Menuju konten utama

Pipis Ramai-ramai Demi Menenggelamkan Singapura

Bagi para sauvinis di negeri ini, sejumlah sikap Singapura jadi sesuatu hal yang tidak bisa diterima. Sesuatu hal jenaka muncul saat sebuah cemooh menye-menye selalu saja dilontarkan ketika Indonesia berseteru dengan Singapura. Olok-olok itu berkaitan dengan luas wilayah Singapura yang diidentikan sebagai negara mini.

Pipis Ramai-ramai Demi Menenggelamkan Singapura
Seorang berenang di Hotel Marina Bay Sands, sambil melihat susana kota Singapura. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Hubungan Indonesia dengan negara tetangga tak selalu mulus. Yang paling sering adalah dengan Malaysia dan Singapura, yang seringkali diwarnai dengan konflik-konflik kecil. Terbaru adalah sentilan kepada Singapura, terkait banyaknya dana orang Indonesia yang parkir di negara kecil itu.

Banyak orang Indonesia merengek Singapura itu tetangga kecil brengsek. Geografis kecil memang tidak menumbuhkan sifat inferior dalam pikiran mereka. “Soal nyali dan ukuran itu tidak mesti linier bung!” cetus Singapura.

Kuasa Singapura atas uang yang tak terbantahkan dan kekuatan diplomasi politik dengan dukungan Amerika, Inggris dan kroco-kroconya membuat Singapura merasa bisa menandingi Indonesia.

Bagi para sauvinis di negeri ini, sikap Singapura jadi sesuatu hal yang tidak bisa diterima. Sesuatu hal jenaka muncul saat sebuah cemooh menye-menye selalu saja dilontarkan ketika Indonesia berseteru dengan Singapura. Olok-olok itu berkaitan dengan geografis. Dua kata itu itu: “pipis” dan “ramai-ramai”.

"Singapura itu negara kecil. Dikencingi seluruh rakyat Indonesia tenggelam itu negara,” kata anggota DPR Ruhut Sitompul pada 19 Februari 2014 lalu. Selang empat hari kemudian, Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD), Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo mengucap hal serupa. “Singapura macam-macam, kita kencingi saja mereka.”

Dua orang ini murka karena intervensi Singapura yang menolak penamaan salah satu kapal perang dengan nama Usman-Harun. “Kencingi saja Singapura, biar mereka tenggelam” sebenarnya adalah kelakar lumrah yang bisa dilontarkan di ruang publik, entah itu obrolan warung kopi atau komentar-komentar di sosial media.

Akan jadi sebuah kajian menarik adalah betulkah jika orang Indonesia mengencingi Singapura secara ramai-ramai maka negara mini itu akan tenggelam?

Ide ini seolah ilmiah dan logis. Jumlah penduduk Indonesia yang melimpah – berkisar 260 juta jiwa – cukuplah untuk menenggelamkan Singapura yang ukuran wilayahnya hanya 719 km2 atau sebanding dengan luas DKI Jakarta ditambah ¾ luas wilayah Depok. Namun, mungkinkah volume urine sekali kencing seluruh orang Indonesia bisa menenggelamkan Singapura? Mari kita hitung.

Luas daratan Singapura awalnya hanya 581,5 km2. Setelah proyek reklamasi berlangsung sejak 1960-an luas wilayah mereka kini bertambah jadi 719 km2. Kontur daratan Singapura tentu tidak rata. Namun elevasi di Singapura rata-rata tidak lebih dari 15 meter mdpl. Titik tertinggi di sana dalah Bukit Timah dengan 165 mdpl.

Pada hitung-hitungan ini, situasi imajiner yang dipakai adalah “menenggelamkan” bukan “membanjiri”. Artinya menutupi daratan Singapura semua dengan air kencing. Untuk melakukan itu otomatis ketinggian volume air kencing yang ada harus melebihi elevasi tanah di Singapura. Lantas seberapa banyak volume air kencing orang Indonesia yang dibutuhkan untuk menenggelamkan Singapura?

