Menuju konten utama

Pierre Cardin dan Impian Cosmocorps Sampai ke Bulan

Pierre Cardin adalah desainer revolusioner sekaligus pebisnis andal. Berhasil menghapus batasan antara fesyen, desain, dan arsitektur.

Pierre Cardin dan Impian Cosmocorps Sampai ke Bulan
FILE - Dalam file foto bertanggal Kamis, 13 November 2014 ini, perancang busana Prancis Pierre Cardin berpose dengan latar belakang beberapa desainnya saat peresmian Museum Pierre Cardin di Paris, Prancis. Akademi Seni Rupa Prancis mengatakan Selasa 29 Desember 2020, bahwa perancang busana terkenal Pierre Cardin telah meninggal pada usia 98. (AP Photo / Jacques Brinon, FILE)

tirto.id - Apa hal pertama yang muncul di benakmu ketika mendengar Pierre Cardin? Sebagian orang mungkin mengingatnya sebagai label fesyen raksasa yang mendunia. Sebagian lain mungkin menganggap ia identik dengan seperangkat busana mewah yang kerap dikenakan para selebritas hingga pakaian siap pakai yang tersedia di berbagai pusat perbelanjaan. Sebagian lainnya lagi mungkin memikirkan sosok desainer yang pertama kali mencetuskan ide tentang desain busana premium untuk pria.

Tak ada yang salah karena Pierre Cardin memang desainer hebat. Dia adalah revolusioner di industri fesyen sekaligus pebisnis andal. Desainnya identik dengan bentuk geometris yang unik. Juga, dia mengamini betul bahwa promosi sama pentingnya dengan seni itu sendiri.

Lebih dari itu, Pierre Cardin berhasil menjelma sebagai sebuah merek yang tidak hanya merajai industri fesyen tetapi juga berbagai lini lain. Karena itulah, dunia fesyen sungguh berduka ketika pihak keluarganya mengumumkan kabar kematian sang desainer pada 29 Desember 2020 kemarin.

“Ini adalah hari yang sangat menyedihkan bagi keluarga besar kami. Pierre Cardin wafat,” demikian pernyataan keluarga Cardin yang disiarkan melalui kantor berita AFP.

Cardin menghembuskan nafas terakhir pada usia 98 tahun di Neuilly-sur-Seine, Paris. Kabar meninggalnya Cardin segera diikuti ucapan bela sungkawa dari beberapa nama besar dunia mode.

Jean-Paul Gaultier, misalnya, mengungkapkan bahwa Cardin adalah mentor dalam fesyen dan dia berterima kasih atas kesempatan itu. Gaultier mengatakan, Cardin berjasa membukakan berbagai pintu dunia fesyen dan membuat mimpinya menjadi kenyataan.

Ada pula pemimpin Redaksi majalah Elle Nina Garcia yang mengenang rancangan Cardin sebagai, “Desain yang menunjukkan bagaimana fesyen memiliki kekuatan untuk mendesain masa depan”. Menurut Garcia, bahkan hingga hari ini, desain Cardin sangatlah modern dan tetap inspirasional bagi para desainer kontemporer.

“Hari ini, dunia fesyen menjadi sedikit lebih gelap. Kami kehilangan salah satu mercusuar kami,” tulis Garcia pada laman Twitternya.

Direktur Artistik Benetton Jean Charles de Castelbajac mengatakan, Cardin memberinya inspirasi dan imajinasi. Dia menyebut Cardin sebagai orang yang sangat luar biasa yang berhasil menghapus batasan antara fesyen, desain, dan arsitektur.

Selama berkarir lebih dari 70 tahun, Cardin meninggalkan ribuan legasi dan terobosan yang berjasa mengubah wajah industri fesyen. Dia pernah dikritik dan cukup akrab dengan kontroversi, tetapi semua itu tidak pernah menghentikannya menelurkan ide dan karya adiluhung.

Terobosan Cardin

Pietro Constante Cardin lahir di San Biagio, Italia, pada 2 Juli 1922. Cardin dan keluarganya pindah ke Prancis sejak Cardin masih balita. Cardin mulai tertarik pada dunia desain sejak umur 17 tahun. Semula, dia belajar menjahit di sebuah toko jahit untuk pakaian pria di Vichy, Prancis.

Setelah Perang Dunia II berakhir pada 1945, Cardin merantau ke Paris. Dia bekerja di rumah mode Paquin selama kurang lebih satu tahun dan terlibat dalam pembuatan kostum untuk film Beauty and the Beast pada 1946.

Sebelum membuka butiknya sendiri, Cardin sempat pula bekerja untuk rumah adibusana Christian Dior dan membantu mendesain koleksi New Look pada 1947. Vogue menulis, Dior yang sangat terpesona dengan karya Cardin memprediksi bahwa dia adalah masa depan dunia fesyen.

Pada 1950, Cardin merilis lini busana pertamanya. Cardin memulai langkahnya dengan mendesain konsum untuk pementasan teater. Kemudian, pada 1953, dia memamerkan busana wanita orisinalnya untuk pertama kali—menandai kariernya di kancah adibusana. Setahun kemudian, dia membuka butik khusus busana wanita yang dinamakan Eve.

Kala itu, Cardin mulai dikenal luas karena bubble dress. Gaun longgar dengan keliman berbentuk gelembung pada area antara pinggang dan garis tepi itu berhasil mendapat pengakuan internasional. Segera saja desainnya dikenakan oleh nama-nama besar, mulai dari Elizabeth Taylor, Jacqualine Kennedy, Eva Peron, Rita Hayworth, dan banyak lainnya.

“Setiap gaun adalah bentuk dari petualangan akan berbagai ide,” kata Cardin kepada Vogue pada 1964.

