Menuju konten utama

'Legit Ini Bisnis!': Jejaring Tiket Open Date Memakan Banyak Korban

Jaringan promo tiket murah lebih mirip multilevel marketing yang berkelindan dengan banyak reseller. Saat macet, satu per satu kasus mulai terbongkar.

'Legit Ini Bisnis!': Jejaring Tiket Open Date Memakan Banyak Korban
Header Indepth Biang Kerok Travel Bodong. tirto.id/Ecun

tirto.id - "Legit ini bisnis tiket!"

Pernyataan itu keluar dari mulut Jihan*, pemilik Tuku Tiket awal September lalu. Tuku Tiket merupakan reseller tiket pesawat murah internasional yang baru berdiri 10 bulan lalu. Berawal saat Jihan menjadi customer Flashsaletikett- sebuah agen perjalanan yang mempromosikan tiket murah internasional- kini Jihan menjadi reseller.

Untuk menjadi reseller Flashsaletikett (PT Cahaya Lamena Songkam), kata Jihan, sangat mudah yakni cukup dengan memberitahu kepada owner Flashsaletikett Claudya Handayani Putri Songkam bahwa ia ingin menjadi reseller. Sebagai reseller Flashsaletikett, Jihan tak memiliki perjanjian kerjasama dengan Claudya.

"Iya, nggak ada (perjanjian kontraknya), by WhatsApp aja. Kak mau jualan dong," kata Jihan saat dihubungi Tirto pekan pertama September.

Ia mengungkapkan, rata-rata reseller yang berjualan tiket promo internasional maupun domestik pernah menjadi pelanggan terlebih dahulu sebelum memutuskan menjadi reseller. Pengalaman terbang dengan biaya murah itu menjadi pintu masuk Jihan bergelut di bisnis tiket murah. Ia menganggap tiket murah ini benar adanya, bukan tiket bodong atau tiket carding.

Carding adalah kegiatan berbelanja dengan menggunakan nomor dan identitas kartu kredit milik orang lain. Data kartu kredit itu diperoleh dengan cara mencuri, yang biasanya bersumber dari situs ilegal dan jaringan spammer. Di Indonesia, kasus tersebut pernah terjadi pada 2020, agen travel Tiket Kekinian menjual promo tiket yang didapatkannya dengan cara membobol kartu kredit 500-an warga Jepang.

Ia bilang, pihaknya tak pernah curiga dengan harga tiket Flashsaletikett di luar harga normal. Pasalnya, bos travel di atasnya mengklaim punya sistem berupa 'kode coding' sehingga mendapatkan tiket lebih murah, tanpa menjelaskan lebih lanjut maksud sistem tersebut sehingga Jihan mempercayainya.

Jihan mengklaim rata-rata reseller yang menjual tiket murah berusia sangat muda yakni 22- 30 tahun. Apa yang dikatakan owner Tuku Tiket tersebut benar adanya, contohnya pemilik Yourstep.idn, I Putu Krisna Wicaksana Arya P masih berusia 21 tahun 10 bulan. Lalu ada Bila Wahyu Nindia Wati, pemilik Jadiliburan.id berusia 22 tahun 5 bulan.

Dalam bisnis tiket ini, Jihan hanya mengambil margin keuntungan di kisaran Rp500 ribu hingga Rp1 juta per orang. Ia mengklaim hanya mengambil tiket murah dari Claudya.

"Emang lagi masanya cari peluang (bisnis) dengan tiket yang pernah kita coba dan pernah terbang. Ternyata runyam gini kan," ucap Jihan.

Kasus penipuan tiket promo murah mulai merebak empat bulan lalu setelah satu persatu customer tiket mengeluh di media sosial karena tiket penerbangannya tidak bisa diterbitkan oleh agen perjalanan. Berbagai alasan dikeluarkan; mulai dari over pemesanan, harga tiket yang mahal, reschedule penerbangan, refund dan tak ada kepastian keberangkatan.

Infografik Indepth Biang Kerok Travel Bodong

Infografik Indepth Biang Kerok Travel Bodong. tirto.id/Ecun

Berusaha Menutupi Persoalan

Baru dua bulan menjadi reseller Tiket Ucuz- sebuah agen travel dengan mempromosikan tiket murah internasional dan domestik- Sarah Tania mulai mengalami permasalahan ketika pelanggannya tidak bisa melakukan refund. Pemilik Tiket Ucuz, Nida Fauziah Sandy meminta customer Sarah untuk pindah jadwal penerbangan di bulan lain.

Pada Juni, muncul masalah serupa. Saat itu customernya ingin berangkat ke luar negeri tetapi Nida tidak bisa menerbitkan tiket dengan alasan harga tiket penerbangan lagi tinggi. Memang, lanjut Sarah, jawaban Nida cukup masuk akal sehingga dirinya masih berpikir positif.

Pada Juli, permasalahan terulang lagi. Tiket penerbangan salah seorang pelanggan tak bisa diterbitkan lagi. Sarah merasa ada yang tidak beres dengan bisnis tiket Nida.

