Menuju konten utama
Debat Kelima Pilpres 2019:

Kritik Program Jokowi, Sandi Tawarkan 7 Langkah PAS untuk Perempuan

Sandiaga menawarkan program "7 langkah pas" untuk pemberdayaan ekonomi bagi kaum perempuan.

Kritik Program Jokowi, Sandi Tawarkan 7 Langkah PAS untuk Perempuan
Pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mengikuti debat kelima Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019). . ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/hp.

tirto.id - Cawapres 02 Sandiaga Uno mengkritik program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera), yang difasilitasi PT Permodalan Nasional Madani (PNM), di era pemerintahan Joko Widodo.

Dia mengungkapkan hal itu dalam Debat Kelima Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4/2019).

Kritik itu dilontarkan oleh Sandiaga untuk menanggapi pernyataan Capres 01 Jokowi mengenai pencapaian program Mekaar dari PT PNM selama ini.

Jokowi menyebut, program ini sudah melibatkan 4,2 juta nasabah dan pada tahun ini ditargetkan bertambah menjadi 10 juta. Para nasabah itu, kata Jokowi, terdiri atas para pelaku UMKM, seperti pedagang di sektor kuliner dan lainnya. Menurut Jokowi, program ini bisa memberdayakan kaum perempuan.

Sementara Sandiaga mengaku pernah bekerja sama dengan program Mekaar selama bertugas sebagai Wagub DKI Jakarta. Namun, menurut dia, peserta program ini mengeluhkan sejumlah hal.

“Yang mereka keluhkan adalah persoalan, minimnya akses kepada pasar, bagaimana kita memberikan produk yang bekesinambungan,” ujar Sandiaga.

Dia kemudian menjelaskan tujuh hal yang akan ia lakukan untuk memberdayakan kapasitas ekonomi kaum perempuan. "Kami menyebutnya tujuh langkah pas."

Pertama, kata Sandiaga, ialah mendaftarkan semua perempuan tulang punggung ekonomi keluarga ke program pemberdayaan. Kedua, memberikan mereka pelatihan usaha secara berjenjang.

"Kita ingin mereka bisa memiliki basic knowledge," ujar Sandiaga.

Sementara yang ketiga adalah pendampingan. Sandiaga menyatakan 80 persen kegagalan kaum perempuan dalam bisnis karena tidak memiliki mentor dan mendapatkan pendampingan.

Adapun yang keempat, kata Sandi, ialah membantu mereka mengurus izin usaha. Sebab, menurut Sandiaga, banyak usaha-usaha peserta program Mekaar selama ini kesulitan dalam hal perizinan karena berlokasi di perumahan.

"Karena [usahanya] di perumahan, [selama ini] tidak bisa dikeluarkan perizinannya. Kami akan bantu perizinannya dengan gerakan OK OCE," ujar Sandiaga.

Untuk yang keenam, adalah bantuan untuk pemasaran, seperti dalam hal pengemasan produk.

Sandiaga menambahkan, langkah keenam, ialah pendampingan dalam hal administrasi keuangan agar para perempuan pelaku usaha bisa menghitung arus kas dengan baik.

Sedangkan yang ketujuh adalah bantuan terhadap akses permodalan. "Perempuan-perempuan Indonesia ini hebat. Dikasih pinjaman uang, 99,9 persen uangnya balik," ujar Sandiaga.

Debat terakhir Pilpres 2019 ini mempertemukan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Adapun tema dalam debat capres-cawapres ini ialah ekonomi, kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, dan industri.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjuk 10 panelis untuk menyusun pertanyaan bagi capres-cawapres di debat ini.

Para panelis tersebut adalah Mohammad Nasih (rektor Universitas Airlangga), Arief Mufriani (Dosen FIB UIN Syarif Hidayatullah), Eddy Suratman (Guru Besar FEB Universitas Tanjungpura), Hanif Amali Rivai (Dekan FE Universitas Andalas), juga Suharnomo (Dekan FEB Universitas Diponegoro).

Lima panelis lainnya: Herman Karamoy (Dekan FEB Universitas Sam Ratulangi) dan I Nyoman Mahaendra Yasa (Dekan FEB Universitas Udayana), Dermawan Wibisono (Guru Besar SBM ITB), Tukiman Tarunasayoga (Dosen Community Development Unika Soegijapranoto, Undip, dan UNS), dan Rachmi Hertanti (Direktur Eksekutif Indonesia For Global Justice).

Debat kali ini dipandu oleh presenter Balques Manisang dan Tomy Ristanto, serta disiarkan langsung oleh TVOne, ANTV, Berita Satu dan Net TV.

Baca juga artikel terkait DEBAT PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Politik
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Maya Saputri