Menuju konten utama

Membaca Masa Depan Google dengan Google I/O

Perusahaan teknologi raksasa seperti Google tentu tak berpuas diri menggarap pasar yang ada saat ini. Lewat beberapa layanan dan program masa kini, Google sudah menyiapkan masa depannya.

Membaca Masa Depan Google dengan Google I/O
Kantor Google di Mountain View, California, AS. FOTO/Getty Images

tirto.id - Google baru saja menyelenggarakan hajatan besar, dibalut dengan nama Google I/O. Sebuah konferensi pengembang dan unjuk kebolehan produk-produk baru Google. Dalam gelaran tersebut, Google memperkenalkan beberapa produk-produk teranyar ke publik.

Google Lens, Google for Jobs, Chip baru untuk Artificial Intelligent, Google Assistant di iOS atau iPhone, peningkatan kemampuan Google Home dan Google Photo, fitur membalas email Gmail, versi beta Android O atau Android Oreo, dan perangkat Virtual Realllity yang terpisah dari ponsel pintar atau komputer akan menjadi bagian Google masa depan.

Ajang Google I/O sebuah sarana memperkenalkan konsep baru bagi produk-produk mereka. Konsep baru tersebut adalah menghadirkan kemampuan Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan bagi produk-produk Google. Langkah Google memberikan konsep baru bagi produk-produknya, bisa ditengok setahun ke belakang.

CEO Google Sundar Pichai menetapkan visi masa depan perusahaan tersebut yakni “AI first”. Melalui konsep tersebut, Google ingin menjadikan layanan-layanan atau produk-produk yang mereka tawarkan, didukung penuh oleh kekuatan “machine learning” atau komputer super cerdas yang bisa memahami penggunanya.

Konsep “AI first” misalnya, bisa ditemui melalui produk yang diperkenalkan Google dalam hajatan Google I/O yakni Google Lens. Google Lens, secara sederhana, adalah semacam aplikasi foto biasa dengan tambahan kemampuan Google Search. Dengan Google Lens, kala seseorang mengarahkan lensa ponsel pintarnya pada setangkai bunga yang sedang dipegang, Google Lens akan memberi tahu segala informasi tentang bunga tersebut.

Juga seseorang yang membidik sebuah restoran melalui lensa di ponsel pintar, segala informasi tentang restoran tersebut akan muncul, berikut dengan ulasan para pengunjung yang pernah makan di restoran tersebut, jadwal buka, pilihan menu, dan berbagai informasi terkait lainnya. Ada poster film yang terpampang di jalanan, tinggal mengarahkan lensa ponsel pintar pada poster tersebut, segala hal tentang film di poster tersebut akan dihadirkan oleh Google Lens, mulai dari jadwal pertunjukan, di mana bioskop yang menayangkan, dan informasi relevan lain.

Google Lens, bisa memiliki kemampuan demikian, tak lain adalah buah dari penggunaan Artificial Intelligence pada produk baru Google tersebut. Lensa ponsel pintar menangkap citra sesuatu hal, mengunggahnya pada komputer super canggih, menganalisis dan memadupadankan dengan informasi yang dimiliki Google Search, pengguna bisa disuguhkan dengan informasi tentang sesuatu hal yang tertangkap oleh lensa ponsel pintar.

Namun mengandalkan Google Lens barangkali tak akan sesempurna yang diharapkan, misalnya saat informasi mengatakan restoran tersebut tidak enak. Namun soal pengalaman pada restoran pengalaman masing-masing individu. AI, meskipun menghimpun informasi dari pengguna lainnya, jelas hanyalah mesin yang tidak merasakan sensasi rasa pada lidah.

Infografik Layanan Google

Produk lainnya adalah fitur baru yang dihadirkan dalam layanan Gmail. Gmail merupakan produk andalan Google. Menurut data Statista, per Februari 2016 lalu, produk email tersebut memiliki pengguna aktif yang telah menyentuh angka 1 miliar pengguna di seluruh dunia. Selain Google melakukan penambahan fitur untuk produk tersebut. Dalam fitur baru yang dihadirkan, produk tersebut bisa membalas secara otomatis email yang diterima oleh pengguna.

Selain itu ada Smart Reply sebagai kemampuan tambahan bagi Gmail. Smart Reply, memanfaatkan AI untuk membalas email yang diterima. Misalnya saat ada sebuah email yang menanyakan kesediaan kita menghadiri acara tertentu masuk ke Inbox, Smart Reply akan menganalisis jawaban yang cocok dengan email yang diterima tersebut. Lalu, pengguna tinggal memilih jawaban mana yang sekiranya pas untuk membalas email yang ia terima. Sekali klik, urusan membalas email beres.

Ada juga Google for Jobs, layanan baru tersebut memberikan sensasi yang cukup baik kala seseorang mencari informasi tentang pekerjaan. Misalnya, saat seseorang mencari pekerjaan dengan kata kunci “Editor”, ia tidak akan melewatkan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan kata kunci tersebut dan memberikan hasil yang paling relevan bagi si pencari pekerjaan.

