Menuju konten utama

Doa Puasa Hari Ke-14 Ramadhan, Artinya, dan Makna Nuzulul Quran

Bacaan Doa Puasa Hari Ke-14 Ramadhan, beserta makna Lailatul Qadar dalam Islam.

Doa Puasa Hari Ke-14 Ramadhan, Artinya, dan Makna Nuzulul Quran
Umat Islam bersiap melaksanakan Shalat Tarawih berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (12/4/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.

tirto.id - Bagaimana bacaan doa puasa hari ke-14 Ramadhan?

Puasa Ramadhan 2022 sudah hampir mendekati separuh bulan. Salah satu momentum penting di setiap pertengahan bulan suci ini adalah peringatan Nuzulul Qur'an.

Turunnya Al-Qur'an untuk pertama kalinya saat Ramadhan merupakan salah satu bukti kemuliaan dan keistimewaan bulan suci ini. Di Indonesia, umumnya, Nuzulul Qur'an diperingati pada tanggal 17 Ramadhan. Nuzulul Qur'an juga sering dikaitkan dengan Lailatul Qadar.

Dalam artikel "Perbedaan Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar" yang dilansir NU Online, dijelaskan bahwa Nuzulul Quran, atau waktu turunnya Al-Quran, diyakini bertepatan dengan malam Lailatul Qadar, karena merujuk pada firman Allah SWT dalam Surah al-Qadr ayat 1-5.

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Artinya: "Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."

Jika Nuzulul Quran adalah malam turunnya Alquran, dan bertepatan dengan Lailatul Qadar, kenapa ia diperingati pada setiap tanggal 17 Ramadan? Padahal, sebagian besar ulama meyakini, malam yang disebut Lailatul Qadar biasa terjadi pada salah satu di 10 hari terakhir Ramadhan.

Kecenderungan umat muslim meyakini Lailatul Qadar datang pada 10 hari terakhir Ramadan, yakni terutama pada malam tanggal ganjil, merujuk pada sejumlah hadis.

Salah satunya, hadis yang diriwayatkan dari Aisyah RA, bahwa Nabi Muhammad bersabda: "Carilah oleh kalian keutamaan Lailatul Qadar di malam-malam ganjil pada 10 malam terakhir Ramadhan,” (H.R. al-Bukhari).

Sementara mengutip penjelasan Taufik Adnan Kamal, dalam buku Rekonstruksi Sejarah Al-Quran (hlm. 71), mayoritas mufassir menyimpulkan Nuzulul Quran terjadi tepat di malam 17 Ramadhan, karena merujuk penjelasan dari Al-Qur`an di surat Al-Anfal ayat 41:

Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan pada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Para mufassir menginterpretasikan bahwa hari "furqaan" atau "hari bertemunya dua pasukan" di ayat itu merujuk pada peristiwa pertempuran perang Badar yang berlangsung pada 17 Ramadan.

Meskipun demikian, sejumlah hadist mengisyaratkan bahwa Lailatul Qadar tidak selalu datang di malam tanggal 17 Ramadhan.

"Sebagian hadis mengemukakan Lailatul Qadr [biasanya] terjadi di malam ganjil bulan Ramadhan, sementara hadis lain menjelaskannya terjadi di malam ganjil di pertigaan terakhir bulan tersebut," demikian tulis Taufik Adnan Kamal dalam bukunya.

Pakar tafsir Muhammad Quraish Shihab, dalam karyanya Lentera Al-Qura`an: Kisah dan Hikmah Kehidupan (hlm. 156), menulis bahwa Lailatul Qadar bermakna "malam yang mulia." Turunnya Al-Qur`an (Nuzulul Quran) di malam tersebut merupakan salah satu tanda kemuliaannya.

"[Kata] Qadr juga berarti "pengaturan" karena saat itu Allah SWT mengatur Khiththah dan strategi Nabi-nya guna mengajak manusia kepada ajaran yang benar. Qadr juga berarti "ketetapan" karena pada malam itu terjadi ketetapan bagi perjalanan hidup mahluk (manusia)," tulis Quraish.

Ibadah di Pertengahan dan 10 Hari Terakhir Ramadhan

Mengingat penjelasan di atas, ketika memasuki pertengahan Ramadhan, dan terutama sekali pada 10 hari terakhir bulan suci ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah. Banyak hadis yang menjadi dasar dari anjuran tersebut.

