Menuju konten utama

Selandia Baru Larang Senjata Semi-Otomatis Usai Teror Christchurch

Jacinda Ardern melarang penjualan senjata semi-otomatis "gaya militer" di Selandia Baru.

Selandia Baru Larang Senjata Semi-Otomatis Usai Teror Christchurch
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern berbicara dalam siaran langsung televisi menyusul penembakan fatal di dua mesjid di pusat kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019), dalam gambar yang didapatkan dari video. ANTARA FOTO/TVNZ/via REUTERS

tirto.id - Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengumumkan larangan penjualan senapan semi-otomatis "gaya militer" seperti yang digunakan terduga pelaku penembakan masjid Christchurch.

"Semua senjata semi-otomatis yang digunakan dalam serangan teroris pada hari Jumat akan dilarang," kata Ardern pada Kamis (21/3/2019), sebagaimana dikutip Associated Press News (AP News).

Pelaku penembakan membeli senjata secara legal menggunakan lisensi senjata api standar yang dimodifikasi. Ardern menyebut pembelian senjata itu dilakukan "dengan mudah melalui pembelian online yang sederhana".

Larangan ini diumumkan Ardern kurang dari seminggu usai penembakan, setelah ke-50 jenazah selesai diidentifikasi dan siap untuk dimakamkan. Enam pemakaman korban penembakan dilakukan pada Kamis.

Dilansir ABC News, Ardern mengatakan larangan senjata semi-otomatis akan mulai berlaku pada 11 april.

Pertemuan kabinet akan diselenggarakan pada Senin (24/3/2019) untuk mempertimbangkan amandemen lebih lanjut perundang-undangan senjata, perubahan langsung pada peraturan perizinan akan membatasi pembelian senjata.

Demi kepentingan dan keselamatan penduduk Selandia Baru. Ardern meminta kepada pemilik senjata untuk menyerahkan senjatanya ke kepolisian. Skema pembelian kembali atau buyback akan dibayarkan kepada pemilik untuk senjata mereka.

Ardern memperkirakan untuk anggaran pembelian kembali bisa menelan biaya sekitar 100 juta dolar Selandia Baru hingga 200 juta dolar Selandia Baru, sekitar 900 miliar rupiah hingga 2 triliun rupiah (kurs 9.776 dolar NZ).

Menteri Kepolisian Selandia Baru Stuart Nash mengatakan penting bagi Pemerintah untuk mengambil keputusan ini.

“Langkah-langkah ini akan membuat perbedaan nyata untuk memungkinkan Selandia Baru menjadi tempat yang lebih aman, seperti yang dikatakan Perdana Menteri, waktu untuk bertindak adalah sekarang," ujarnya.

Salah satu toko senjata terbesar di Selandia Baru, Hunting & Fishing New Zealand, mengatakan mereka mendukung "setiap tindakan pemerintah untuk secara permanen melarang senjata semacam itu".

"Walaupun kami telah menjualnya pada masa lalu kepada sejumlah kecil pelanggan, peristiwa pekan lalu telah memaksa peninjauan kembali yang membuat kami percaya senjata perang semacam itu tidak memiliki tempat dalam bisnis kami- atau negara kami," kata CEO Darren Jacobs.

Meskipun belum ada rilis resmi soal jenis yang digunakan dalam serangan di masjid Christchurch, foto yang menampilkan senjata-senjata itu diunggah oleh pelaku.

Dalam foto itu menunjukkan setidaknya salah satu senjata itu merupakan senapan semi-otomatis mirip dengan AR-15 yang banyak tersedia di Selandia Baru.

Versi militer yang paling mirip dengan senapan AR-15 adalah M16 dan M4, yang dapat menembak dalam mode semi-otomatis, mode three-round burst, atau mode sepenuhnya otomatis.

Banyak jenis senjata api, dari pistol hingga senapan yang bisa semi-otomatis. Senapan semi-otomatis seperti AR-15 sering dimodifikasi pada bagian aftermarket, atau aksesori. Cara memodifikasi senapan menjadi mode otomatis penuh dapat ditemukan di internet.

Baca juga artikel terkait PENEMBAKAN SELANDIA BARU atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH