Menuju konten utama

Cara Budidaya Jamur Tiram: Persiapan, Penanaman, Hingga Pemanenan

Berikut ini cara budidaya jamur tiram, mulai dari tahap persiapan, pembibitan, pengembangan, hingga panen.

Cara Budidaya Jamur Tiram: Persiapan, Penanaman, Hingga Pemanenan
Seorang warga menata media budidaya jamur tiram (baglog) saat panen di Desa Kuta Padang, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/12/2019). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/aww.

tirto.id - Budidaya jamur tiram cocok untuk daerah beriklim tropis seperti Indonesia. Dilihat dari kemudahannya, budidaya jamur juga relatif fleksibel sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, kapan saja, dan tak mengenal musim.

Budidaya jamur bahkan dapat dijalankan dalam skala rumah tangga (kecil), menengah, hingga dengan teknologi modern untuk level industri.

Prospek bisnis budidaya jamur juga potensial. Pasalnya, jamur merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, memiliki cita rasa lezat, bergizi tinggi dan bisa digunakan sebagai makanan alternatif untuk pengobatan.

Dilansir dari situs Dispertan Provinsi Banten, usaha budidaya jamur terkhusus jamur tiram sering kali mengalami kegagalan karena teknik dan cara budidaya yang kurang benar.

Meski terlihat mudah, budidaya jamur perlu memperhatikan beragam faktor, termasuk lingkungan, kebersihan dan koeksistensi selama perawatan. Apabila faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan dengan baik hasil budidaya jamur pun kurang optimal, bahkan berpotensi mengalami kegagalan.

Cara Budidaya Jamur Tiram

Teknik budidaya jamur tiram mulai dari persiapan hingga pascapanen sangat perlu diperhatikan agar pelaku usaha benar-benar memahami sehingga lebih menguasai dalam pemeliharaan maupun pengendalian hama tanaman.

1. Persiapan Penanaman Jamur Tiram

Beberapa peralatan yang perlu tersedia dalam budidaya jamur tiram di antaranya, yaitu rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya.

Sebagai media tumbuh, serbuk gergaji berfungsi jadi penyedia nutrisi bagi jamur. Usahakan menggunakan serbuk gergaji dari jenis kayu yang keras, karena hal tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram.

Sebelum digunakan serbuk kayu perlu diberi kompos terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur.

Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.

Alternatif bahan yang bisa digunakan untuk mengganti serbuk kayu adalah berbagai macam ampas. Misal: ampas kopi, ampas kertas, ampas tebu, dan ampas teh. Namun, berdasarkan pengalaman petani jamur tiram di dataran rendah, media yang baik untuk digunakan tetap serbuk gergaji kayu.

2. Sterilisasi Bahan

Tujuan strelirisasi adalah untuk mengurangi mikroorganisme penyebab kontaminsasi serta mengurangi kadar air pada serbuk gergaji kayu. Strelirisasi dilakukan ke serbuk kayu dan dedak yang belum dicampur. Bahan-bahan itu disterilisasi menggunakan oven selama 6-8 jam pada suhu 100 derajat celcius.

3. Sterilisasi Baglog

Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dalam autoclave atau pemanas/steamer dengan suhu 121 derajat C selama 15 menit.

Selain itu, sterilisasi baglog bisa juga dilakukan dengan memakai drum berkapasitas besar yang menampung 50-an baglog. Drum itu kemudian dipanaskan di atas kompor minyak atau dapat juga menggunakan oven.

4. Proses Penanaman dan Pemeliharaan

Hal penting yang mutlak harus dipenuhi dalam budidaya jamur tiram adalah permasalahan kebersihan. Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu dengan sapu. Sementara bagian lantai dan dinding juga harus dibersihkan menggunakan disinfektan.

Tidak hanya itu, alat yang dipakai untuk menanam juga harus disterilisasi menggunakan alkohol dan dipanaskan di atas api lilin. Selain itu, selama melakukan penanaman para pekerja juga idealnya menggunakan masker yang bertujuan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi.

Suhu dan kelembaban ruang juga harus diperhatikan agar tetap pada standar yang dibutuhkan. Selain itu, hal lain yang patut dicermati ialah pengaturan sirkulasi udara di dalam kumbung agar jamur tidak cepat layu dan mati.

5. Pengendalian Hama Penyakit di Budidaya Jamur Tiram

Dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram.

Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri, sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.

Contoh beberapa jenis hama penyakit jamur tiram ialah: Ulat; Semut; Laba-laba; dan Kleket (sejenis moluska).

6. Proses Panen dan Pascapanen

Panen jamur tiram bisa dilakukan dalam jangka waktu sekitar 40 hari setelah pembibitan, atau setelah tubuh buah berkembang maksimal (Sekitar 2-3 minggu usai tubuh buah terbentuk). Perkembangan tubuh buah jamur tiram yang maksimal ditandai dengan meruncingnya bagian tepi jamur.

Sementara itu, kriteria umum jamur tiram yang layak dipanen adalah berukuran cukup besar dan bertepi runcing, tetapi belum mekar penuh atau belum pecah.

Selanjutnya, penanganan pascapanen bertujuan untuk menciptakan hasil akhir yang berkualitas sehingga sesuai dengan permintaan pasar. Tahap akhir ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyortiran dan pengemasan jamur tiram. Transportasi hasil panen jamur tiram juga perlu diperhatikan untuk menjaga kualitasnya.

Baca juga artikel terkait JAMUR TIRAM atau tulisan lainnya dari Anisa Wakidah

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Anisa Wakidah
Penulis: Anisa Wakidah
Editor: Addi M Idhom