Menuju konten utama

Konsep Khilafah Ala Ahmadiyah, Berbeda dari HTI dan ISIS

Pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia menyatakan konsep khilafah versi Ahmadiyah berbeda dari yang dianut HTI maupun ISIS.

Konsep Khilafah Ala Ahmadiyah, Berbeda dari HTI dan ISIS
Sekretaris Tablig Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia Abdul Rozzaq (kedua dari kiri) dan Ulil Abshar Abdalla saat jadi pembicara dalam bedah buku 'Khilafah Ahmadiyah dan Nation State' di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Senin (27/5/2019). tirto.id/Irwan A. Syambudi.

tirto.id - Sekretaris Tablig Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Abdul Rozzaq menjelaskan konsep khilafah yang dianut Ahmadiyah dalam diskusi bedah buku Khilafah Ahmadiyah dan Nation State di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada Senin (27/5/2019).

Menurut Rozzaq, konsep khilafah versi Ahmadiyah berbeda dengan yang dianut Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) maupun Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Rozzaq menyebut konsep khilafah yang dianut Ahmadiyah adalah sebagaimana yang ada dalam Al-Qur'an di surat An-Nur ayat 55.

Dia menjelaskan, ayat itu menyatakan bahwa Allah menjanjikan akan memberikan imam atau khalifah bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.

"Tujuannya [Allah memberikan khalifah] dalam ayat itu [ada] dua: memberikan keteguhan dalam beragama Islam dan memberikan keamanan dalam menghadapi berbagai ancaman yang menimbulkan ketakutan," kata Rozzaq.

Oleh karena itu, dia berpendapat, kedatangan khalifah ke dunia adalah untuk memberikan suasana damai kepada umat, dan bukan sebaliknya, menebar rasa takut hingga bencana peperangan atau pembunuhan.

"Sama sekali itu tidak terbesit dalam ayat itu [khalifah yang menebar ketakutan dan perang]. Dan khalifah jemaat Ahmadiyah itu yang seperti ini [sesuai surat An-Nur]," kata Rozzaq.

Sementara pembicara lain dalam diskusi itu, Ulil Abshar Abdalla menyebut gerakan khilafah politik saat ini sudah mati. Namun, menurut dia, ide khilafah non-politik belum mati.

"Gerakan khilafah politik menurut saya sudah mati meskipun coba dihidupkan oleh HTI dan ISIS. Tetapi, khilafah sebagai ide yang non-politik tidak pernah mati," kata Ulil.

Dia menambahkan gerakan khilafah politik saat ini sudah tidak lagi menjadi perbincangan utama di negara-negara Islam. Bahkan di Arab Saudi, tak banyak lagi yang membicarakannya.

Ulil menilai orang Arab tidak tertarik membahas khilafah karena terasosiasi dengan imperium Turki Usmani. Apalagi, dalam sejarah, masyarakat di Jazirah Arab cenderung ingin independen dan lepas dari kekuasaan Turki Usmani.

Selain itu, kata Ulil, wacana khilafah politik tidak populer karena negara-negara Islam sekarang telah berdiri dengan konsep politik baru, yaitu negara-bangsa.

"Namun khilafah ruhiyyah atau khilafah spiritual ini tidak pernah mati, selain di Ahmadiyah, ide khilafah [spiritual] ini masih bertahan di kalangan orang-orang sunni," ujar Ulil.

Dia berpendapat, salah satu kontribusi terbesar Ahmadiyah dalam gerakan Islam modern adalah merawat ide khilafah yang non-politis tersebut.

"Menurut saya ini sumbangan yang tidak main-main dan patut kita berikan apresiasi" kata Ulil.

Baca juga artikel terkait KHILAFAH atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Addi M Idhom