Menuju konten utama

Mengapa Pendidikan Post-Doktoral Mungkin Tidak Menjamin Karier Anda

Apakah pendidikan postdoktoral benar-benar menjamin karir kita di masa depan?

Mengapa Pendidikan Post-Doktoral Mungkin Tidak Menjamin Karier Anda
Ilustrasi Wisuda. FOTO/istock

tirto.id - Dewasa ini semakin banyak dari kita, terutama dari kalangan usia produktif yang mulai sadar akan pentingnya pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut terlihat dari banyaknya jumlah program beasiswa untuk belajar, tak terkecuali post-doktoral.

Postdoktoral adalah riset yang biasanya diikuti oleh mahasiswa doktoral dengan rentang periode lima tahun terakhir.

Ditulis oleh kaustina.org, program riset pascadoktoral ini dibuat oleh universitas untuk meningkatkan aktivitas dan misi riset dalam bidang yang spesifik. Dana riset biasanya didapat dari internal universitas hingga laboratorium atau grup riset tertentu. Tujuan akhir program ini untuk menghasilkan karya ilmiah berupa makalah, hak paten/hak cipta, peralatan ataupun metode-metode baru.

Tetapi, apakah pendidikan postdoktoral benar-benar menjamin karier kita di masa depan?

Terkait hal ini nature.com menulis sebuah studi yang menjelaskan, mahasiswa post-doktoral ternyata juga memiliki kesulitan tersendiri menapaki jenjang kariernya. Studi tersebut menemukan, dari 97 mahasiswa postdoktoral yang di interview pada tahun 2016 dan awal 2017 untuk makalah Research Policy, 84 di antaranya merencanakan karier akademis, namun kesulitan mencari pekerjaan dalam bidang akademis dan sesuai dengan yang dipelajari.

Christopher Hayter, peneliti pendidikan tinggi di Universitas Arizona State dalam studi ini menyebut telah mewawancarai sejumlah perwakilan industri untuk studi tentang hubungan postdoktoral dengan urusan mencari pekerjaan.

Dalam wawancaranya, ia menemukan masalah: para lulusan postdoktoral sulit untuk bersaing dalam mencari pekerjaan non akademis. Salah satu pekerja yang berpotensi mengatakan, post-doktoral memiliki semua keahlian akademis yang tidak dibutuhkan, dan sebaliknya, malah tidak mempunyai skills organisasi yang seharusnya lebih dibutuhkan [dalam sebuah perusahaan].”

Problem terbanyak yang dialami lulusan doktoral dalam mencari pekerjaan adalah sejak awal mereka hanya merencanakan berkarier di dunia akademis tanpa mempersiapkan rencana lain.

Sementara sistem pendidikan di dunia untuk program doktoral masih menemui banyak masalah, salah satunya adalah pihak penerima kerja lebih suka melakukan wawancara secara informal atas dasar hubungan kekeluargaan atau sudah lebih dahulu dikenal.

Jika akhirnya para doktor ini terpaksa mendaftar di perusahaan non akademis, mereka juga menemui kendala yang lebih banyak lagi, yaitu masalah keahlian yang tidak didapat selama pendidikan post-doktoral.

“Tidak peduli seberapa berkualitas, terlatih, atau banyaknya pengalaman Anda untuk membantu (dalam mencari pekerjaan), ketika Anda memulai posisi yang baru pada sebuah perusahaan, Anda akan menemui tekanan untuk belajar dari awal lagi mengikuti prosedur standar operasi mereka. post-doktoral anda tidak bisa membantu,” tulis Klodjan Shafa, PhD sebagaimana dilansir dari Cheeky Scientist.

Hayten menyarankan universitas-universitas agar menyediakan program kewirausahaan kepada para mahasiswa postdoktoral.

“Mereka mungkin tidak memutuskan untuk menjadi pebisnis, tapi paling tidak dapat membuka mata mereka akan kesempatan yang lain,” katanya.

Baca juga artikel terkait LOWONGAN KERJA atau tulisan lainnya dari Alifa Justisia

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Alifa Justisia
Penulis: Alifa Justisia
Editor: Yulaika Ramadhani