Indeks Orang Utan

Menjaga orang utan adalah upaya berabad-abad sejak Indonesia masih dikuasai Pemerintah Hindia Belanda.  

Krisis iklim berkolaborasi dengan deforestasi yang terus meningkat, melahirkan kepunahan primata pada tiga dekade mendatang.

Orang utan diketahui bisa mengonsumsi kukang dan beberapa hewan kecil lain. Meski begitu frekuensinya kecil dan terjadi saat buah di hutan jarang.

Populasi orang utan menyusut drastis karena pembukaan lahan yang menghilangkan habitat asli mereka di hutan-hutan Indonesia.

KLHK belum mendapat laporan evakuasi oranguran yang didera ISPA akibar asap dari karhutla di Kalimantan Tengah.

Hope terluka parah dan alami kebutaan karena ditembak 73 peluru senapan angin.

Beberapa produk pengganti sawit sudah ditemukan, misalnya ganggang laut, ragi, hingga ulat. Sayang, tantangannya banyak.

Polisi sulit buru pelaku penembak orang utan karena tidak bisa memastikan berdasarkan status kepemilikan senjata.

Polisi mengantongi barang bukti berupa senapan dan tengkorak kepala orang utan di tempat kejadian perkara.

Alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan seperti sawit memicu konflik Orangutan dengan manusia. Pihak Orangutan yang menjadi korbannya.

Siapa nyana bila teknologi digital dapat berperan membantu dalam menentukan pasangan orang utan betina. Eksperimen di Belanda memanfaatkan aplikasi semacam Tinder untuk mencarikan pasangan yang tepat bagi primata yang populasinya terancam.

Setelah diselamatkan Tim Evakuasi YIARI Ketapang dari kebakaran hutan pada Desember 2015, Orang Utan bernama Jambu, akhirnya dilepasliarkan di hutan lindung Gunung Tarak.