Misalnya, dalam sebuah hadis, Aisyah R.A berkata: "Pada 10 terakhir bulan Ramadhan Rasulullah SAW lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya," (H.R. Muslim).

Dalam hadis lainnya, Aisyah R.A juga mengatakan: "Ketika Rasulullah SAW memasuki 10 terakhir (Ramadhan), beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamul lail) dan membangunkan keluarganya serta mengencangkan ikatan kainnya (menjauhi isterinya untuk lebih berkonsentrasi pada ibadah)," (Shahih Muslim).

Dua hadis itu menegaskan bahwa, ketika memasuki 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan, umat Islam sangat dianjurkan untuk meningkatkan amalan ibadah, khususnya di malam hari. Salah satu ibadah yang dianjurkan pada malam Ramadhan, selain shalat sunnah, ialah itikaf.

Dalam hadis Shahih Al-Bukhari, diriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam selalu beritikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, beliau beritikaf selama dua puluh hari."

Bacaan Doa Puasa Hari ke-14 Ramadhan

Selain memperbanyak ibadah saat masuk pertengahan Ramadhan, dan lebih meningkatkannya lagi pada 10 hari terakhir bulan suci ini, umat Islam pun bisa membaca doa khusus di setiap harinya.

Mengingat tanggal 26 April 2021 bertepatan dengan tanggal 14 Ramadhan 1442 H, berikut adalah bacaan doa puasa pada hari ke-14 dalam bahasa Arab, tulisan latin, dan terjemahannya.

اَللَّهُمَّ لاَ تُؤَاخِذْنِيْ فِيْهِ بِالْعَثَرَاتِ وَ أَقِلْنِيْ فِيْهِ مِنَ الْخَطَايَا وَ الْهَفَوَاتِ وَ لاَ تَجْعَلْنِيْ فِيْهِ غَرَضًا لِلْبَلايَا وَ الْآفَاتِ بِعِزَّتِكَ يَا عِزَّ الْمُسْلِمِيْنَ

Latin: Allâhumma lâ tuâkhidznî fîhi bil-‘atsarât, wa aqilnî fîhi minal khathâyâ wal hafawât, wa lâ taj’alnî fîhi gharadhan lil-balâyâ wal-âfât, bi’izzatika yâ ‘Izzal muslimîn.

Arti: Ya Allah, jangan Kau siksa aku di bulan ini karena kesalahan-kesalahanku, selamatkanlah aku di bulan ini dari segala kesalahan, dan jangan Kau jadikan aku di bulan ini tempat persinggahan malapetaka dan bala. Dengan kemuliaan-Mu wahai Kemuliaan muslimin.

Niat Puasa Ramadan

Berniat sebelum melakukan ibadah wajib merupakan suatu keharusan, termasuk puasa Ramadan. Niat ini menunjukkan kejelasan ibadah yang akan ditunaikan. Hukumnya wajib, meskipun hanya dalam hati. Sementara itu, menurut ulama mazhab Syafi'i, pelafalan niat sangat dianjurkan.

Berikut bacaan niat puasa ramadhan dalam bahasa Arab, latin beserta artinya dalam terjemahan bahasa Indonesia:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latinnya: "Nawaitu shauma ghadin an'adai fardi syahri ramadhani hadzihisanati lillahita'ala"

Artinya: "Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala."

Bacaan Doa Sahur

Berbeda dengan niat puasa yang hukumnya wajib, bersahur merupakan ibadah sunah. Artinya, yang mengerjakannya mendapat pahala, sementara tidak berdosa jika meninggalkannya.

Kendati demikian, Nabi Muhammad SAW amat menganjurkan umatnya untuk bersahur karena keutamaannya yang demikian besar, sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abu Sa’id Al-Khudri RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

"Sahur sepenuhnya mengandung berkah. Maka itu, jangan kalian meninggalkannya meskipun kalian hanya meminum seteguk air karena Allah dan malaikat bersalawat untuk mereka yang bersahur,” (H.R. Ahmad).

Berikut lafal doa sahur yang dianjurkan dibaca dalam bahasa Arab, latin beserta artinya dalam terjemahan bahasa Indonesia:

يَرْحَمُ اللهُ المُتَسَحِّرِيْنَ

Bacaan latinnya: "Yarhamullâhul mutasahhirîn."

Artinya: “Semoga Allah menurunkan rahmat-Nya bagi mereka yang bersahur.”

Baca juga artikel terkait NUZULUL QURAN atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Yulaika Ramadhani