Ditambahkannya konsep “AI first” pada layanan atau produk Google yang diperkenalkan pada ajang Google I/O jelas bukanlah pekerjaan semalam semata. Google diketahui memiliki dua perusahaan yang fokus dalam pengembangan AI. Perusahaan ini bernama Google Brain, sebuah perusahaan yang berbasis di Silicon Valley dan DeepMind, perusahaan AI lain yang berlokasi di London. Melalui dua perusahaan milik Google tersebut, Google mengembangkan AI secara lebih lanjut guna bisa menambahkannya pada produk atau layanan buatan mereka.

Kesemua produk atau layanan baru yang dihadirkan Google dengan konsep “AI first” tentu memiliki tujuannya tersendiri. Tak lain adalah Google ingin mencengkeram penggunanya lebih erat. Hal ini terkait dengan model bisnis Google yang memperoleh pendapatan utama dari iklan yang mereka tayangkan. Data dari Statista mengungkapkan, pada 2016 Google memperoleh pendapatan US$89,46 miliar, dari jumlah ini sebanyak U$79,38 miliar berasal dari pendapatan iklan. Itu artinya, secara mayoritas pendapatan Google dihasilkan oleh iklan. Dalam model bisnis demikian, jumlah pengguna adalah keutamaan yang tidak bisa digantikan

Namun, Google tak hanya menghadirkan layanan atau produk terbaru dengan konsep “AI first” untuk mencengkeram penggunanya. Google, juga menggunakan cukup banyak cara lain agar para penggunanya termasuk calon pengguna terus menggunakan produk atau layanan Google dalam kehidupan sehari-hari.

Di Amerika Serikat, Google melakukan pendekatan yang ramah terhadap dunia pendidikan. Mereka merilis beberapa layanan dan produk yang bisa dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. Laptop murah bernama Chromebook, aplikasi Google Classroom, dan Google Doc, merupakan beberapa produk atau layanan Google yang ramah terhadap dunia pendidikan. Hasilnya, sebagaimana dikutip dari The New York Times, lebih dari setengah murid SD dan SMP atau setara dengan 30 juta murid, menggunakan produk atau layanan tersebut guna mendukung proses belajar mereka sehari-hari.

Mike Fisher, analis teknologi pendidikan dari Futuresource mengungkapkan, “jika kamu memperoleh seseorang di sistem operasimu (untuk menggunakannya) lebih awal, maka kamu akan mendapatkan loyalitasnya lebih awal, dan (ia) berpotensial seumur hidup.”

Dengan mencengkram anak-anak tersebut, Google berharap bisa memperoleh umur yang panjang bagi bisnisnya. Saat anak-anak tersebut dewasa mereka akan tetap menggunakan produk atau layanan Google.

Cara-cara ini justru bisa saja merugikan terkait privasi. Bagi pengguna aplikasi pendidikan Google, seorang anak yang sejatinya harus terbebas dari perangkap apa pun, data-data pribadinya, sangat memungkinkan dijaring dan digunakan oleh Google saat mereka sudah dewasa kelak. Di Indonesia hal yang mirip-mirip juga dilakukan, Google meluncurkan ulang kegiatan bernama Gapura Digital. Kegiatan tersebut, kali pertama diadakan pada 2014.

Dalam keterangan resminya, Google mengklaim telah menjangkau 7.000 UKM di 6 kota di Indonesia. Dalam acara tersebut, Google turut memperkenalkan layanan bernama Google Bisnisku. Dalam layanan tersebut, pemilik UKM bisa memanfaatkannya sebagai media berpromosi dan mendapatkan pelanggan melalui internet.

Tentu, kegiatan tersebut baik bagi UKM di Indonesia tapi sesungguhnya, kegiatan tersebut justru menguntungkan bagi hidup dan mati Google di masa depan. Dengan merangkul UKM, Google berharap di masa depan, UKM-UKM bisa memanfaatkan layanan atau produk lain dari Google. Misalnya saja Google AdWord sebagai media beriklan UKM-UKM tersebut agar lebih dikenal publik melalui internet.

Gapura Digital yang diinisiasi Google bisa juga menyerempet ke persoalan data pribadi. Data-data UKM yang ikut serta acara tersebut, dengan mudah bisa dijadikan basis data bagi Google membangun jejaringnya atas UKM-UKM.

Google, si raksasa teknologi, tentu tak ingin riwayat perusahaannya tamat begitu saja di masa kini.

Google mulai mencoba memberi pengalaman yang baru, kemampuan yang baru, dan adaptif terhadap berbagai keadaan. Pada saat yang sama Google sedang menyiapkan masa depan bagi bisnisnya.

Baca juga artikel terkait GOOGLE atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra