tirto.id - Ketersediaan sumber energi adalah bekal utama dalam proses peralihan energi fosil menuju energi terbarukan; dan Indonesia merupakan satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan sumber energi terbarukan—mulai dari angin, tenaga surya, air, panas bumi, gelombang laut, sampai dengan bioenergi.
“Total kapasitas yang dapat dikonversikan menjadi energi sekitar 442 gigawatt (GW),” terang Surya Darma, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI). Meski demikian, saat ini pemakaiannya masih berada di level 12%, sehingga potensi untuk mengembangkan sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT) masih sangat besar.
Pemerintah sendiri telah memasang target pemakaian sumber energi terbarukan menjadi sebanyak 23% pada 2025, karena pemenuhan kebutuhan energi Indonesia masih bergantung kepada energi berbasis fosil (minyak bumi, batu bara, dan gas alam).
Dalam laporan BPPT Energy Outlook 2019, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) memproyeksikan bahwa dengan penggunaan semasif sekarang, kita akan kehabisan batu bara dalam kurun waktu 71 tahun. Penggunaan energi fosil tak akan bertahan selamanya akibat laju pengurasan yang lebih cepat ketimbang penemuan baru.
Karena itu, perlahan tapi pasti, transformasi energi mutlak dilakukan untuk terus menggerakkan roda pembangunan nasional. Apalagi pemakaian bahan bakar fosil untuk industri, pembangkit listrik, sampai kendaraan bermotor menjadi pendorong tingginya emisi yang merusak lingkungan dan memicu terjadinya perubahan iklim.
Sebaliknya, energi terbarukan merupakan energi yang alirannya tak akan habis (sustainable), juga ramah lingkungan—tak hanya proses produksi, tapi juga penggunaannya—karena tak menghasilkan polusi, seperti karbon monoksida, gas rumah kaca penyebab pemanasan global, ataupun sulfur dan nitrogen oksida pembentuk hujan asam.
Kelangsungan Sumber Energi di Tangan Kita
Sebagai salah satu produsen energi, PT Pertamina (Persero) menyadari pentingnya menyediakan energi bersih dan ramah lingkungan, dengan cara terus berupaya mengembangkan energi terbarukan lewat beragam inovasi.
Salah satu capaian terbaru yang memperkuat komitmen inovasi berkelanjutan Pertamina adalah kesuksesan pengolahan Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) 100% yang menghasilkan produk Green Diesel (D-100) mencapai 1000 barel per hari di fasilitas Kilang Dumai. RBDPO adalah minyak kelapa sawit yang telah diproses lebih lanjut sehingga getah, impurities, dan baunya hilang.
Namun inovasi tak boleh berhenti. Semakin banyak ide terkumpul, semakin besar pula peluang untuk menciptakan inovasi terbaik bagi negeri, bukan?
Melalui Kompetisi Sobat Bumi (KSB), Pertamina pun mengajak bibit-bibit unggul negeri—masyarakat, mahasiswa, dosen, peneliti, hingga penggiat energi terbarukan—untuk mengembangkan ide kreatif dan inovatif terkait potensi energi, sehingga kebutuhan energi di seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah pelosok, dapat terpenuhi.
Seperti yang kita tahu, masalah ketersediaan sumber energi di wilayah-wilayah terluar dan terpencil di Indonesia masih belum terpecahkan. Salah satu tantangannya adalah menemukan potensi energi di tiap daerah dan bagaimana kemudian mengolahnya menjadi EBT untuk memperlancar proses pembangunan infrastruktur. Tiap wilayah membutuhkan solusi berbeda.
Tahun ini, KSB memiliki dua kategori, yaitu Teori Sains dan Proyek Inovasi EBT, dengan hadiah total mencapai Rp900 juta. Kategori pertama diikuti oleh mahasiswa perguruan tinggi negeri maupun swasta dari semua program studi dan jurusan, dan dapat berasal dari universitas, institut, sekolah tinggi, juga politeknik. Sedangkan kategori Proyek Inovasi EBT dapat diikuti oleh peneliti, dosen, praktisi, penggiat energi, maupun pengabdi masyarakat yang memiliki ketertarikan terhadap EBT.
“Seluruh layer para akademisi dapat berperan aktif dalam program KSB ini supaya dapat menunjukkan ide tentang pengembangan energi baru terbarukan dalam menjadi pioneer membawa keberlangsungan energi masa depan,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman.
Di tengah pandemi Covid-19, pelaksanaan kompetisi dilakukan secara virtual melalui laman www.sobatbumi.id. Para peserta KSB kategori Teori Sains bisa mendaftar mulai 3 Agustus sampai dengan 30 Oktober 2020, kemudian mengikuti dua tahap seleksi: daerah (babak penyisihan dengan Computer Based Test) dan nasional (babak final).
Sementara itu, pendaftaran kategori Proyek Inovasi EBT dibuka sejak 24 Juni sampai 31 Juli 2020. Peserta wajib menyertakan proposal (abstrak) untuk mengikuti proses seleksi. Sepuluh peserta dengan ide inovasi terbaik berhak mengikuti PFSains Camp di Jakarta selama 3 hari untuk memperebutkan 3 gelar juara. Pengumuman pemenang kategori ini dilakukan pada 10 November, atau bertepatan dengan Hari Pahlawan, sedangkan penganugerahannya saat HUT Pertamina—10 Desember 2020. Informasi selengkapnya dapat dilihat di laman resmi maupun akun Instagram @sobatbumi_id.
“Pertamina ingin memfasilitasi seluruh masyarakat agar mampu melawan kondisi keterbatasan dan tetap leluasa mengeksplorasi daya pikir dan logisnya untuk menampilkan inovasi karya cipta yang diharapkan mampu memberikan solusi bagi kebutuhan energi,” imbuh Fajriyah.
Jika ingin melakukan sesuatu bagi kelangsungan negeri, inilah kesempatanmu. Saatnya merancang ide-ide inovatif demi kemajuan industri EBT. Dukung negeri mencapai kedaulatan dan ketahanan energi sekaligus memberi kebaikan bagi bumi, tempat kita bernaung dan berkreasi.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis