Menuju konten utama

Earth Hour, Dari "Candle Light Dinner" Hingga Bersepeda

Demi kampanye penyelamatan lingkungan gerakan penghematan energi “Earth Hour 2017”, beberapa wilayah di Indonesia melakukan gerakan mematikan lampu serentak selama 1 jam.

Earth Hour, Dari
Sejumlah relawan berpartisipasi dalam acara "earth hour 2016" dengan mematikan lampu selama 60 menit di plaza balaikota, kota bogor, jawa barat, sabtu (19/3). Antarafoto/yulius satria wijaya.

tirto.id - Demi kampanye penyelamatan lingkungan gerakan penghematan energi “Earth Hour 2017”, beberapa wilayah di Indonesia melakukan gerakan mematikan lampu serentak selama 1 jam. Segenap acara digelar di Bogor dan Pontianak mulai dari "candle light dinner" hingga bersepeda bersama.

Bogor Serentak Hemat Energi atau Bogor SEHATI menjadi tema besar dalam kampanye penyelamatan lingkungan gerakan penghematan energi Earth Hour 2017 yang digelar Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (25/3/2017).

"Kami ingin kampanye hemat energi terus meluas, juga menjangkau generasi muda di Kota Bogor. Setiap tahun partisipan meningkat dari tahun 2015 ada 30 partisipan, tahun 2016 bertambah jadi 40 partisipan, dan tahun ini ada 50 partisipan," kata Ketua Pelaksana Earth Hour 2017, Fahrurrozi, seperti dikutip Antara.

Perayaan Earth Hour merupakan sebuah gerakan global untuk mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh dunia untuk mematikan lampu dan alat elektronik selama 1 jam. Tahun ini, perayaan Earth Hour jatuh pada tanggal 25 Maret 2017. Pelaksanaannya dilakukan mulai pukul 20.30-21.30 waktu setempat.

Peringatan Earth Hour dipusatkan di Balai Kota, Pemerintah Kota Bogor menyuguhkan kegiatan "candle light dinner" bersama Wali Kota Bima Arya Sugiarto. Selain itu tercatat 50 partisipan juga ikut memadamkan lampu selama 60 menit serentak mulai pukul 20.30 sampai 21.30 WIB malam nanti.

Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menginginkan peringatan Earth Hour kali ini tidak hanya seremonial saja tetapi dapat menjadikan gerakan masif yang menjadikan Bogor terdepqn dalam penghematan energi dan lingkungan.

"Tidak ingin peringatan ini jadi seremonial saja, harus da dampak subtansi ke masyarakat, kalau hanya 'aha-ihi' saja tidak ada gunanya," kata Bima.

Bima menyebutkan, peringatan Earth Hour harus digarap lebih serius. Pertama dengan mengevaluasi kebijakan yang sudah dibuat oleh Pemerintah Kota Bogor yakni Perwali tentang kantor berbudaya lingkungan serta sosialisasinya.

"Pemkot Bogor sudah punya Perwali terkait 'eco-office' bagaimana kebijakan ini disosialisasikan dan diimplementasikan secara optimal," katanya.

Sementara itu, puncak peringatan Earth Hour nanti malam telah terpilih sebanyak 200 remaja Kota Bogor yang akan mengikuti acara 'candelight dinner' bersama Wali Kota Bogor di Balai Kota.

Pemilihan 200 remaja tersebut berdasarkan kriteria yang diumumkan dalam website dan instagram Pemerintah Kota Bogor yang dibagikan oleh Wali Kota Bogor. Bima secara khusus mengundang remaja tersebut, karena begitu banyak gerakan remaja di kota tersebut yang mulai peduli pada lingkungan.

"Ini salah satu strategi kami untuk menjangkau anak-anak muda Kota Bogor dalam gerakan peduli lingkungan dan hemat energi, kita ingin mereka jadi motor penggerak dalam mewujudkan Bogor terdepan dalam penghematan energi," katanya.

Selain di Balai Kota, kampanye hemat energi juga dilakukan oleh sejumlah swasta di antaranya 18 restoran dan cafe, 10 hotel dan lima mall yang akan ikut mematikan lampu utama selama 60 menit.