Koleksi ikonik Cardin lainnya dirilis pada 1960an, ketika Amerika Serikat dan Rusia tengah berlomba menuju antariksa. Terinspirasi dari situasi itu, Cardin meluncurkan koleksi uniseks bertema Space Age. Koleksi pakaian ini berupa desain unik dari helm, kacamata, tunik, dan sepatu bot tinggi dengan warna-warna metalik.

Desainnya yang futuristik dan visioner itu sangat populer dan mengangkat tinggi reputasi Cardin. Tapi, terobosannya yang paling signifikan adalah busana premium untuk pria. Butik khusus pakaian pria pertamanya berdiri pada 1957 dengan nama Adam—yang diakuinya sebagai pasangan dari butik Eve-nya.

“Sebelum aku, tidak ada desainer yang membuatkan baju untuk laki-laki. Hanya penjahit yang melakukannya,” kata Cardin dalam sebuah wawancara dengan AFP pada 2009.

Pada desain yang digambarkan Cardin sebagai ‘seksi, elegan dan sangat muda’ itu, bentuk desainnya memang membuat pria yang mengenakannya terlihat tinggi dan muda,” tulis Vogue pada 1966. Majalah mode prestisius itu juga menyebut Cardin sebagai pionir.

Pada tahun yang sama, Reuters menyebut, lini busana pria Cardin menghasilkan $26 juta—enam kali lipat dari profit bisnis pakaian wanitanya. Kelak, Cardin kerap mendesain busana bagi banyak selebritas pria, mulai dari setelan eksklusif untuk The Beatles, Mick Jagger, hingga aktor Gregory Peck.

Cardin juga termasuk salah satu desainer pertama yang membuka butik di Jepang, China, dan Russia. Cardin mengunjungi Jepang pada 1957, menjadikannya desainer Eropa pertama yang mengeksplorasi pengaruh Asia. Pada 1979, Cardin berkesempatan memamerkan koleksi busananya di China. Itu adalah capaian mengesankan, mengingat China kala itu adalah negara komunis yang sangat tertutup. Pada 1991 atau dua tahun setelah Tembok Berlin runtuh, Cardin menggelar fashion show di Red Square, Moscow, yang menarik 200,000 penonton.

Infografik Pierre Cardin

Infografik Pierre Cardin. tirto.id/Quita

Pionir Bisnis Fesyen

Ayah Cardin adalah seorang pedagang kaya. Jadi, tidak mengherankan jika Cardin juga punya insting bisnis yang kuat. Cardin adalah desainer pertama yang memiliki kesadaran untuk melisensikan produksi massal busana wanitanya. Dana Thomas dalam Deluxe: How Luxury Lost Its Luster menulis, langkah Cardin itu merevolusi industri fesyen dan lisensi menjadi prosedur standar dalam industri busana hingga kini.

Cardin jugalah desainer pertama yang melihat dan memanfaatkan dengan baik potensi bisnis dari dunia mode. Pada 1959, Cardin melakukan usaha komersial pertama dengan menjual koleksi pakaian wanita siap pakai di pusat perbelanjaan Printemps. Namun, kerja sama Cardin dengan Printemps itu menimbulkan kontroversi.

Cardin dianggap menodai nilai-nilai dari label adibusana. Gara-gara hal itu, dia dikeluarkan dari Chambre Syndicale de la Couture—asosiasi desainer adibusana Prancis. Tapi, itu tak bertahan selamanya karena keanggotaannya dipulihkan.

Sebagai pebisnis, Cardin tidak pernah berhenti berekspansi. Setelah sukses di ranah fesyen, dia merambah berbagai lini lainnya, mulai dari aksesoris, parfum, jam, alat rumah tangga, hingga restoran cepat saji. Tak hanya itu, Cardin pun akhirnya berinvestasi pada bisnis lahan yasan.

Seturut laporan The New York Times, pada 2002, sebanyak 800 produk yang tercatat menggunakan nama Cardin dijual di lebih dari 140 negara dan menghasilkan $1 miliar per tahun. Hebatnya, Cardin melakukan semua itu tanpa pernah meminjam uang kepada bank.

“Cardin yang baru saja menginjak usia 80 tahun tetap jadi kapten kapal dan membuat setiap kesepakatan sendiri,” tulis The New York Times kala itu.

Tak selamanya langkahnya dilambari tepuk tangan dan decak kagum. Banyak orang mencela dan menuduh Cardin merusak nilai-nilai labelnya sendiri. Dia bahkan dianggap menodai gagasan busana premium secara umum. Tapi, Cardin tidak pernah menggubris kritik-kritik itu.

“Aku merasa harus memasarkan namaku. Apakah uang mengotori ide seseorang? Aku tidak bermimpi tentang uang sama sekali, tapi ketika bermimpi, aku menghasilkan uang. Ini bukanlah soal uang,” kata Carin kepada majalah Sueddeutsche Zeitung pada 2007 yang dikutip oleh Reuters.

Pada umurnya yang sudah lebih dari 90 tahun, Cardin tetap dipenuhi semangat. Sebanyak lebih dari 170 karyanya ditampilkan pada pameran retrospektif Cardin bertajuk Pierre Cardin: Future Fashion yang digelar selama Juli 2019 hingga Januari2020 di New York.

Salah satu highlight dari pameran ini adalah desain “Cosmocorps” yang termasuk ke dalam koleksi Space Age. Terkait desain ini, Cardin pernah memprediksikan bahwa pada 2069, manusia akan berjalan di bulan dengan mengenakan koleksi “Cosmocorps”. Akankah prediksi itu menjadi kenyataan?

Au revoir, Mansieur Pierre Cardin!

Baca juga artikel terkait FESYEN DESAINER atau tulisan lainnya dari Hasya Nindita

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Hasya Nindita
Editor: Fadrik Aziz Firdausi