Riset dari Bladder and Bowel Foundation memaparkan faktor volume kencing normal ditentukan oleh ukuran kandung kemih, ada yang berukuran kecil (300 ml), sedang (500 ml), besar (800 ml) dan sangat besar (1000 ml +). Rerata volume kencing orang berumur 14 tahun sampai dewasa berkisar 2 liter per hari, sedang anak kecil berumur balita sampai 14 tahun mencapai 1 liter per hari.

Di Indonesia populasi penduduk usia di bawah 14 tahun berjumlah 70 juta penduduk atau 27 persen dari populasi. Lantas untuk mengambil jalan tengah demi mencakup keseluruhan populasi kita akan memakai rerata pipis per orang selama satu hari adalah 1,5 liter.

Umpama kita berpatok pada 1,5 per liter berarti dalam sehari seluruh orang Indonesia akan mengeluarkan urine sebanyak 390 juta liter per hari.

Hasil simulasi dari floodmap memprediksikan untuk membuat seluruh Singapura terendam air ketinggian air harus mencapai 50 meter. Jika dikalikan dengan luas wilayah Singapura mencapai 719 km2 maka dibutuhkan 39,35 kilometer kubik. Dan andai dikonversi ke liter menjadi 35,9 triliun liter.

Tentu saja angka ini berkali-kali lipat lebih besar ketimbang 390 juta liter. Dari sinilah cemooh Ruhut Sitompul dan Pramono Edhie itu tidak berdasar pada hitung-hitungan yang benar.

Menenggelamkan Singapura dengan urine jelas tidak bisa dilakukan hanya dalam sekali pipis. Butuh waktu yang teramat panjang mencapai 92.179 hari atau setara dengan 253 tahun.

Jika menenggelamkan seluruh negara terlalu berat, maka menenggelamkan pusat-pusat bisnis dan pemerintahan bisa jadi opsi lain. Untuk membikin daerah di Bandara Changi, Geylang, Vivo City, Pulau Santosa dan Pulau Jurong terendam ketinggian volume yang dibutuhkan hanya 10 meter. Namun, lagi-lagi masa yang dibutuhkan tidak sebentar, butuh 2.615 hari atau 7 tahun.

Macam mana pula ada pemerintah gila yang mau mengumpulkan air seni semua penduduknya dengan rentan waktu sepanjang itu? Seberapa besar rasa nasionalisme orang Indonesia pasti akan memberontak jika semua warga negara wajib mengumpulkan urin mereka setiap hari.

Benar kata seorang blogger, Harry Sastro. “Orang Singapura boleh lega bahwa tidak akan ada banjir urine di negara mereka sampai orang Indonesia menemukan cara untuk memperbesar volume output pipisnya.”

Jika bersikeras melakukan itu, orang Indonesia mungkin bisa mengikutsertakan urine-urine hewan dalam pengumpulan itu. Misi itu pasti akan lebih mudah. Namun lagi-lagi, umpama pengumpulan urine itu sudah menyentuh target dan tinggal disiramkan ke Singapura. Toh, urine tersebut pada ujungnya akan lari ke laut, karena sifat air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah.

Eksperimen ini akan sukses jika sebelum menyiramkan urine itu kita terlebih dahulu membendung Singapura, membuatnya seperti ember dengan tembok yang rapat dengan ketinggian hingga 100 meter di sepanjang pesisir agar urine itu tidak mengalir ke laut.

Lagi-lagi, tentu saja kejadian ini hanya terjadi di alam mimpi. Kesimpulannya adalah pipis ramai-ramai demi menenggelamkan Singapura adalah banyolan tidak serius. Tidak juga harus ditanggapi dengan hitung-hitungan secara serius seperti di tulisan ini. Hehehe..

Baca juga artikel terkait SEJARAH SINGAPURA atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Politik
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti