Menuju konten utama

Apa Itu Clubhouse? Media Sosial Baru yang Dipopulerkan Elon Musk

Elon Musk sudah mencoba media sosial Clubhouse, berikut penjelasan soal aplikasinya. 

Apa Itu Clubhouse? Media Sosial Baru yang Dipopulerkan Elon Musk
Kepala Eksekutif Tesla dan SpaceX Elon Musk berbicara di Konferensi dan Pameran SATELLITE di Washington. AP / Susan Walsh

tirto.id - Clubhouse, aplikasi sosial media berbasis suara, memungkinkan untuk bertukar pikiran dengan berbagai orang di seluruh dunia. Sosial media berbasis suara, Clubhouse, telah diluncurkan pada versi beta.

Aplikasi ini dapat dipakai berdiskusi dengan banyak pengguna di dalam sebuah ruang atau room. Setiap pengguna dimungkinkan untuk memasuki room, mendengar, hingga berpartisipasi dalam diskusi yang sedang berlangsung di sana.

Mengutip CNET, room tadi akan menampilkan percakapan dalam waktu sesungguhnya (real time) ketika peserta mengunggah suaranya. Dengan demikian, para peserta dapat saling memberikan pendapat atas tema yang sedang dibicarakan.

Bisa dikatakan, Clubhouse mirip seperti konferensi panel yang lengkap dengan moderator, pembicara dan peserta. Jika ingin berpendapat, peserta dapat "mengangkat tangan" dengan tanda tertentu agar diberikan kesempatan berbicara dan didengarkan. Meski demikian, Clubhouse memiliki tantangan, apakah fitur ini mampu mengatasi kebosanan pengguna.

Namun menariknya, aplikasi besutan Paul Davison dan Ronan Seth ini, pengguna bisa berada di satu room dengan orang-orang di seluruh dunia. Syukur-syukur, nantinya juga bisa mengobrol dengan para pesohor berbagai negara.

Elon Musk, pendiri Tesla dan SpaceX, bahkan sudah memulai debutnya di Clubhouse. Musk mencoba startup terpanas di Silicon Valley ini beberapa waktu lalu untuk menjawab beragam pertanyaan dari para tamu atau peserta yang bergabung di room-nya.

Seperti dilansir Techrunch, Musk menjawab sebagian besar pertanyaan yang berkaitan dengan softball, perjalanan luar angkasa, koloni di Mars, crypto, kecerdasan buatan, sampai vaksin Covid-19.

Diskusi itu pun berubah secara mendadak dan Musk bertukar peran menjadi pewawancara. Di deretan peserta telah masuk adalah CEO Robinhood, Vlad Tenev. Musk meminta Tenev agar mengungkap ada apa di balik kejadian Wall Street Bets.

Aplikasi Clubhouse menampung 5.000 peserta saat Elon Musk bergabung. Angka ini melebihi batas yang ditetapkan Clubhouse sebelumnya yaitu 2.000 peserta. Tahap uji coba itu juga memungkinkan Clubhouse ditayangan secara streaming melalui Youtube.

Agar lebih adil, Clubhouse tidak hanya dipakai untuk tempat para elit di Silicon Valley berbicara. Namun ada beragam jenis room dengan berbagai tema yang tersedia. Misalnya room kencan, seks, penulisan lagu, atau industri musik. Ada pula room yang dipakai untuk representasi orang kulit hitam dan TV sebagai bentuk semangat Natal.

Tapi, Clubhouse memiliki pekerjaan serius yang mesti ditangani. Contohnya, Clubhouse dituntut agar mampu mengatasi masalah dengan percakapan yang terkait ujaran kebencian hingga ke pelecehan. Pasalnya, belum ada pos yang tepat untuk pelaporan atau penghapusan konten seperti itu.

Dalam musim panas ini, salah satu flapnya The New York Times Lorenz menjadi room yang dipakai pemodal ventura untuk mencela peran pers teknologi dan khususnya Lorenz. Vanity Fair juga melaporkan telah ditemukan konten dengan ujaran rasis dan anti-Semit. Selain itu, ada pula peserta yang mendeskripsikan fantasi seksualnya hingga akhirnya dia dikeluarkan oleh moderator.

Di satu sisi, Clubhouse akan menjadi tempat pertunjukan langsung, konser, podcast, hingga tempat khusus seperti serial radio di masa lampau. Salah satu pengguna Clubhouse, Natasha Scruggs, mengatakan jika aplikasi ini memungkinkan dipakai sebagai cara untuk belajar, membangun jaringan, dan memasarkan diri sendiri di dalam room yang diikuti.

"Dengan Clubhouse, Anda benar-benar tidak pernah tahu siapa yang akan berada di sebuah ruangan," ujar Natasha.

Baca juga artikel terkait CLUBHOUSE atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Alexander Haryanto