"Di postingannya (Yourstep.idn) terakhir ke up semua kasus. Banyak netizen yang sudah bilang ini penipuan," kata Sarah.

Sarah geram, ia menghubungi Nida dan mencecar berbagai persoalan tiket yang skema bisnisnya sama. Setelah didesak, Nida akhirnya mengakui bahwa sudah terjadi penipuan dan kasusnya besar. Sarah kesal mendengar jawaban tersebut. Tak berapa lama, Nida menyampaikan bahwa pihaknya sudah melakukan somasi kepada bos besarnya yakni Claudya Handayani Putri Songkam- owner Flashsaletikett.

"Jadi mereka ini santai sekali dan Nida masih menutupi sebenarnya sudah terjadi penipuan," ungkap Sarah.

Jejaring Travel Agent

Terungkapnya kasus Yourstep.idn membuka tabir jejaring bisnis travel agent lainnya. Sarah Tania, reseller Tiket Ucuz mengungkapkan, baru mengetahui bahwa dirinya bukan tangan ketiga dari bisnis promo tiket murah, melainkan tangan ke lima. Sedangkan tangan ke empat adalah Nida Fauziah Sandy - owner Tiket Ucuz.

Kebohongan Nida membuat Sarah geram. Apalagi setelah penipuannya terbongkar, akun Instagram Tiket Ucuz dikunci. Dalam rilis yang diperoleh Tirto, Nida menggunakan kuasa hukum Verdinandus Kiki Afandi.

Verdinandus mengatakan, kliennya membeli tiket melalui Claudya Handayani Putri Songkam - selaku tangan ketiga - supplier pengadaan tiket murah. Namun terdapat kendala di mana Claudya tidak dapat melakukan penerbitan tiket elektronik seperti sebelumnya. Oleh karena itu, pihaknya meminta pengembalian dana (refund) yang telah ditransfer, akan tetapi Claudya tak merespons.

"Akhirnya kami menempuh jalur hukum dengan melakukan pelaporan terhadap Claudya di Polda Bali atas dugaan tindak pidana penipuan melalui online," kata Verdinandus awal Agustus lalu.

Sementara itu, Sarah menjelaskan reseller di bawah Nida - Tiket Ucuz, ada lima orang; Mutiara, Sakinah, Raka, Sahnia, dan dirinya. Tak hanya itu, Sarah juga mengambil tiket promo murah di Jihan Fadhilla, owner Tuku Tiket dengan nilai penjualan Rp133 juta.

Jihan Fadhillah membenarkan dirinya mengambil langsung dari Claudya sejak November 2021. Sebab dibandingkan dengan reseller yang sejajar dengan Flashsaletikett seperti Tiket Cage, Tiket Hunter, Claudya memberikan tawaran lebih murah.

"Aku ambil langsung ke Claudya karena lebih murah. Kalau Tiket Cage, naikin harganya sudah tinggi. Kalau mereka harus balikin ke customer juga berat sih," kata Jihan kepada Tirto, Senin (6/9).

Sementara itu, pemilik Flashsaletikett mengambil tiket dari Ni Putu Putri Arya Purnama Chinta- asal Bali- sebagai tangan kedua.

Sementara itu, owner Yourstep.idn, I Putu Krisna Wicaksana Arya P melakukan somasi menggunakan kuasa hukumnya Mikhael Kevin Hudiyono dari JPR & Partners Law Office. Dalam surat somasi 11 Juli itu kepada Ni Putu Putri Arya Purnama Chinta, disebutkan bahwa Yourstep.idn bergabung menjadi reseller pada Oktober 2020.

Pemesanan tiket melalui Chinta berjalan lancar sampai April 2022. Namun pada Mei 2022 melalui pesan singkat WhatsApp, Chinta menyatakan tiket yang telah dipesan tidak dapat issued tanpa memberikan alasan yang jelas. Bahkan meminta Yourstep.idn menalangi pembelian tiket dan dijanjikan akan diganti.

Pada Juni lalu Chinta mengatakan apabila tiket ingin tetap issued maka Yourstep.idn harus menambahkan sejumlah biaya. Lalu tiket yang sudah diajukan untuk terbit pada Juli juga tidak disetujui dan harus di-refund atau di-reschedule. Pada 22 Juli kuasa hukum Yourstep.idn melaporkan Chinta ke polisi atas dugaan penipuan dan penggelapan.

Saat dikonfirmasi, Mikhael mengungkapkan, bahwa pihaknya tidak lagi menjadi kuasa hukum Krisna, owner Yourstep.idn. Krisna hanya memberi kuasa pada saat membuat somasi dan melaporkan Ni Putu Putri Arya Purnama Chinta ke Polres Karangasem, Bali. Setelah itu, Krisna tak memperpanjang Mikhael sebagai kuasa hukumnya.

"Udah nggak mas, orangnya nggak jelas," kata Mikhael kepada Tirto, Minggu (4/9).

