Menuju konten utama

Profil Tokoh Pendiri ASEAN: Thanat Khoman dari Thailand

Berikut ini profil tokoh pendiri ASEAN, Thanat Khoman dari Thailand. Thanat adalah mantan Menteri Luar Negeri Thailand,

Profil Tokoh Pendiri ASEAN: Thanat Khoman dari Thailand
Presiden Joko Widodo (keenam kanan) didampingi Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi (ke-5 kanan) berfoto bersama perwakilan negara-negara ASEAN saat peresmian gedung baru Sekretariat ASEAN di Jakarta, Kamis (8/8/2019). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wsj.

tirto.id - ASEAN atau organisasi perkumpulan negara-negara Asia Tenggara dibentuk pada 8 Agustus 1967, melalui penandatanganan Deklarasi Bangkok. Deklarasi itu disahkan oleh 5 perwakilan dari negara ASEAN yaitu Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Para perwakilan tersebut merupakan menteri luar negeri dari masing-masing negara. Kelima tokoh itu pun dikenal sebagai pendiri ASEAN hingga saat ini.

Para tokoh pendiri ASEAN tersebut adalah Adam Malik dari Indonesia, Narciso Ramos dari Filipina, Thanat Khoman dari Thailand, Tun Abdul Razak dari Malaysia, dan S. Rajaratnam dari Singapura.

Salah satu tokoh yang menarik untuk dibahas adalah Thanat Khoman. Dia merupakan tokoh politik yang populer di Thailand.

Di negaranya, Thanat pernah menjabat posisi Menteri Luar Negeri Thailand, Ketua Partai demokrat Thailand, hingga menjadi Wakil Perdana Menteri Thailand.

Thanat juga meraih berbagai penghargaan seperti Knight Grand Cordon of the Order of the White Elephant, dan juga Knight Grand Cross of the Order of Chula Chom Klao.

Sejarah Hidup Thanat Khoman

Thanat Khoman lahir pada tanggal 9 Mei 1914 di Bangkok, Thailand. Dia lahir dari keluarga yang terkemuka di Thailand.

Ayah Thanat yaitu Phraya Phiphaksa Satayathipatai (Po Khoman) adalah hakim Mahkamah Agung Thailand. Phraya merupakan lulusan pertama sekolah hukum terkemuka di Thailand yaitu Sekolah Hukum Siam.

Pada masa mudanya, Thanat mengenyam pendidikan di Assumption University, dan di sana bakat diplomasinya mulai terlihat. Dia pun mempelajari bidang hukum seperti ayahnya.

Setelah lulus dari Assumption University, Thanat mendapat beasiswa dari Kementerian Luar Negeri Thailand sehingga bisa kuliah di jurusan hukum Universitas Bordeaux, Prancis. Usai meraih gelar Master, Thanat menempuh kuliah doktoral di University of Paris.

Karena mendapat beasiswa dari Kementerian Luar Negeri Thailand, setelah menyelesaikan kuliah, ia langsung bergabung dengan layanan diplomatik Thailand. Dari sini, perjalanan karier Thanat di kancah politik dimulai.

Selama Perang Dunia II, ia ditempatkan di Tokyo sebagai sekretaris kedua di Kedutaan Thailand di Jepang. Pada momen ini, terdapat perjanjian Thailand-Jepang yang memungkinkan Jepang untuk membuat barisan melawan Inggris Burma dan Malaya. Perjanjian itu membuat Thailand masuk ke dalam blok poros perang.

Akan tetapi, Thanat menolak hal itu dan membuat suatu gerakan perlawanan yang dikenal sebagai Seri Thai atau "Free Thai." Gerakan tersebut dibantu Inggris dan Amerika Serikat. Memasuki bulan Februari 1945, Thanat jadi anggota delegasi rahasia buat Komando Sekutu Asia Tenggara di Kandy, Ceylon.

Setelah Perang Dunia II selesai, Thanat tetap menjalankan pekerjaan diplomatik dengan bekerja di Kedutaan Thailand di Tokyo, lalu New Delhi, hingga Washington D.C. Karier Thanat terus menanjak hingga ditunjuk jadi Ketua Komisi Ekonomi PBB untuk Asia dan Timur jauh (ECAFE) pada 1950.

Setelah itu, ia juga sempat menjadi wakil perwakilan tetap Thailand untuk PBB selama lima tahun. Kinerja baik dari Thanat lantas menaikan kariernya, sehingga pada tahun 1957 ia diangkat menjadi duta besar Thailand untuk Amerika Serikat.

Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1959, Thanat diangkat sebagai menteri luar negeri Thailand di bawah pemerintahan perdana menteri Sarit Dhanarajata. Selama menjabat sebagai menteri luar negeri, Thanat memperkuat jalinan kerja sama Thailand dengan negara-negara tetangga. Dia juga berusaha mendorong penguatan kerja sama negara-negara di Asia Tenggara.

Tahun 1960, menjadi titik penting bagi karier Thanat, terutama ketika dia berperan jadi penengah dalam konflik Indonesia-Malaysia. Momen penting lainnya adalah Thanat aktif dalam pembentukan perwakilan PBB di kawasan Asia Tenggara.

Keaktifan Thanat tersebut membuat kota Bangkok dipilih menjadi tempat deklarasi pembentukan ASEAN, yang dikenal sebagai Deklarasi Bangkok. Thanat juga menjadi perwakilan Thailand yang ikut menandatangani deklarasi tersebut, dan menjadi salah satu dari 5 tokoh pendiri ASEAN.

Akan tetapi, setelah periode 1960-an, Thanat harus melepas jabatannya pada 17 November 1971. Hal tersebut disebabkan oleh kudeta di Thailand.

Setelah melepas jabatannya sebagai menteri luar negeri, Thanat terjun ke dalam dunia politik dan ditunjuk sebagai ketua Partai Demokrat Thailand. Dia memegang posisi itu hampir 4 tahun, yakni pada 26 Mei 1979 sampai 3 April 1982. Pada masa itu, ia juga merangkap sebagai wakil perdana menteri pada masa pemerintahan Perdana Menteri Prem Tinsulanonda.

Tahun 1982, setelah selesai menjabat, Thanat memutuskan pensiun dari dunia politik, dan kembali menjadi warga sipil. Thanat wafat pada 3 Maret 2016 pada usia 101 tahun. Di antara, para pendiri ASEAN, dia tutup usia paling terakhir.

Baca juga artikel terkait ASEAN atau tulisan lainnya dari Fadhillah Akbar Zakaria

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Fadhillah Akbar Zakaria
Penulis: Fadhillah Akbar Zakaria
Editor: Addi M Idhom