standar digital bandara internasional 4.0, yang mana terdapat karakter integrasi dengan seluruh stakeholder; dinamis dan cepat beradaptasi dengan kondisi real time.
"Hal ini guna meningkatkan pelayanan based on jasa atau customer centric," ujarnya.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Yuliana Ratnasari