Menuju konten utama

Bekraf dan ISI Gelar Bekraf Creative Labs di Yogyakarta

Bekraf dan ISI gelar Bekraf Creative Labs sebagai ajang temu pelaku ekonomi kreatif susbsektor kriya dan musik di Indonesia

Bekraf dan ISI Gelar Bekraf Creative Labs di Yogyakarta
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf, saat meluncurkan aplikasi BIIMA di The Hall Senayan City, Jakarta, Rabu (24/2/2016). FOTO/beritamoneter

tirto.id - Badan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Institut Seni Indonesia Yogyakarta menggelar "Bekraf Creative Labs" di Yogyakarta.

Direktur Riset dan Pengembangan Ekonomi Kreatif Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Wawan Rusiawan di Yogyakarta, Minggu, (27/8/2017) mengatakan bahwa "Bekraf Creative Labs" (BCL) yang terdiri atas dua acara inti.

Kedua acara tersebut adalah Indonesian Kriya Festival (IKrafest) dan Jogja Creative Music (JogCreaSic). Dua ajang tersebut menjadi ajang temu pelaku ekonomi kreatif susbsektor kriya dan musik di Indonesia.

"Kita akan membahas mengenai potensi, permasalahan, tantangan, dan peluang penumbuhkembangan ekonomi kreatif yang berbasis pada sektor kriya dan musik," kata Wawan seusai membuka acara itu, dikutip dari Antara.

Dalam acara yang digelar mulai 26 hingga 28 Agustus 2017 itu, IKraFest akan memamerkan produk unggulan sektor kriya dengan menghadirkan UKM, kriyawan, serta komunitas kriya dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Bali.

Sedangkan JogCreaSic akan menyajikan "master class", "workshop", dan "talkshow" mengenai dunia musik. Seniman musik, Djaduk Ferianto dan Oni Krisnerwinto akan hadir dalam sesi workshop.

Wawan menilai acara BCL yang pertama kali digelar tersebut sangat efektif untuk memperkuat ekosistem ekonomi kreatif khususnya di lini kreasi hasil kerja sama dengan perguruan tinggi.

"Kerja sama Bekraf dengan perguruan tinggi sangat penting untuk mengembangkan ekonomi kreatif seiring dengan terus berkurangnya potensi sumber daya alam (SDA)," kata dia.

Selain dengan ISI, menurut dia, Bekraf juga menjalin kerja sama dengan banyak perguruan tinggi lainnya seperti dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk sektor komunikasi visual dan desain produk, Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk sektor kuliner dan penerbitan, serta Universitas Indonesia (UI) untuk sektor arsitektur dan desain interior. "Perguruan Tinggi sangat membantu kami mengembangkan riset industri kreatif," kata dia.

Menurut Wawan, kriya dan musik memiliki potensi yang besar mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia. Kontribusi subsektor kriya terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif pada 2015 mencapai Rp133,8 triliun, sedangkan subsektor musik menyumbang Rp3,9 triliun.

Kontribusi keduanya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Ekonomi Kreatif masing-masing mencapai 15,7 persen dan 0,47 persen atau sebesar 1,16 persen dan 0,03 persen terhadap PDB nasional, dengan pertumbuhan masing-masing sektor mencapai 4,51 persen dan 7,26 persen.

Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Agus Burhan berharap sinergi pemerintah melalui Bekraf dengan ISI Yogyakarta bisa terus berlangsung sehingga bisa memberikan sumbangan besar terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia.

"Ekonomi kreatif yang menekankan pada kreativitas SDM merupakan tren baru yang berkembang di dunia saat ini. Sektor ini berpotensi menjadi tulang punggung perekonomian nasional," kata dia.

Baca juga artikel terkait BEKRAF atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Hobi
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani