Menuju konten utama

Laba Samsung Q1 2019 Turun di Tengah Melemahnya Pasar Chip

Turunnya laba operasional Samsung imbas dari penurunan harga chip dan lemahnya permintaan panel display.

Laba Samsung Q1 2019 Turun di Tengah Melemahnya Pasar Chip
DJ Koh, Presiden Samsung dan CEO TI dan Komunikasi Seluler, berbicara tentang smartphone Samsung Galaxy Fold baru selama acara di San Francisco, Rabu (20/2/2019). AP Photo/Eric Risberg

tirto.id - Samsung Electronics, raksasa elektronik Korea Selatan, mengumumkan laba operasional mereka di Q1 2019, Selasa (30/4/2019), sebesar 5,2 miliar dolar AS. Keuntungan ini merosot 60 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Melansir Associated Press, turunnya laba operasional ini imbas dari penurunan harga chip dan lemahnya permintaan panel display. Perusahaan juga mencatat penurunan pendapatan sebesar 13,5 persen menjadi 45 miliar dolar AS.

Selain penuruan harga chip dan lemahnya permintaan panel display, penurunan laba ini disebabkan pula imbas ketatnya kompetisi pasar di kelas menengah ke bawah. Namun untuk penjualan flagship, seperti Galaxy S10, masih tetap solid di kelasnya.

Samsung memprediksi penurunan harga chip akan terus berlangsung hingga kuartal kedua tahun ini, sedangkan peningkatan justru akan terjadi pada produk ponsel atau gawai. Samsung mengharapkan bisnis panel display akan meningkat tajam, terlebih karena hadirnya inovasi ponsel dengan layar fleksibel.

Samsung memiliki dua sektor andalan dalam bisnisnya, yaitu suku cadang (barang setengah jadi) dan barang sepenuhnya jadi, yaitu perangkat elektronik, seperti ponsel dan lain-lain. Samsung juga merupakan perusahaan terbesar penghasil ponsel dan chip memori di seluruh dunia.

Samsung yang selama ini mengandalkan penjualan ponsel pintar juga mengalami penurunan 40 persen menjadi 1,9 miliar dolar AS, sedangkan bujet iklan naik lantaran pesaingnya, Apple dan Huawei juga mengeluarkan produk untuk berkompetisi di pasar global, seperti dilaporkan Asia Nikkei.

Di segmen display, dua produknya, yaitu OEL dan panel liquid crystal, Samsung mengalami defisit 480 juta dolar AS pada tiga tahun pertama. Ponsel dengan liquid crystal dari Samsung kalah dari penjualan ponsel pintar Apple, yang juga menggunakan suku cadang OEL dari Samsung.

Sektor chip memori mengalami templakan keras secara global karena minimnya permintaan karena hadirnya teknologi penyimpanan digital cloud.

Produsen chip lainnya, SK Hynix pada pekan lalu mengunggah laba operasional tertipis selama dua tahun. Namun, perusahaan ini yakin bahwa penjualan akan pulih tahun ini.

Pengguna chip DRAM akan membangun kembali pasarnya karena ponsel-ponsel keluaran terbaru bakal mendukung pemakaian chip jenis ini. Chip jenis lainnya, yaitu chip memori NAND Flash, yang sempat mengalami penurunan tahun lalu juga akan stabil pada kuartal kedua. Hal ini disebabkan oleh adopsi terhadap chip dengan kerapatan tinggi seperti ini sedang mengalami lonjakan permintaan.

Para analis juga mengatakan, ketegangan antara perang dagang Cina-AS yang sedang longgar juga akan membuka peluang permintaan chip bagi konsumen elektronik dan mendorong penyedia jasa layanan cloud Cina untuk berkembang.

“Di sisi makro-ekonomi, Cina mungkin memberi peningkatan kepada industri teknologi dengan dukungan secara ekonomi. Jika kontrak dagang antara Cina-AS disetujui, hal tersebut akan meningkatkan pula permintaan atas produk Samsung seperti chip,” kata Song Myung-sup, seorang analis senior di HI Investment and Securities, dikutip oleh Reuters.

Baca juga artikel terkait SAMSUNG atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Teknologi
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Ibnu Azis