Menuju konten utama

Peneliti Ungkap Penyebab Musnahnya Dinosaurus 66 Juta Tahun Lalu

Peneliti mengungkapkan penyebab berakhirnya era dinosaurus pada 66 juta tahun lalu. 

Peneliti Ungkap Penyebab Musnahnya Dinosaurus 66 Juta Tahun Lalu
Lukisan dinosaurus karnivora yang dibuat oleh seorang seniman, yang hidup 80 juta tahun lalu selama periode cretaceous, dengan tinggi sekitar 6,5 meter di sekitar patagonia, meskipun fosil satu familinya juga ditemukan di australia dan jepang. antara foto/courtesy jan sovak/handout via reuters/djo/16

tirto.id - Sebuah batu dari zaman dinosaurus, tepatnya 66 juta tahun yang lalu ditemukan di Yucatan Meksiko pada Senin (9/9/2019).

Dalam situs tersebut ditemukan serpihan arang, tumpukan batu yang dibawa oleh tsunami, dan belerang yang berbeda dari yang umumnya dilihat.

Penemuan ini dipimpin oleh Universitas Texas di Austin, Science Daily melaporkan. Temuan-temuan tersebut memberikan gambaran mengenai peristiwa yang mengakhiri era dinosaurus, kata Sean Gulick, profesor riset di Institut Texas.

"Ini memperluas apa yang telah kami kerjakan dari nol," kata Gulick, yang memimpin misi pengeboran ilmiah Program Penemuan Lautan Internasional 2016 dari lokasi lepas pantai Semenanjung Yucatan.

"Ini memberi tahu kita tentang proses suatu kejadian," tambahnya.

Penelitian ini diterbitkan dalam Proceedings of The National Academy of Sciences pada 9 September.

Dalam penelitian tersebut, digambarkan bagaimana kawah terbentuk dan bagaimana kehidupan dengan cepat pulih di lokasi yang terkena bencana.

Material yang mengisi kawah selama beberapa jam setelah bencana terjadi diproduksi di lokasi atau tersapu oleh air laut yang megalir kembali ke dalam kawah dari Teluk Meksiko.

Material berupa batu-batuan tersebut merekam peristiwa yang terjadi puluhan juta tahun lalu di dalam dan sekitar kawah dalam hitungan menit dan jam setelah dampak, memberikan petunjuk tentang efek bencana yang memusnahkan 75 persen kehidupan di planet bumi.

Gulick menggambarkan, peristiwa tersebut sebagai neraka singkat regional, yang diikuti oleh pendinginan skala global.

"Kami menggoreng, lalu mendinginkannya," kata Gulick." Tidak semua dinosaurus mati pada hari itu, tetapi banyak yang mati."

Asteroid yang menghantam bumi pada waktu itu memiliki kekuatan setara 10 miliar bom atom di perang dunia II.

Pepohonan dan tanaman berjarak ribuan mil ikut terbakar dan memicu tsunami hingga dataran Illinois.

Di dalam kawah, peneliti menemukan arang dan material bio-kimia terkait dengan jamur tanah di dalam atau tepat di atas lapisan pasir yang menunjukkan tanda-tanda penumpukkan tanah oleh endapan air sehingga kawah kembali menjadi tanah rata.

Jay Melosh, seorang pakar mengenai dampak kawah di Universitas Purdue mengatakan bahwa, menemukan bukti dari bencana yang terjadi puluhan juta tahun lalu dapat memberikan pandangan kepada para ilmuwan tentang dampak asteroid.

Akan tetapi, penemuan tersebut tidak memiliki cukup bukti tentang bagaimana dinosaurus masih bertahan hidup setelah ledakan besar asteroid terjadi.

Daerah sekitar kawah penuh dengan batu yang kaya belerang, Forbes melansir, tetapi di dalam kawah tidak ditemukan belerang sama sekali.

Hal tersebut mendukung teori bahwa ledakan tersebut adalah menguapnya zat belerang di area kawah, dan melepaskannya juga ke atmosfer.

Saat zat belerang berada di udara, gas memantulkan cahaya matahari kembali ke ruang angkasa, menciptakan efek pendinginan global, memusnahkan dinosaurus, lalu memunculkan mamalia, termasuk nenek moyang manusia.

"Satu-satunya cara pemusnahan masal secara global adalah lewat perusakan atmosfer semacam ini," kata Gulick.

Penelitian ini kemudian menyimpulkan bahwa dampak sari asteroid yang menghantam bumi 66 juta tahun lalu tersebut menyebabkan kepunahan massal, tidak hanya karena api yang merajalela, namun juga sulfur yang menguap ke atmosfer menyebabkan pendinginan global.

Peristiwa tersebut mengakhiri Era Cretaceous, era dinosaurus dan fauna raksasa, sebagaimana dikutip USA Today.

Baca juga artikel terkait ASTEROID atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yandri Daniel Damaledo