Menuju konten utama

AS Sebut Tak Ada Lagi Keringanan untuk Pengimpor Minyak Iran

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Trump memutuskan untuk memberhentikan keringanan setelah 2 Mei 2019.

AS Sebut Tak Ada Lagi Keringanan untuk Pengimpor Minyak Iran
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo memberik keterangan di hadapan Komite Urusan Luar Negeri (AS) di Capitol Hill, Washington, Rabu (23/5/2018). ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis

tirto.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan kepada lima negara -Jepang, Korea Selatan, Turki, Cina, dan India- mereka tidak akan lagi dibebaskan dari sanksi AS jika terus mengimpor minyak Iran.

Dilansir Associated Press News (AP News), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Trump memutuskan untuk memberhentikan keringanan setelah 2 Mei 2019.

"Keputusan ini dimaksudkan untuk membuat ekspor minyak Iran menjadi nol, yang merupakan sumber pendapatan utama rezim," ujar Gedung Putih dalam sebuah pernyataan seperti dikutip AP News.

Trump membuat keputusan itu sebagai bagian dari kampanye "tekanan maksimum" terhadap Teheran. Trump memberi waktu kepada lima negara tersebut untuk mandiri dari minyak Iran dan memutuskan tidak akan mengeluarkan keringanan lagi.

“Tujuannya tetap sederhana: untuk mencabut rezim dari dana ilegal yang telah digunakannya untuk menggoyahkan Timur Tengah selama beberapa dekade dan memberi insentif kepada Iran untuk berperilaku layaknya negara normal,” kata Pompeo.

Dia menambahkan, “Tujuan kami adalah membuat negara-negara berhenti mengimpor minyak Iran sepenuhnya.”

Menurut Pompeo, AS telah memberikan waktu ekstra kepada negara-negara tersebut untuk mencari sumberdaya lain.

“Kami tidak akan memberikan pengecualian lagi,” katanya.

Senator Rafael Edward "Ted" Cruz memuji atas akhir dari keringanan sanksi terhadap impor minyak Iran.

“Keputusan ini akan menghilangkan miliaran dolar milik ayatollah yang akan mereka habiskan untuk merusak keamaan Amerika serikat dan sekutu kita, membangun program nuklir dan rudal balistik Iran dan membiayai terorisme global,” katanya.

Pemerintah telah memberikan delapan keringanan sanksi minyak ketika negara itu memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran setelah Trump menarik keluar AS dari kesepakatan nuklir 2015.

Kebijakan ini menurut pemerintah untuk memberi negara-negara lebih banyak waktu menemukan sumberdaya alternatif, selain itu juga untuk mencegah guncangan ke pasar minyak global dari penghapusan minyak mentah Iran secara tiba-tiba.

Sejak November, tiga dari delapan negara seperti Italia, Yunani dan Taiwan telah berhenti mengimpor minyak dari Iran. Akan tetapi, lima lainnya belum, bahkan mereka melobi agar keringanan sanksi diperpanjang.

Gedung Putih mengatakan, keputusan Trump untuk mengakhiri keringanan dimaksudkan untuk membuat ekspor minyak Iran menjadi nol, serta meniadakan sumber pendapatan utama rezim tersebut.

“Amerika serikat, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, tiga produsen energi besar dunia, bersama dengan teman dan sekutu kami, berkomitmen untuk memastikan pasar minyak global tetap terpasok secara memadai,” kata Pompeo, dilansir dari BBC.

“Kami telah sepakat untuk mengambil tindakan tepat waktu untuk memastikan bahwa permintaan global terpenuhi karena semua minyak Iran dikeluarkan dari pasar.”

Sekutu Nato, Turki mungkin akan meminta perpanjangan, dengan pejabat senior yang akan meminta kepada rekan-rekan mereka di AS minyak Iran sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan energi negara.

Sebagai negara tetangga Iran, Turki tidak dapat diharapkan untuk sepenuhnya menutup ekonominya dari barang-barang Iran.

Iran menolak keputusan itu, menyebut sanksi itu "ilegal". "Mengenai sanksi ilegal tersebut, Republik Islam Iran pada dasarnya belum melihat dan tidak melihat nilai dan validitas untuk keringanan," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan yang diberitakan IRNA.

Iran disebut telah melakukan komunikasi intensif dengan "mitra Eropa dan internasional" dan "keputusan yang diperlukan" akan segera diumumkan, tanpa penjelasan lebih lanjut.

Baca juga artikel terkait AS-IRAN atau tulisan lainnya dari Noor Alfian Choir

tirto.id - Politik
Penulis: Noor Alfian Choir
Editor: Dipna Videlia Putsanra