Menuju konten utama

Sejarah Hari Komando Pasukan Khusus Kopassus yang Berusia 70 Tahun

Usia Kopassus menginjak 70 tahun di tahun 2022 dan menjadi satuan elite di bawah TNI AD.

Sejarah Hari Komando Pasukan Khusus Kopassus yang Berusia 70 Tahun
KASAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman (kanan) memberi hormat kepada pataka Kopassus saat mengikuti upacara penyematan brevet dari Kopassus di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta, Selasa (21/12/2021). ANTARA FOTO/Hidayat/wpa/hp.

tirto.id - Hari Komando Pasukan Khusus (Kopassus) diperingati 16 April setiap tahunnya. Kopassus merupakan pasukan elite yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD).

Setiap pasukan Kopassus dibekali dengan penguasaan taktik dan teknik ilmu perang khusus. Mengutip laman Kopassus, mereka dapat bergerak cepat pada semua medan dari darat, laut, hingga udara.

Setiap negara memerlukan pasukan khusus seperti halnya Kopassus. Pasukan khusus ini mempunyai kemampuan dan fleksibilitas tinggi dan dibiasakan kerja secara efektif dan efisien.

Tujuan pembentukan pasukan khusus adalah mengubah perimbangan daya tempur musuh. Di samping itu, mereka dituntut mampu menyelesaikan tugas yang tidak bisa dijalankan Satuan Reguler.

Tentara Kopassus merupakan pasukan terpilih yang dilatih, dilengkapi, dan dipersenjatai secara khusus demi merebut sasaran strategis.

Sesuai visi Kopassus yang adaptif, profesional, modern, dan tangguh, maka anggota Kopassus diharapkan mampu menghadapi ancaman dan tuntutan tugas terkini yang mendukung tugas pokok TNI.

Pada 2022 ini, usia Kopassus menginjak 70 tahun. Selama masa tersebut, Kopassus mencatat sejarah telah berkali-kali terlibat dalam misi penting.

Misalnya, Kopassus terlibat dalam penumpasan DI/TII dan operasi militer PRRI/Permesta. Selain itu, Kopassus ikut pula menangani Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, sampai Operasi Seroja di Timor Timur.

Sejarah Berdirinya Kopassus

Mengutip laman kopassus.mil.id, pada 16 April 1952 secara resmi berdiri Kesatuan Komando Teritorium III. Keberadaannya dilandasi dengan Instruksi Palima Tentara dan Teritorium III No.55/Instr/PDS/52. Kesatuan ini menjadi embrio dari terbentuknya Kopassus dan 16 April sebagai hari kelahirannya.

Komandan pertama yang memimpin Kesatuan Komando Teritorium III adalah Mayor Moch Idjon Djanbi. Dulunya, dia mantan anggota KNIL yang turut menjadi bagian dari Korps Speciale Troepen. Idjon Djanbi juga terlibat dalam peperangan pada Perang Dunia II.

Kendati demikian, ide awal pembentukan pasukan khusus dicetuskan oleh Letkol Slamet Riyadi. Jika dirunut ke belakang, ide tersebut dimulai dari penumpasan pemberontakan oleh kelompok Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku pada Juli 1950. Pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia mengirim pasukan untuk misi tersebut.

Operasi dipimpin Panglima Teritorium III yaitu Kolonel A.E. Kawilarang. Lalu, komandannya diserahkan pada Letkol Slamet Riyadi. Operasi penumpasan berhasil dan RMS berhasil ditaklukkan.

Setelah itu, Letkol Slamet Riyadi mempelopori adanya satuan pemukul. Satuan ini nantinya mampu bergerak cepat dan tepat dalam menggempur berbagai sasaran meski dalam keadaan yang cukup berat. Sebelum satuan pemukul benar-benar terbentuk, Letkol Slamet Riyadi gugur pada pertempuran di sekitar Ambon.

Hanya saja, ide pembentukan satuan pemukul tetap dilanjutkan. Kolonel A.E. Kawilarang menindaklanjuti pemikiran Letkol Slamet Riyadi hingga terbentulah Kesatuan Komando Teritorium III pada 16 April 1952.

Seiring berjalannya waktu, Kesatuan Komado teritorium III berganti-ganti nama. Berikut nama-nama penggantinya:

1. Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD) tahun 1953;

2. Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) tahun 1952;

3. Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) tahun 1955;

4. Pusat Pasukan Khusus TNI-AD (Puspasus TNI-AD) tahun 1966;

5. Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) tahun 1971;

6. Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tahun 1985 hingga sekarang.

Baca juga artikel terkait KOPASSUS atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dipna Videlia Putsanra