Menuju konten utama

Pembangunan Dunia Digital: dari Memex, WWW, sampai ITB

Hipermedia memungkinkan akses universal ke jagat dokumen. Ini menjadi landasan sebuah proyek yang mengubah banyak hal pada 1989: WWW.

Pembangunan Dunia Digital: dari Memex, WWW, sampai ITB
Header Mozaik Usaha Membangun Dunia Digital. tirto.id/Tino

tirto.id - “Coba pikirkan sebuah perangkat di masa depan… di mana tiap orang menyimpan semua buku, rekaman, dan komunikasinya pada perangkat mekanis yang dapat dirujuk dengan cepat dan fleksibilitas luar biasa. Alat ini akan menjadi perangkat tambahan nan intim, memperbesar memori seorang manusia.”

Membaca paragraf tersebut di era sekarang tampak biasa saja. “Perangkat” yang dimaksud sudah ada di mana-mana dan dipakai siapa saja. Tapi tentu berbeda jika itu diutarakan pada Juni 1945. Gagasan tersebut diutarakan Vannevar Bush, insinyur di Massachusetts Institute of Technology yang menemukan komputer analog modern.

Penemuan Bush pada 1931 itu ternyata membuat terkesan Angkatan Laut Amerika Serikat. Bush kemudian dipanggil untuk diberi tugas membangun sebuah mesin yang dapat memecahkan sandi pada pesan-pesan radio dan telegraf yang dikirimkan diplomat dan perwira Jepang.

Setelah itu, sepanjang Perang Dunia II, Bush diberi kepercayaan menjadi Kepala Kantor Penelitian & Pengembangan Ilmiah AS (OSRD). Posisi ini mendorongnya untuk melahirkan berbagai penemuan.

Bush kemudian menjadi penasihat ilmiah presiden. Di posisi ini Bush menyampaikan laporan monumental berjudul Science–The Endless Frontier. Laporan ini dibuat dalam rangka membantu Presiden Franklin D. Roosevelt yang tengah menyusun konsep bangsa pascaperang. Di sana Bush menyatakan bahwa ilmu pengetahuan harus menjadi landasan bangsa demi mencapai kesejahteraan nasional, pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan derajat kesehatan. Karena itu, pendanaan untuk penelitian dasar harus menjadi prioritas kebijakan.

Selain rekomendasi kebijakan, pada periode yang sama Bush juga tertarik pada sebuah gagasan spesifik, yaitu revolusi komputasi dan sistem informasi. Ia membayangkan sebuah cara baru manusia menyimpan, mengambil, mengelola, dan menggunakan informasi. Cara baru ini menggunakan perangkat baru yang dia beri nama memex. Memex, sebuah perangkat yang masih hipotesis, mampu melakukan apa yang Bush katakan di awal artikel ini.

Gagasan tentang memex ini kemudian terus dikembangkan, termasuk di tangan Ted Nelson. Pada pertengahan 1960-an, Nelson menulis gagasan tentang “associative trails” ('jejak asosiatif') dan memperkenalkan konsep hiperteks. Nelson jugalah yang pertama kali menggunakan istilah hipermedia untuk menyebut hiperteks yang mengandung lebih dari sekadar teks, yakni gambar, video, dan suara. Nelson menyatakan temuannya ini dapat dirunut ke gagasan memex Bush sekitar 20 tahun sebelumnya.

Internet setelah Hiperteks

Hipermedia memungkinkan akses universal ke jagat dokumen. Hal ini kemudian menjadi landasan sebuah proyek yang mengubah banyak hal pada 1989: World Wide Web.

Proyek ini dimulai oleh seorang ilmuwan komputer berkebangsaan Inggris bernama Tim Berners-Lee. Tujuan utama WWW adalah membuat kebutuhan berbagi informasi antara para fisikawan di berbagai universitas dan lembaga penelitian di seluruh dunia menjadi lebih mudah.

Sebelum WWW ditemukan, sistem informasi berbasis internet sebenarnya sudah tersedia, misalnya WAIS (Wide Area Information Service) dan Gopher. Kendati pada tampilan awalnya juga berbasis teks seperti halnya WAIS dan Gopher, namun WWW lebih maju karena memudahkan menghubungkan antardokumen menggunakan hyperlink. Ini membuat pengguna dapat langsung mengunjungi apa pun yang disematkan pada tautan tersebut, yakni dokumen lain yang tersedia secara online atau situs web terkait.

Dengan hiperteks, pengguna dapat menghubungkan antartitik alamat informasi yang tersedia di jagat maya. Hal ini dapat membawa pengguna ke mana pun. Demikianlah terbentuk jejaring informasi seperti yang kita kenal hari ini.

Jika disederhanakan, WWW adalah jaringan dari dokumen-dokumen multimedia atau hiperteks.

Pada 30 April 1993, Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir atau CERN tempat Berners-Lee bekerja mengumumkan bahwa World Wide Web atau W3 merupakan domain publik. Dengan kata lain, dapat digunakan secara bebas oleh semua orang alias tanpa perlu membayar royalti apa pun.