Kasus yang sama turut menimpa pemilik Tiket Cage Gabriella Harmian Magdalena yang juga membeli tiket promo melalui Chinta. Perusahaan berbendera PT Sakala Sentosa Group (SSG) membeli tiket sejak 2020-2022. Erdi Karo selaku kuasa hukum PT SSG meminta Chinta untuk mengembalikan dana pembelian tiket sebesar Rp2,6 miliar. Akan tetapi tak ada respons.

“Sampai saat ini tidak mendapatkan respon yang baik dan cenderung menutup informasi atas kewajiban penerbitan tiket tersebut,” kata Erdi dalam rilis yang diperoleh Tirto. Karena tidak ada itikad baik, Erdi melaporkan Chinta ke SPKT Polda Metro Jaya pada 8 Juli 2022 atas dugaan penipuan dan penggelapan.

Dalam kasus tiket promo, agen travel maupun reseller menjanjikan bisa memberangkatkan calon penumpang dengan biaya murah. Ke Amsterdam misalnya, calon penumpang diiming-imingi tiket seharga Rp4,5 juta pergi-pulang.

I Wayan Agus Mega Sentana, suami dari Chinta menegaskan bahwa istrinya sebagai korban penipuan tiket promo murah internasional. Dia bilang pelaku utamanya adalah Treasy Natalia Rapar, pemilik Wetravel Group. Ia mengakui memang para reseller membeli tiket kepada istrinya.

"Para reseller itu memang transfer ke istri saya, istri saya langsung transfer ke Treasy. Isu di bawah ini, Treasy mengkambinghitamkan istri saya makanya kami memutuskan untuk melaporkan ke Polda Sulawesi Selatan," kata Agus kepada Tirto, Minggu (18/9).

Dalam dokumen yang diperoleh Tirto, Chinta melaporkan Treasy ke Polda Sulawesi Selatan dengan laporan polisi nomor: LP/B/681/VII/2022/SPKT/ Polda Sulawesi Selatan pada 6 Juli 2022. Treasy akan dijerat dengan pasal 45 A ayat 1 Jo Pasal 28 ayat 1 UU Nomor 19/2016 terkait tindak pidana penipuan melalui online.

"Istri saya minta pertanggungjawaban dengan Treasy, tapi Treasy tidak mau tanggung jawab. Sementara saya masih punya tanggung jawab moral sebagai suami Chinta. Sekarang, para reseller melihat kesempatan di saya untuk mengembalikan maka dipojokkan istri saya," ucapnya.

Sementara itu, Treasy owner Wetravel Group membantah dia sebagai atasan Chinta atau tangan pertama tiket promo maskapai murah domestik dan internasional. Dia bilang antara Chinta dan dirinya mempunyai perjanjian kerjasama.

"Kita kerjasama kak," kata Treasy saat dihubungi Tirto, Senin, (5/9).

Namun, ia enggan menjelaskan lebih lanjut. Ia meminta Tirto untuk menghubungi pengacaranya, tetapi sampai naskah tayang, ia tak memberikan kontak pengacaranya seperti yang dijanjikan.

Kerugian Belasan Miliaran

Para reseller tiket murah internasional dan domestik satu per satu mulai mengungkapkan kerugian yang ditimbulkan akibat bisnis yang diduga menggunakan skema ponzi. Kerugian tersebut mulai dari angka ratusan juta hingga miliaran rupiah.

Jihan Fadhillah, Owner Tuku Tiket mengatakan, dana customer Tuku Tiket yang sudah ditransfer ke Flashsaletikett hampir mencapai Rp1 miliar. Oleh karena itu, ia meminta Claudya selaku owner untuk mengembalikan dana tersebut.

"Kalau duit nggak turun dari Claudya, mau nggak mau harus tetap ganti pakai dana pribadi. Tanggunganku di atas 900 juta lebih," kata Jihan.

Jihan berharap Claudya mengembalikan dana customer 100 persen. Akan tetapi bila tak mampu mengembalikan dengan jumlah tersebut, minimal Claudya bisa mengembalikan 70 persen. Sisanya dia menanggung sendiri sebagai tanggung jawab kepada customer. Bila semua dibebankan kepada Tuku Tiket, Jihan bilang berat.

Data yang diperoleh Tirto, 15 reseller di bawah Ni Putu Putri Arya Purnama Chinta mengalami kerugian belasan miliar. Sementara itu, saat dikonfirmasi Tirto terkait perkembangan kasus dugaan penipuan agen perjalanan di Polda Bali, Wadir Reskrimum Polda Bali AKBP Suratno mengatakan masih dalam proses.

"Masih dalam proses penyelidikan oleh tim," kata Suratno kepada Tirto, Senin (5/9).

*Nama narasumber disamarkan atas permintaan yang bersangkutan untuk melindungi privasi.

Baca juga artikel terkait PROMO TIKET PESAWAT atau tulisan lainnya dari Reja Hidayat

tirto.id - Indepth
Reporter: Reja Hidayat & Johanes Hutabarat
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Adi Renaldi