tirto.id - Mobilitas sosial adalah perpindahan status atau posisi sosial individu, keluarga atau kelompok dalam suatu ruang sosial.
Menurut ahli sosiologi Pitirim A. Sorokinterdapat dua jenis mobilitas sosial, yaitu gerak sosial horizontal dan vertikal. Gerak sosial horizontal adalah perubahan status individu atau kelompok dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
Sedangkan gerak sosial vertikal adalah perubahan status kedudukan sosial suatu individu atau kelompok ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat.
Berdasarkan arah geraknya, gerak sosial vertikal sendiri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu gerak sosial vertikal naik (social climbing) dan gerak sosial turun (social sinking).
Gerak sosial vertikal naik mencakup perpindahan individu yang berkedudukan sosial rendah ke kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bisa juga berarti terbentuknya kelompok sosial baru yang kemudian ditempatkan di kedudukan sosial lebih tinggi dibanding kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
Sementara, gerak sosial vertikal turun mencakup perpindahan kedudukan individu ke derajat sosial lebih rendah, atau penurunan derajat sekelompok individu yang berupa disintegrasi dalam kelompok itu sendiri.
Selain itu, terdapat juga bentuk mobilitas sosial lainnya, yaitu mobilitas antargenerasi. Mobilitas antargenerasi adalah perubahan sosial yang dialami dalam suatu garis keturunan. Mobilitas sosial jenis ini terdapat 2 jenis yakni mobilitas intergenerasi dan mobilitas intragenerasi.
Mobilitas intergenerasi adalah perubahan kedudukan sosial di antara anak dan orang tua, atau di antara satu generasi ke generasi selanjutnya. Sedangkan mobilitas intragenerasi antar perubahan status sosial dalam satu generasi yang sama.
Dampak Mobilitas Sosial
Namun demikian, mobilitas sosial yang mengarah kepada perubahsan status sosial dapat menimbulkan dampak berupa konflik.
Konflik dapat terjadi ketika terdapat benturan antara nilai dan kepentingan. Benturan-benturan ini terjadi di berbagai lapisan sosial, antara lain konflik antar kelas sosial, konflik antar kelompok sosial, dan konflik antar generasi.
Konflik antar kelas sosial, terjadi ketika suatu kelas sosial ingin menempati posisi tertentu sementara kelas sosial yang lainnya ingin mempertahankan posisi tersebut. Beberapa bentuk konflik antar kelas sosial yaitu:
- Reaksi negatif warga lama suatu kelas sosial terhadap warga baru
- Reaksi negatif individu atas perlakuan masyarakat terkait dengan kelas sosial yang baru
- Reaksi negatif masyarakat terhadap kelas sosial yang baru
Konflik antar kelompok sosial, terjadi ketika suatu kelompok sosial lebih dominan dibanding kelompok-kelompok sosial yang lain. Bentuk konflik antar kelompok sosial dapat berupa:
- Reaksi kelompok tertindas terhadap kelompok dominan
- Kekerasan yang dilakukan sekelompok sosial yang menjadi korban fanatisme
- Protes yang dilakukan untuk menuntut perlakuan yang adil dari pihak yang berwenang
Sedangkan konflik antar generasi, terjadi ketika sistem hubungan antar generasi yang sudah berlaku tidak lagi diakui atau dipermasalahkan oleh suatu generasi. Konflik ini dapat berupa;
- Tuntutan hak dan kewajiban generasi muda untuk diperlakukan secara baru
- Penolakan generasi tua untuk melakukan penyesuaian atas perubahan yang terjadi
- Perlakuan baru masyarakat terhadap kedudukan, kelompok, atau generasi sosial tertentu
- Pemerintah individu dan kelompok akan kedudukan yang baru
- Perubahan dominasi suatu kelompok di masyarakat
Kedudukan Sosial
Mobilitas sosial terkadang juga mempengaruhi terbentuknya kedudukan sosial atau status sosial. Umumnya, masyarakat mengenal 2 macam kedudukan yakni karena faktor kelahiran (ascribed status) dan yang diperoleh dengan upaya (achieved status)
Contoh ascribed status seperti status kebangsawanan, jenis kelamin, ras, usia, dan sebagainya. Sementara kedudukan yang diperoleh dengan usaha yang disengaja (achieved status) seperti pendidikan, kekayaan, pekerjaan, dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, mobilitas sosial juga mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan dalam kedudukan masyarakat tersebut, diantaranya:
- Kelas sosial yang dulu terdiri dari golongan bangsawan dan golongan rakyat jelata, kini semakin beragam karena dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ekonomi, intelektual dan potensi lainnya
- Pola lapisan masyarakat yang dulu didasarkan oleh seberapa luas tanah yang dimiliki kini didasarkan oleh kepemilikan jumlah uang yang digunakan untuk proses produksi atau modal usaha.
- Sifat pelapisan sosial yang dulu tertutup (didasarkan pada ascribed status) kini bersifat relatif terbuka (dengan achieved status)
- Penandaan status sosial yang dulu dilihat dari gelar bangsawan kini beralih menjadi gelar akademik.
Penulis: Frizka Amalia Purnama
Editor: Agung DH