“World Wide Web atau selanjutnya disebut W3 adalah sebuah sistem informasi berjejaring komputer global… CERN melepaskan semua hak kekayaan intelektual atas kode ini, baik sumber maupun bentuk binernya, serta memberikan izin bagi siapa pun untuk menggunakan, menduplikasi, memodifikasi, dan mendistribusikannya kembali” demikian kata mereka.

Tujuan CERN melepas hak intelektual WWW adalah untuk mendorong kesesuaian, praktik umum, dan standar dalam jejaring dan aktivitas kolaborasi yang menggunakan komputer.

Hingga hari ini, Berners-Lee masih memperjuangkan akses universal untuk internet. Dalam laman World Wide Web Foundation Lee menyatakan, “Inilah waktunya untuk mengakui bahwa internet merupakan hak asasi manusia, yang berarti menjamin akses terjangkau bagi semua… tanpa diskriminasi komersial maupun politis, serta melindungi privasi serta kebebasan pengguna web di mana pun mereka berada.”

Berners-Lee tidak asal bicara ketika menyebut bahwa akses internet harusnya tidak dihalang-halangi oleh diskriminasi komersial dan politis. Contohnya dapat ditemui bahkan di Indonesia.

Perjuangan demi Akses Internet

Pada pertengahan 1990-an, kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah satu-satunya tempat di Bandung di mana mahasiswanya dapat menerima dan mengirim email nyaris tanpa biaya. Di sana tentu saja ada orang-orang yang ingin terus mengembangkannya.

Salah satunya bernama Onno W. Purbo, sekarang sering dijuluki sebagai bapak internet Indonesia. Ia mengingat masa-masa pembangunan jaringan internet di ITB menggunakan kosakata seperti “aktivis”, “perjuangan” dan “gerilya”, demikian kata Sheila Jasanoff dan Sang-Hyun Kim dalam buku Dreamscapes of Modernity (2015).

Pernyataan tiu tidak berlebihan mengingat di masa Soeharto apa yang dilakukan Purbo memang merupakan tindakan berbahaya. Upaya untuk memperluas jaringan merupakan proses politis dan birokratis yang memusingkan. Tanpa dukungan administrasi kampus, Purbo dan teman-teman harus membangun jaringan internet dengan taktik gerilya.

Purbo menuangkan gagasan tentang jaringan berbiaya murah untuk lepas dari ketergantungan pada jaringan telepon mahal dalam artikel di Kompas tahun 1990. Jaringan komputer skala besar ini memberikan banyak manfaat, terutama berkat email yang memungkinkan pengiriman pesan secara cepat ke banyak alamat sekaligus. Menurut Purbo, akses jaringan untuk masyarakat dapat diupayakan menggunakan satelit. Hal ini dapat menghindari infrastruktur kabel yang dikontrol oleh monopoli.

[infog]

Ditarik sedikit ke belakang, inisiatif pembangunan infrastruktur internet di Indonesia sudah dimulai sejak awal 1970-an oleh para akademisi di kampus-kampus. Lima universitas (UI, ITB, UGM, UT, dan ITS), misalnya, menciptakan program bernama UNInet. Lalu, pada 1986, lewat UNInet ini, Pusat Ilmu Komputer (Pusilkom) UI sukses mengirimkan pesan elektronik menggunakan jaringan ethernet (jaringan komputer yang membutuhkan kabel). Ini adalah hasil kerja enam dosen yang dikirim belajar ke AS pada 1976.

Pada akhir 1980-an, proyek UNInet tidak dilanjutkan lagi kendati Menteri Riset & Teknologi saat itu, B. J. Habibie, bercita-cita menghubungkan seluruh pelosok negeri. Soal ini, menurut Endah Triastuti (2013), karena tampaknya pemerintah tidak memahami pentingnya teknologi komunikasi dan karena itu “tidak tertarik untuk segera membangun infrastruktur[nya].”

Inisiatif yang mati di tengah jalan inilah yang pada dekade selanjutnya dilanjutkan secara gerilya oleh apa yang disebut skunkworks di ITB. Skunkworks mengacu pada sekelompok orang yang dengan itikad baik berusaha mengembangkan inovasi/teknologi baru dengan cara paling lugas. Pada periode ini, skunkworks-nya adalah para penghobi radio amatir yang berhasil mengenali potensi gelombang radio untuk membangun jaringan internet. Para skunkwork ini rela menjadi gopher alias tikus tanah yang berusaha “menggali-gali” jalan untuk memberikan akses internet murah bagi masyarakat.

Untuk kerja mereka itu, sudah semestinyalah kita mengucapkan terima kasih.

Baca juga artikel terkait INTERNET atau tulisan lainnya dari Uswatul Chabibah

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Uswatul Chabibah
Penulis: Uswatul Chabibah
Editor: Rio Apinino