Earth Hour, Pelaku Usaha Perhotelan Pontianak Matikan Lampu Serentak 1 Jam

Gerakan kampanye hemat energi "Earth Hour" di Pontianak mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak terutama dari Pemerintah Kota Pontianak dan sejumlah pelaku usaha di daerah tersebut.

Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono di Pontianak, Sabtu mengatakan sangat mendukung sejumlah aksi dalam gerakan Earth Hour.

"Gaya hidup hemat energi diharapkan terus dilakukan oleh masyarakat. Termasuk membawa kantong belanja kemana pun untuk mengurangi penggunaan kantong plastik harus terus digalakkan," ujarnya.

Saat ini untuk menjaga bumi tetap bersahabat dengan penghuninya, Pemkot Pontianak terus melakukan penghijauan kota dengan menanam pohon - pohon, membersihkan sampah di parit dan langkah lainnya.

"Ke depan kita juga akan mendorong masyarakat untuk memilah sampah yang dihasilkan. Harapannya agar mudah dimanfaatkan dan sampah tersebut bisa bernilai," kata dia.

Ia mengajak baik instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat umum untuk mendukung aksi Earth Hour yang diinisiasi WWF dan didudukung oleh beberapa pihak yang peduli menjaga lingkungan.

Sementara itu dukungan terhadap gerakan Earth Hour juga datang dari asosiasi perhotelan.

"Hotel-hotel dan restoran yang tergabung Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia siap mematikan lampu serentak selama 1 jam sebagai bentuk kepedulian dan komitmen nyata dalam mengurangi emisi gas rumah kaca," ujar Ketua PHRI Kalbar, Yuliardi Qamal.

Yuliardi menjelaskan dunia usaha perhotelan adalah salah satu konsumen listrik terbesar di Pontianak. Sehingga sudah sepantasnya ikut serta dalam kegiatan tersebut.

"Saya juga mengimbau kepada para anggota untuk melaksanakan penghijauan dan melakukan pengolahan limbah yang baik dan tidak merusak lingkungan," kata dia.

Dalam even Earth Hour yang juga dirangkai dengan bersepeda mengelilingi kota dengan jarak tempuh sekitar 10 kilometer tersebut juga didukung oleh berbagai pihak lainnya.

Pihak tersebut seperti PLN Wilayah Kalbar, PDAM, korporasi, komunitas seperti 1.000 Guru Kalbar, HGC Pontianak, Gerakan Senyum Kapuas, Mapala UNTAN, SYLVA, HIMBIO, OIKOSNOMOS, LipArt, Abu Nawas, Coffternoon, Reza dan Miranda, Telkomsel, XL, Bank Kalbar, Hotel Mercure, Hotel Aston, Hotel Mahkota, Hotel Transera, Garuda Indonesia, Ayani Mega Mall, PT. Kandelia Alam dan SUN Tech Computer.

Kota Pontianak sendiri dalam Earth Hour menjadi salah satu dari 37 kota di Indonesia yang berpartisipasi dalam Earth Hour 2017 tersebut.

Sementara itu dari WWF, Kalimantan Regional Leader WWF-Indonesia M. Hermayani Putera mengajak partisipasi aktif masyarakat dalam transformasi etika konsumsi dan gaya hidup.

Menurutnya gaya hidup yang lebih ramah dan hemat dalam menggunakan sumber daya alam adalah guna menguatkan aspek keberlanjutan dan keadilan dalam proses pembangunan.

"Gaya hidup seperti itu menjadi salah satu target konservasi WWF Indonesia yang mendukung pengurangan emisi, sejalan dengan esensi dari gerakan earth hour," kata dia.

Ia menambahkan komitmen dari para pihak, dalam upaya penghematan energi menjadi wujud peran dan kontribusi bersama untuk menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik di bumi.

Hermayani Putera menilai juga dukungan serta partisipasi dari berbagai pihak setiap tahunnya dalam Earth Hour. Dengan hal itu dikatakannya menunjukkan sudah semakin meningkat pemahaman dan penerapan pentingnya menjaga lingkungan hidup.

Baca juga artikel terkait EARTH HOUR atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri