Menuju konten utama

Perubahan Istilah MOS Perlu Pantauan

Pergantian istilah dari masa orientasi siswa menjadi Pengenalan Lingkungan Sekolah pada Penerimaan Peserta Didik Baru, di SMA maupun di SMP sebaiknya tetap diawasi Kemendikbud maupun dinas pendidikan di tiap daerah. Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua Komisi X DPR Fikri Faqih di Jakarta, Jumat.

Perubahan Istilah MOS Perlu Pantauan
Sejumlah siswa baru mengikuti apel masa orientasi peserta didik baru (MOPDB). Antara Foto/Aditya Pradana Putra.

tirto.id - Pergantian istilah dari masa orientasi siswa menjadi Pengenalan Lingkungan Sekolah pada Penerimaan Peserta Didik Baru, di SMA maupun di SMP sebaiknya tetap diawasi Kemendikbud maupun dinas pendidikan di tiap daerah. Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua Komisi X DPR Fikri Faqih di Jakarta, Jumat.

"Komisi X mengusulkan agar perubahan istilah tersebut, perlu tetap dalam koridor pengawasan," katanya

Dia mengatakan, saat ini sudah saatnya, perploncoan dari para kakak kelas maupun alumni kepada adik-adiknya yang baru masuk dihentikan.

Menurut dia, budaya kekerasan atau bullying itu harus diputus rantainya sejak awal masuk sekolah.

Terkait dengan hal tersebut, belum lama ini keluar Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016, beberapa isinya adalah mengenai pergantian nama ospek tersebut, juga pengalihan pengelolaan dari siswa (OSIS) kepada guru.

"Saya juga berharap ada pembinaan, baik dari pihak sekolah maupun dinas pendidikan setempat terhadap lembaga ekstra kurikuler (ekskul), rohis, serta OSIS," ujarnya.

Pembinaan tersebut menurut Fikri, adalah bagian untuk memperkuat serta mendukung aktivitas lembaga-lembaga tersebut sebagai sarana pengembangan sosial di sekolah.

Dia mengatakan, meskipun tidak lagi menangani ospek, lembaga seperti OSIS tetap diperlukan karena lembaga-lembaga seperti ini dapat membangun jiwa kepemimpinan dan ketakwaan siswa, sebagai kawah candra dimuka regenerasi penerus tanah air.

Sebelumnya, kebijakan Kemendikbud tersebut lahir karena banyaknya kasus kekerasan dalam penyelenggaraan ospek di SMA-SMP, baik psikis maupun fisik yang dialami siswa saat pertama masuk sekolah.

Di beberapa daerah, kasus kekerasan tersebut berujung pada kematian misalnya, pada 29 Juli 2014, siswi bernama Febriyanti Safitri (12) yang wafat saat mengikuti MOS di SMP PGRI, Gadog, Megamendung, Kabupaten Bogor.

Lalu pada Agustus 2015, seorang siswa bernama Evan Christoper Situmorang (13) wafat dua minggu setelah mengikuti MOS di SMP Flora, Bekasi, Jawa Barat, karena keluhan di kaki yang sangat berat akibat disuruh jump squat oleh kakak kelasnya.

Baca juga artikel terkait SOSIAL BUDAYA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Rima Suliastini
Editor: Rima Suliastini