Menuju konten utama

Pemerintah Belum Optimal dalam Sosialisasi Sekolah Inklusif

Pemerintah mesti lebih optimal dalam upaya mempopulerkan pendidikan yang inklusif bagi kaum penyandang disabilitas.

Pemerintah Belum Optimal dalam Sosialisasi Sekolah Inklusif
CEO Global Mobility USA David Richard (kanan) membantu seorang anak penyandang tuna daksa memasang sabuk pengaman kursi roda pada acara Pelatihan Perakitan Kursi Roda Bagi Penyandang Disabilitas di Aula Dinas Sosial Kabupaten Temanggung, Jateng, Kamis (20/4). ANTARA FOTO/Anis Efizudin.

tirto.id - Pengamat pendidikan Doni Koesoema menyatakan pentingnya mempopulerkan pendidikan yang inklusif bagi kaum penyandang disabilitas. Pemerintah, menurut dia, perlu lebih optimal dalam mempromosikan bahwa setiap sekolah harus bersifat inklusif yakni sekolah yang mampu menerima anak-anak yang memiiki kebutuhan khusus, apapun persoalannya.

Ia juga menyayangkan selama ini pemerintah belum optimal dalam menyiapkan tenaga ahli untuk pendampingan dan pelatihan kepada guru-guru pengajar di sekolah inklusi.

“Selama ini kan sekolah ditunjuk untuk menjadi sekolah inklusif dan kemudian datang anak-anak disabilitas, datang ke situ tanpa ada accesment, placementest, tanpa ada kesiapan tenaga, akhirnya anak-anak tidak diperlakukan secara manusiawai karena dia malah ditaruh di tempat di belakang dan tidak diapa-apain. Konsep ini yang harus diubah," kata Doni seusai menjadi pembicara di diskusi publik bersama FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia) di Kantor Walhi Tegal Parang, Jakarta Selatan, Senin (1/5/2017).

"Pemerintah harus menyiapkan dengan tenaga yang ada untuk membuat pelopor-pelopor sekolah inklusif tetapi sambil jalan juga menganjurkan setiap sekolah untuk memperbaiki diri menyiapkan guru-gurunya melatih guru dan membuat seluruh bangunan ramah terhadap disabilitas,” imbuhnya.

Pemerintah perlu mengadakan penempatan yang tepat mengetahui seberapa jauh anak-anak tersebut bisa diintegrasikan dengan sekolah regular atau harus tetap di sekolah luar biasa (SLB). Ketika sudah diketahui kemampuannya, penanganan untuk anak berkebutuhan khusus akan lebih mudah. Anak yang berkebutuhan khusus tidak bisa langsung ditempatkan di sekolah regular biasa, demikian kata Doni.

Lebih lanjut, Doni menilai sekolah-sekolah inklusif perlu diadakan di seluruh Indonesia secara merata, tidak hanya di kota-kota besar seperti Jakarta.Minimal, satu sekolah inclusive untuk satu kecamatan. Untuk di Indonesia sendiri, ia mengaku belum mengetahui secara persis data terkait sekolah inklusif.

“Mungkin sudah ada, cuma saya belum tahu. Di Surabaya ada satu sekolah SD yang sangat inklusif. Ada beberapa sekolah yang memang sudah menerapkan tapi sebagian besar tidak. Intinya prinsip kita, pendidkan harus inklusif,” tutur dia.

Baca juga artikel terkait SEKOLAH INKLUSI atau tulisan lainnya dari Chusnul Chotimah

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Chusnul Chotimah
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Akhmad Muawal Hasan